10. Vespa dan Malam menggemaskan

278 43 4
                                    

Malam ini Vhi makan malam bersama nenek Ayu. Keduanya makan malam tanpa banyak berbicara dan memang sang nenek tak suka banyak pembicaraan saat makan. Semua berlangsung hening sampai kegiatan makan malam selesai.

Nenek Ayu membersihkan bibirnya dengan lap makan yang telah disediakan, menatap Vhi kemudian berkata. "Kamu pikir nenek enggak tau kalau kamu kemarin sama Kuki main ke rumah Rei?" uapnya kemudian menatap Vhi.

Vi menatap sang nenek sama sekali tak terlihat jika ia merasa takut. Karena dalam hati ia merasa tak ada yang salah dengan menemui Rei. Dulu sang kakek juga sering mengajaknya untuk ke rumah Rei dan bertemu.

Vhi malah menganggukan kepalanya. "Ya, aku merasa kesepian di sini. Nenek setiap hari juga ke perusahaan. Aku kan pulang Nek enggak nginap seperti sebelumnya.'

Nenek Ayu tak suka dengan apa yang dikatakan sang cucu. Ia coba menahan rasa kesalnya hanya agar Vhi tak lagi berulah. Yang dilakukannya kemudian adalah meneguk air putih hangat dalam gelas miliknya.

"Berteman dan bersosialisasi itu dengan orang benar dan tepat," kata sang nenek berpetuah.

"Yang benar dan tepat seperti apa? Apa menurut nenek, Rei itu bukan orang yang tepat dan benar?" Vhi bertanya seolah tak suka dengan apa yang dikatakan sang nenek barusan.

Ayu menatap sang cucu, bagaimana lagi caranya agar ia bisa memberitahu Vhi untuk tak menemui Rei itu yang kini menjadi pemikirannya. Ia tak suka jika sang cucu bergaul deng rei yang adalah cucu dari istri muda sang kakek yang dinikahi secara tak sah karena tanpa persetujuan darinya. Yang membuat ia merasa begitu marah adalah Raharjo memilih meninggalkan dirinya dan merawat Rei yang dulu tinggal sebatang kara. Padahal Ayu menyarankan anak itu untuk dirawat di panti asuhan saja. Sang suami menolak dan memilih merawat Rei yang telah kehilangan Nenek juga kedua orang tuanya. Sejak itu mendiang suaminya sering mengajak Vhi untuk bermain bersama Rei. Hingga Raharjo menghembuskan napas terakhirnya saat Rei berada di sekolah menengah pertama. Setelahnya ia berjuang hidup sendiri dengan uang peninggalan sang kakek. Yang selalu diberikan sampai ia berusia 19 tahun. Beruntung ia bisa menabung dengan baik hingga bisa banyak berhemat dan bisa membeli kebutuhannya dengan hasil tabungannya.

"Contoh si Kuki masih muda udah sudah jadi CEO. Sudah mengurusi pekerjaan ayahnya. Kamu mau kerja di mana? PNS, DPR, DPRD sebut semua nenek bisa ajukan kamu. Jangan jadi youtubers, youtubers, apa itu ndak berguna." Ayu menjadi kesal jika membayangkan keinginan sang cucu untuk menjadi Youtubers.

Vhi kini memerhatikan sang nenek tanpa senyum. ia tau semua yang dilakukan sang nenek pada Rei tentu kadang buat ia jadi dilema sendiri. Ia sayang dengan sang nenek meski kadang merasa kesal dengan semua yang dilakukan Ayu.

"Rei juga hebat. Dia kerja dari umur 18 tahun,. Antar belanjaan, jualan kue kering ke warung, berusaha masuk SMA meski terus di keluarkan tanpa tau alasannya. Rei ikut banyak workshop tentang bisnis dan banyak lagi. Dia ikut pelatihan ketenagakerjaan, punya banyak sertifikat, tapi selalu ditolak di perusahaan besar padahal secara kemampuan dan speaking bagus." Vhi mengatakan semua itu membuat sang nenek seolah tak mendengar.

"Dia kan cuma kerja di toko roti ecek-ecek dan jadi hantu-hantuan." Ayu meledek kemudian terkekeh kecil meremehkan.

"Aku memang kuliah, tapi secara kemampuan aku kalah jauh. Mungkin karena aku terlalu dimanja?" Vhi bertanya kemudian tersenyum ke arah sang nenek yang menatapnya dnegan tatapan marah.

"Kenapa kamu ngomong kaya gitu ke nenek?"

"Nek, aku cuma main ke rumah saudara aku. Apa salahnya? Kenapa nenek masih kayak gitu ke Rei. Stop nek, jangan lagi lakukan hal yang buat orang lain menderita." Vhi segera bangkit dari duduknya meninggalkan ruang makan untuk segera beranjak ke kamar.

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang