Chelo kini berada di ruang kerja sang ayah, Sejak pagi ia berada di sana karena masih sakit, Yuga meminta anak itu untuk tak bersekolah dan ikut bersamanya ke kantor. karena ia tak bisa meminta Eri untuk menjaga buah hatinya itu. Karena suami Eri baru saja tiba kemarin. Jelas Yuga tak ingin mengganggu sahabatnya itu karena sudah hampir satu tahun ini mereka tak bertemu.
Saat ini Yuga tengah sibuk dengan beberapa pembaruan dokumen yang harus ia cek satu per satu sebelum ditandatangani bersama rekanan. Seperti biasa itu membuat Yuga harus benar-benar fokus dengan dokumen yang kini berada di atas mejanya. Sesekali menoleh pada Chelo yang kini tengah rebahan di sofa, tak bisa diam. Dan itu membuat Yuga semakin pusing. Padahal anak itu tadi demam dan kini tak bisa diam.
"Chelo bisa diam enggak?" tanyanya.
Chelo masih memeluk jaket milik Rei. "Chelo mau sama mami,' kata anak itu.
yuga tau kalau itu adalah Rei maksudnya. Hanya saja ia mau pura-pura tak peduli saja. Sejak kemarin yang jadi tujuan Chelo hanya Rei saja dan Yuga tak mau menjadikan itu kebiasaan dengan terus mengabulkan apa yang anaknya itu inginkan. Ia malah jadi kesal sendiri karena memikirkan apa yang Chelo inginkan.
Anak itu kemudian berlari mendekati Yuga, berdiri di depan meja sang ayah dengan menyembulkan kepalanya di atas meja dan membuat tubuh mungilnya tak terlihat.
"Boleh ya Pi?"
"Di sini aja," jawab Yuga singkat.
"Mau mami."
Yuga melirik, kesal juga pada Chelo. "Chelo ingat kan kalau mami sudah di surga. enggak ada mami lain selain mami Mira." Yuga coba tegaskan itu pada Chelo yang terus saja memaksa.
Mendengar apa yang dikatakan sang ayah membuat Chelo mejadi kesal juga. ia kemudian berlari kembali ke sofa dan duduk di sana. Kembali berdiri kemudian Chelo berguling-guling du karpet.
"Mau mami, mau mami, mau mami!" anak itu terus saja menangis dan meminta agar ia bisa bersama Rei.
Yuga memegangi kepalanya yang terasa mau pecah karena mendengar rengekan buah hatinya itu. Jika saja ia tak menyayangi Chelo, ingin sekali rasanya membentak anak itu. Yuga masih bisa menahan diri, sadar betul Chelo tal lagi memiliki ibu dan hanya ia yang dimiliki anak itu kini.
"Diam dulu, papi telepon dulu apa Rei ada di sana," kata Yuga kemudian mengambil ponselnya dan memutuskan untuk menghubungi Rei.
Sementara saat ini Rei masih bersama Vhi dan Kuki. Ia telah selesai menghapus riasan di wajahnya. gadis itu tak memoles kembali wajahnya. Terlihat manis sekali di pandangan Kuki. Dengan bibir peach natural, mata panda akibat kebanyakan begadang, tapi Rei punya bola mata yang indah, iris mata yang cantik dan berbinar. Terlebih pipi overload yang menantang untuk dicubit atau digigit.
"Terus kenapa lo enggak kasih tau gue kemarin?" tanya Vhi.
Vhi masih marah karena sang kakak tak memberitahu tentang hubungannya dengan Satya dan juga apa yang dilakukan Satya saat itu. Vhi merasa tak dianggap padahal sang kakek dulu berpesan agar Vhi melindungi Rei dan apa yang Rei lakukan padanya benar-benar membuatnya merasa tak berguna.
Rei melirik pada Vhi yang jelas terlihat marah padanya. "Gue cuma takut lo marah Vhi," jawab Rei.
"Iya gue marah pasti, Tapi enggak ke lo, yang bakal gue obrak-abrik ya Satya. Gila aja, apa-apa di urusin sampe makan dan bayar motor. Terus gaji dia malah buat cewek lain. Lo lagi juga mau-maunya digituin sama dia."
"Cuma Satya yang sayang sama gue," kata Rei.
Kuki dan Vhi menatap dengan terkejut. Bagaimana bisa Rei berpikir seperti itu. Vhi memegang wajah Rei, meminta agar sang kakak menatapnya.
"Lihat gue."
Rei menatap Vhi. Sedikit bingung karena mendadak sang adik memintanya melakukan itu.
"Ini gue orang yang sayang sama lo. Enggak bisa lo lihat juga? Sejak kecil yang ngelindungin lo, enggak bisa sadar juga? Gue yang bakal maju mau perlu ada pertumpahan darah, enggak masalah." Vhi bertanya kesal. Karena selama ini merasa diabaikan oleh Rei.
"Beda Vhi, sayang sebagai laki-laki. Siapa yang bisa sayang sama gue. Lo lihat dong gue tuh gimana." Rei malah jadi tak percaya diri dengan kondisi tubuhnya yang.
"Emang lo gimana?" Kuki bertanya sedikit menyayangkan karena Rei yang menjadi tak percaya diri.
"Gue gendut. Enggak menarik," Rei menatap Kuki sambil menjawab pertanyaan pria itu.
Kuki baru saja akan menjawab pertanyaan dari Rei. Sampai kemudian ponsel milik gadis itu berdering. Panggilan dari Yuga. Rei segera menerima panggilan dari atasannya itu.
"Kamu ada di rumah hantu?" tanya Yuga.
"Ada Pak, kenapa ya?" tanya Rei, dari situ berpikir kalau Yuga ingin membicarakan perihal kontrak kerja baru.
"Tolongin saya, jagain Chelo. Dari tadi dia ngerengek mau ketemu kamu. Saya pusing sendiri di sini karena masih sibuk membaca dokumen kontrak baru. Bisa?"
Mendengar itu entah mengapa Rei menjadi senang. Sepertinya, Chelo bisa membuatnya untuk melupakan rasa sedihnya untuk sementara.
"Boleh Pak, bawa aja ke sini." Rei menyahut antusias dan itu buat Kuki tersenyum sendiri.
"Biar Brian yang bawa dia ke sana. Terima kasih."
"Iya sama sama Pak."
Yuga kemudian mematikan panggilan.
Vhi menatap dengan penasaran Siapa orang yang menghubungi sang kakak barusan. "Siapa?"
"Pak Yuga yang punya taman bermain.
"Yuga Manendra?" Tanya Kuki.
Rei anggukan kepala. "Iya bener."
"Baru tau kalau ini punya dia. Yang gue tau dia punya mall aja." Kata Kuki. Sedikit kaget juga dengan apa ia dengar tadi.
Rei juga merasa kaget dengan yang ia dengar barusan bahwa pria berkulit pucat itu juga memiliki sebuah mall. Tentu saja bisa diketahui di sini bahwa harta yang dimiliki oleh Yuga tak main-main. Selain memiliki sebuah taman bermain Ia juga memiliki sebuah mall.
Vhi masih tak mempedulikan ya iya ingin mengetahui saat ini adalah mengapa atasan dari sang kakak menghubunginya. "Gue mau tau ngapain dia hubungi lo?" tanya Vhi.
Rei menoleh, "Minta tolong nemenin anaknya."
"Lo mau lagi?"
"Iya kenapa?"
Vhi jadi kesal sendiri. "Lo kerja di sini, dan bukan baby sitter kan?"
Rei mengerti kalau Vhi mungkin merasa kalau dirinya tengah dimanfaatkan namun ia sama sekali tak merasa seperti itu. "Biasa aja Vhi gue sama sekali enggak terganggu kok. Gue malah seneng banget bisa main sama Chelo. Nanti Lo lihat deh anaknya lucu banget. "
Mendengar Rei mengatakan hal tadi buat Kuki makin gemas. "Boleh cubit enggak sih?" tanya Kuki, keceplosan. Maksudnya ia mau cubit pilot Rei, gemas.
Rei menoleh menatap dengan penasaran, Kuki kini menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Anaknya Yuga Manendra. Hehehe," elak Kuki.
Sementara Vhi menahan senyum ia tau dengan jelas maksud sahabatnya bukan itu. Ia mengenal Kuki dan hal seperti itu bukan hal yang biasa ditanyakan oleh sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)
RomancePerempuan gemuk sering dipandang sebelah mata, dibully sepertinya sudah jadi makanan mereka sehari-hari. Tapi bagaimana jadinya, jika si gendut cantik ini diperebutkan pria-pria tampan? Reisya Clemira Prameswari Raharjo, kehidupannya begitu rumit...