9. Sejarah Rumah Hantu

256 42 2
                                    

"Mami?" Rei bertanya setelah cukup lama terdiam akibat terkejut dengan apa yang ia dengar barusan.

Chelo mengangguk, kemudian menatap Rei. "tapi, mami Ello enggak gendut kaya tante." Chelo mengatakan itu sambil menunjuk Rei.

Dalam hati Rei ada rasa kesal juga karena mendengar perkataan anak kecil ini barusan. Meski apa yang dikatakan Chelo tak salah bahwa ia memang gemuk. Rei hanya tersenyum kecut. Lalu kembali menatap lurus ke depan. Tak lama Dina kembali membawakan air mineral untuk Rei.

"Ini, maaf ya kebetulan tadi aku sekalian ke toilet jadi agak lama," ucap Dina merasa bersalah lalu kembali duduk di samping Chelo yang masih menatap Rei.

"Enggak apa-apa Mbak," sahut Rei kemudian dengan segera membuka botol air mineral miliknya dan meneguknya.

Chelo menarik-narik t-shirt milik Rei hal itu membuat Rei menoleh. "Tante kerja di mana?"

"Tante kerja di sini. Di rumah hantu," jawab Rei.

"Tante pernah ketemu sama mami Ello enggak?" tanya anak itu polos.

Rei menatap Chelo, lalu mengusap lembut kepala anak itu. "Di sana cuma ada hantu bohongan sayang. Mungkin Mami Ello udah jadi malaikat."

Ello menatap Rei yang kini kembali menatap ke depan dengan tatapan tegang. Rei membayangkan apa yang mungkin akan dibicarakan oleh atasannya itu.

"Tante," panggil Chelo lagi.

Lagi Rei menoleh pada Chelo. Tak ada yang dikatakan anak itu selain menatap Rei.

"Chelo mau main ke rumah hantu sama tante boleh?" tanya anak itu lagi.

Rei anggukan kepalanya. "Boleh asal papi Chelo kasih ijin ya."

"Iya, nanti ijin dulu sama papi." Dina menimpali.

"Masih lama ya Mbak?" tanya Rei cemas.

"Sebentar lagi kok Mbak." Dina menjawab.

Rei kemudian memilih untuk mengobrol bersama Chelo sekaligus memerhatikan anak kecil itu yang kini tengah sibuk mewarnai

Tak lama pintu terbuka menunjukkan sosok Yuga yang berjalan masuk ke dalam. Ia melirik pada Rei dan kemudian kembali menatap lurus ke depan dan berjalan lalu duduk di kursinya.

"Silahkan," ucapnya pada Rei meminta agar gadis itu duduk di kursi yang berada di hadapannya. "Dina tolong ajak Chelo keluar sebentar."

"Baik pak," ucap Dina kemudian mengajak Chelo berjalan ke luar ruangan.

Rei berjalan mendekat, Yuga berdiri sesaat untuk mengajak berkenalan, ia mengulurkan tangannya.

"Yuga Manendra," Si pucat mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Rei menyambut uluran tangan Yuga. "Rei Pak."

Yuga kembali duduk di kursinya. "Silahkan duduk. Saya sengaja manggil kamu ke sini karena enggak ada Pak Bram."

"Iya, Pak betul. Ada apa ya pak?"

"Saya mau meminta tim rumah hantu untuk open lebih malam lagi. Akan seru kan kalau memang bisa dijadikan wahana malam. Juga saya minta untuk perubahan jadwal dengan mengganti jadwal buka di hari libur." Yuga menjelaskan maksud tujuannya meminta Rei untuk datang ke ruangannya.

Jelas ini mendadak sekali pikir Rei. Sementara banyak yang harus dipikirkan yang utama adalah hari dimana Bram harus mengantarkan sang istri cuci darah.

"Saya rasa untuk ganti hari masih bisa dipikirkan Pak. Karena pak Bram juga harus mengatur jadwal ulang menemani istrinya ke rumah sakit. kalau untuk buka sampai malam rasanya nggak bisa Pak."

Maju Duda Mundur Jejaka (MYG//JK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang