04

800 179 26
                                    

Mawar menggeleng—tetapi meneer James seakan-akan tidak memberi ampunan. Menindih tubuh Mawar di atas meja seketika menciumi paksa.
Dunia Mawar bagai berhenti, deruan nafas Mawar larat. Menandakan dia begitu tersiksa akan perbuatannya meneer James.

Satu persatu kancing kebaya Mawar ditanggalkan dengan tangan wanita itu dikunci di atas kepala. Mawar tak berani membuka mata, tangisannya mengucur deras ke bawah. Namun, seketika suara seseorang membuat Mawar mengerjap. Dia melirik lewat pundak meneer James.

"Pestaku, bukan untuk menyetubuhi babu, James." Vetter berdiri dengan tegap. Sorot matanya teduh, tangan  berada di pundaknya James. Sedikit dicengkeram sampai empunya telak mengaduh.

Di ambang pintu, Jatter diam tidak berkutik. Pandangannya kemudian terarah pada eksistensinya Mawar yang buru-buru membenarkan lagi kancing bajunya. Pada detik kedua, Jatter menarik nafas.

"James, keluarga dari Belanda sudah tiba. Sebaiknya tunda nafsumu." Ujar Jattter.

"Argh, sial." James merapikan baju. Menarik lagi resleting celananya ke atas. Dia membalikkan badan, tatap Vetter yang masih memandangnya dingin. "Sulit kupercaya." Dia kontan menabrakkan pundak pada pundak Vetter. Dia melangkah angkuh keluar dari ruang perpustakan itu.

Pandangan Vetter dan Mawar telak bertemu selepas kepergian James. Vetter manatap kosong, sebelum dia merutuki kebodohan yang menolak  ajakan dansanya Amber dengan alibi sakit perut.

Kenapa pribumi ini bisa membuatku gila? Vetter remat tangannya saat debar jangung kian tidak berirama.

Sementara Mawar pin berujar lirih,  "Meneer." Sayangnya, sekon itu total Vetter membalikkan badan. Pundak tegaknya naik turun sebentar lantas dia melangkah tanpa berujar apapun pada Mawar.

Brak. Vetter menutup kasar pintu itu. Dia menarik nafas berat, tetapi sang adik mencekal tangannya.

"Apa yang kulihat dimatamu? Apa kau menaruh rasa pada pribumi itu? Kak! Sekilas mirip bukan berarti dia Roséanne! Kau seorang komandan, tunduk di bawah titah ratu Belanda. Namun, mencintai pribumi bukankah itu memalukan?"

"AKU TIDAK MENCINTAINYA!" Vetter meninggikan vokalnya. Dia menatap nanar pada Jatter. "Dirimu tidaklah tahu  apapun. Kau tak tahu rasanya. Jadi lebih baik jangan mencampuri urusanku." Vetter menepis cekalan tangan Jatter.

Namun, kalimat Jatter membuatnya menghentikan langkah. "Aku masih rela bila posisi Roséanne digantikan wanita terhormat seperti Amber tapi  kalau itu gundik rendahan sepertinya aku tidak rela! Kau lihat bagaimana James melecehkan—

Tap...Tap...Greb... Vetter  menarik kerah Jatter sampai sang empunya turut terangkat ke atas. "Dia bukan gundik rendahan. Dia gundikku, dia gundik Van de Vetter. Dan kau lebih baik tidak memprovokasiku perihal James tadi!" Menghempas kerahnya Jatter.

Vettter menarik jasnya agar kembali rapi. Dia mengokohkan pundak lalu melangkah pergi meninggalkan sang adik di depan pintu perpustakaan itu.

Sementara Jatter telak mengepalkan tangan seraya melirik pribumi yang membuat kakaknya gila dari sedikit celah pintu yang terbuka. Pribumi itu harus kusingkirkan sebelum kakak benar-benar dibuat jatuh cinta! Ne, tak akan kubiarkan cintanya Vetter berpaling darimu oleh pribumi yang  rendahan itu. Jatter berucap dalam hati sebelum pergi dari sana.

Sedangkan Mawar beringsut duduk di lantai. Dia menangkup wajahnya. Sakit simbok, Mawar tidak tahan lagi bekerja dengan para Belanda. Aku... ingin mati simbok. Mawar tak lama bergeming meratapi nasib buruknya lagi.

 Mawar tak lama bergeming meratapi nasib buruknya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Van de Vetter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang