"Sudah ku katakan, Zalora, kasus itu sudah lama ditutup."Sosok pria berperawakan tinggi berkumis tipis mencoba memberi pengertian pada gadis di depannya. Sang gadis menatapnya penuh harap
"Apa lagi yang kau harapkan, kita semua tahu bahwa bos perampok itu sudah lama tewas," lanjutnya sembari menghela napas.
Menurutnya gadis di depannya sedikit keras kepala, delapan tahun setelah kejadian mengerikan itu. Pihak kepolisian belum mampu mengungkap kasus, hingga sampai terdengar kabar bahwa bos perampok tewas tercebur ke sungai. Entah apa penyebabnya.
"Bantu aku, Paman. Aku merasa ini belum selesai," desak sang gadis.
Sekali lagi pria yang dikenali sebagai pamannya menghela napas berat, sedang sang keponakan masih terus-terusan mendesak.
"Kenapa kau bersikeras ingin membuka kasus itu kembali?" Tanya sang paman.
Zalora terdiam, ia sendiri tak tahu harus menjawab apa. Baginya, ada sesuatu yang di sembunyikan dari Zalora, dengan mengusut kembali kasus itu. Mungkin saja, ia dapat terbebas dari mimpi buruk yang membelenggu.
"Sepertinya sangat mustahil untuk mengusut kembali kasus itu, sudahlah, ada baiknya kau ikhlaskan saja," bujuk sang paman.
Zalora menatap sang paman nanar, hampir saja ia menumpahkan air matanya.
"Ikhlas? Apa paman tahu bahwa hampir setiap malam, aku tersiksa dengan mimpi buruk, aku selalu teringat akan masa-masa di mana aku menyaksikan peristiwa mengerikan itu," ungkap Zalora berusaha keras menahan tangis.
Sang paman yang bernama Bayu akhirnya mengalah, ia menyetujui permintaan dari sang keponakan. Dirinya berjanji bahwa ia akan mencoba menghubungi salah satu temannya yang juga bekerja sebagai seorang detektif, untuk mengusut kasus itu. Mendengar hal itu, Zalora menghembuskan napas lega, ia pun pamit pulang.
"Terima kasih paman, akan kutunggu kabar baiknya," ujar Zalora.
Sebelum langkahnya sampai ke pintu keluar, Zalora tiba-tiba berbalik. Ia kembali menghadap sang paman.
"Oh ya paman, apa yang paman lakukan kemarin sore?" tanya Zalora.
Kening sang paman mengkerut, ia terlihat bingung dengan maksud ucapan keponakannya.
"Yang kulakukan kemarin sore," ulangnya memastikan.
"Aku melihat paman di seberang halte kemarin sore."
Paman Bayu pun menjawab bahwa ia sedang berkunjung ke rumah sahabat karibnya, Zalora yang ingin bertanya kembali, mendadak dihentikan oleh suara dering telepon dari sang paman. Tak lama usai menerima telepon, sang paman terlihat terburu-buru meninggalkan Zalora yang terdiam mematung.

KAMU SEDANG MEMBACA
mentari tak pernah tenggelam
General FictionZalora Fataya Almeera salah satu karakter dalam cerita, memiliki trauma pada masa lalunya. Namun, di sisi lain ia beruntung memiliki sahabat yang selalu mendukung serta kehadiran sosok pria yang ia kagumi. Bersama mereka, Zalora mencoba bangkit dari...