Perihal kabar, tak melulu selalu berpihak, hal yang paling mengesalkan baginya ialah menunggu kepastian.
"Maaf Zalora, untuk saat ini, paman belum bisa memberikan kabar baik perihal kasus yang ingin kau ungkap lagi. Teman paman yang bekerja sebagai detektif, mengatakan bahwa mengungkapkan kasus seperti ini agak mustahil," ucapan sang paman seketika membuat dirinya menghela napas gusar.
"Tapi ini sudah lebih dari sebulan, tak adakah informasi atau sesuatu bukti yang memperkuat kasus itu," desak sang keponakan.
"Sudah paman katakan, kasus seperti ini agak sulit, itu karena kejadiannya sudah lama sekali." Sang paman berusaha memberikan penjelasan.
Zalora terdiam, mencerna perkataan sang paman. Sesungguhnya, benar apa yang dikatakan pamannya, bahwa kasus ini sudah lama sekali. Namun, Zalora terduduk lesu, binar di matanya terlihat padam. Ia putus asa, usahanya untuk mendapatkan jawaban atas keraguan ia pada kasus ini sepertinya sia-sia. Zalora mendongak menatap sang paman.
"Tolong, diusahakan lagi, paman!" pintanya lirih.
Sang paman lagi-lagi hanya bisa menghela napas, lelah dengan permintaan keponakannya itu. "Tidak bisakah ia lupakan saja," pikirnya.
"Kau hanya ingin tau siapa dalang dibalik semua ini, bukan?" tanya sang paman.
Zalora mengangguk.
"Baiklah, beri waktu sebulan lagi, paman akan meminta teman paman untuk mengusahakannya lagi," ujar sang paman meyakinkan keponakannya.
Mendengar hal itu, Zalora tersenyum seraya mengucapkan terima kasih. Setidaknya ia bisa sedikit bernapas lega mendengar penuturan dari sang paman. Ia pun segera pamit untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
mentari tak pernah tenggelam
Fiction généraleZalora Fataya Almeera salah satu karakter dalam cerita, memiliki trauma pada masa lalunya. Namun, di sisi lain ia beruntung memiliki sahabat yang selalu mendukung serta kehadiran sosok pria yang ia kagumi. Bersama mereka, Zalora mencoba bangkit dari...