🤍Bahagia itu sederhana🤍

123 26 1
                                    


Happy reading

🤍🤍🤍🤍🤍

Kali ini, liburan idul adha aku menyempatkan diri untuk pulang. Ingin sekali rasanya rebahan di karpet,  lalu menikmati acara tv sepuas mungkin. Karena hanya libur sepekan. Jadi kumanfaatkan dengan baik.

Sore bersambut, aku lelah  dan bosan bermain dengan duo kembar, anak dari kakakku. Kubiarkan saja mereka meraung minta tahu bulat yang barusan lewat depan rumah. Sejurus kemudian, aku menangkap benda persegi bermerk sams*ng itu tergelatak di meja ruang tamu. Pasti itu milik Lek Khori, yang liburan kali ini ia sempatkan pulang.

Iseng, kuambil saja. Aku memang belum boleh memiliki handphone, namun meski begitu. Aku masih bisa berkomunikasi dengan teman teman. Dengan bantuan kartu provider yang kumiliki, jadi bisa masuk ke handphone siapapun.

Ponsel jadul itu kubuka. Lalu kemudian kuselipkan kartu chip milikku. Terpasang dan rupanya banyak pesan masuk dari teman teman. Tidak terlalu penting, kebanyakan mereka membahas dapat sms baru dari nomor yang tak dikenal. Lalu katanya mengaku sebagai santri putra. Biasa, itu sudah banyak kudengar jika saat liburan seperti ini.

Dengan aroma wedang uwuh yang tadi kuseduh. Soreku menjadi hangat. Iseng lagi. Kubuka kontak milik Lek Khudori. Tidak ada yang menarik, hanya saat itulah mataku membulat lebar. Aku yang semula duduk santai di ayunan rumah langsung terperanjat hingga hampir terjerembab.

"Wahh! " Aku tak mempercayai, jika di ponsel Lek Khudori ini bisa menemukan nomor Ustadz Fadly. Ah, betapa bahagianya. Aku bersorak heboh dalam hati. Menendang ayunan berkali kali, lalu mengusap wajah dengan gemas. Kupeluk ponsel jadul itu sebentar.

"Coba misscall dulu, deh. " Kini sebelum benar benar mendial nomor Ustadz Fadly. Hatiku sudah panas dingin lebih dulu. Ah, rasanya melebihi waktu pengumuman kelulusan.

"Bismillah, " Ucapku sebelum akhirnya menombol panel hijau pada nomor bertuliskan Kang Fadly Blitar. Siapa lagi jika bukan guruku, Ustadz kesayanganku yang begitu menggemaskan. Tak jarang aku dibuat baper oleh sikapnya meski tak jelas tertuju padaku.

Lama tak terjawab, bahkan sampai tiga kali. Tak terdengar sahutan sama sekali.

Akhirnya kuputuskan untuk mengirim pesan. Untung saja bonus sms ke semua operator masih berlaku. Yeay, sekarang giliran aku yang akan membuatnya baper. Hihi

[AsSaL4muAla1kUm...] Begitu aku mengirim pesan. Ohya, tahukah? Tulisan model begini sedang menjadi tren para santri. Selang lima menit tak kunjung ada notif. Aku kembali menenangkan diri dengan menyesap wedang uwuh yang hampir mendingin. Ah, hangat sekali. Begitu senja merekah di ujung barat. Suara kucing mengeong dari ponsel itu berbunyi. Kuletakkan cangkir dengan tergesa. Gugup menyerang, bahkan aku sempat lupa bagaimana membuka tombol on nya.

"Ok, bismillah, klik. " Satu pesan baru kuncul. Erat kupejamkan mata. Bibirku sudah merapal semua doa untuk menenangkan hati yang terlampau bahagia.

[Wa'laikumsalam,sinten?]

"Akhirnya!! " Kegiranganku meronta, aku melompat langsung dari atas ayunan. Bingung ingin membalas apa selanjutnya. Langsung memperkenalkan diri, atau drama dulu biar semakin seru.

[S4yA a1R4, t4dz. DaR1 kElas 11 IPS.]

Kini jantungku semakin berpalpitasi. Ingin mencelos keluar membebaskan diri. Pasti kaget Ustadz Fadly mendapat pesan dariku. Kira kira reaksinya gimana ya? Meong! Aku langsung berjingkat menatap layar ponsel. Dibalas lagi.

[Oh, iya. Ada apa?] Begitu saja balasannya? Menyebalkan! Tapi, tak apa. Yang penting Ustadz Fadly merespon. Lihat saja, jurus jurusku akan membuatmu baper, Pak!

UAJC (Throwback)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang