Jelas pemanas ruangan menyala tapi An Han merasa dingin di sekujur tubuhnya karena gugup. Bagaimana tidak sekarang Eji yang selalu memperlakukannya dengan buruk tertunduk seperti bocah yang siap di marahi.
Dan apa apaan padangan itu apakah itu pandanga kasih sayang? Cinta? Atau kasihan?
An Han semakin tidak mengerti, baru saja kemarin Eji melakukan sex kasar bahkan itu tidak ada setitik pun kenikmatan.
Tubuhnya penuh luka biru kepalanya di perban karena terbentur atau dipukul punggung an Han juga terdapat sebuah luka cambuk.
Itu sangat kasar dan sakit tapi sesakit apapun an Han tetap bersabar dia mencoba menjadi istri yang baik untuk suaminya, membiarkan Eji untuk bermain sesukanya atau membiarkan Eji bersama kekasih lainnya.
"Istri darimana? aku mencari mu" suara Eji sangat lembut terlalu lembut hingga membuat an Han membeku.
'istri?'
"Aku kesini untuk memberi suami makanan" an Han segera mengenyahkan tanda tanya di benaknya mengambil sebuah kotak makanan dan menyerahkannya kepada Eji.
"Setelah selesai aku akan langsung pergi" dia segera melanjutkan kata katanya takut jika Eji tidak puas akan kedatangannya.
Dibandingkan dengan an Han yang gugup Eji tersenyum cerah mendapati an Han masih memikirkannya.
'tentu saja istri peduli padaku dia sangat mencintaiku'
"Lalu kenapa aku tidak melihatmu dari tadi?"
"Bukankah suami bilang tidak ingin melihatku, lupakan ayo makan setelah memastikan suami makan aku berjanji akan pergi" senyum Eji membeku dan tatapannya mendatar. Bukan bukan karena dia marah terhadap an Han tapi marah kepada dirinya di masa lalu.
Jelas istrinya sangat tampan dan perhatian semakin di lihat membuat semakin nyaman.
Tapi di masa lalu Eji tidak memperhatikan, hanya menganggap bahwa an Han salah satu dari mereka yang sangat menjijikan.
Sekarang Eji tau bukan an Han yang menjijikan tapi dirinya sendiri sangat menjijikan hingga ingin mengubur hidup hidup dirinya di masa lalu untuk permohonan maaf dari an Han.
An Han peka dia melihat bahwa Eji merubah raut wajahnya membuat bahunya gemetar bayangan bagaimana Eji marah dan memikirkan konsekuensi paling buruk.
Tapi An Han tetap mengambil sendok untuk memberi makan Eji, dia siap dengan tamparan yang akan datang.
An Han memejamkan matanya menunggu penolakan dari Eji.
Eji terdiam dengan tetap mempertahan kan postur tubuhnya. Hal yang di tunggu an Han tidak terjadi perlahan membuka mata melihat Eji yang juga menatapnya.
"Istri sudah makan?" Tangannya menurunkan tangan An Han yang memegang sendok.
"Ah aku belum" suaranya terdengar gugup bagaimanpun juga ini suaminya yang menelantarkan an Han dari awal pernikahan dan sekarang Eji bersikap seolah olah peduli.
"Istri makan dulu saja" Eji menyodorkan sendok nya kepada an Han.
"Suami aku alergi keju" perkataan An Han membuat terkejutan sendiri bagi Eji.
Eji mengerti bahwa dia bahkan tidak memiliki ingatan apapun selain air mata An Han. Apa yang An Han-nya sukai, apa impiannya dan apa yang An Han benci dia tidak tau sama sekali.
"Aku mengerti" tangannya perlahan menurunkan sendok yang dia pegang jika dilihat lebih teliti tangan Eji sedikit bergetar.
"Apakah istri akan pergi?" Eji tidak bisa menahan gelisah, tanpa sadar dia menggosok ibu jari kaki dengan jari lain.
"Ya"
"Bisakah istri tinggal" sedikit tidak tahu malu jika dipikirkan lagi bahwa dirinya yang mengusir tapi dirinya juga yang meminta untuk tinggal.
"Ya" hanya satu kata membuat Eji senang di dalam hati dan mengelus jari jari ramping An Han.
An Han juga tanpa berpikir panjang langsung menyetujui. Ini adalah orang yang dia hormati sebagai seorang istri, jika Eji berkata untuk pergi dia akan pergi jika Eji berkata untuk tinggal dia akan tinggal.
Tbc
story
Eji kecil memegang tangan Han Han dengan air mata dan hidung merah.
"Han Han jangan pergi aku akan memberikan semua permen ku untukmu jadi jangan pergi oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Ke Masa Lalu Untuk Istriku
RomansaDi dunia ini kamu akan dihargai jika latar belakangmu bagus, semua orang di samping ku selalu memandangku dengan tatapan haus harta termasuk istri laki laki ku. Itu pikiranku dulu sekarang aku mengerti istriku begitu mencintaiku dengan tulus tapi di...