Aku berjinjit pelan-pelan, berhati-hati agar tidak membangunkannya. Saat tempat tidurnya mulai terlihat, aku membuka gorden kamarnya, untuk mengejutkannya. Aku langsung melempar confetti ke atasnya. Dia terbangun, terkejut dan tertawa begitu melihatku.
" London! Kau datang! " seru gadis itu padaku.
" Hai, Paris! Aku datang lagi! " aku berseru senang dan naik ke atas tempat tidurnya. Dia tertawa melihat confetti yang bertebaran secara berantakan di atas tempat tidurnya. Dia mengangkat salah satu serpihan dan menunjukkannya kepadaku.
" Yang ini warna apa? " tanyanya bingung.
" Ini warna biru. Kau suka? "
Dia mengangguk. " Di mataku warna ini terlihat paling bagus. Terlihat lebih gelap dari warna lain. "
Aku mengambil confetti yang ada di tangannya dan menunjukkannya ke jendela agar mengenai sinar cahaya matahari yang masuk melalui jendela.
" Warna biru memang cantik. Cocok denganmu. " kataku yang membuat Paris tertawa.
" Hari ini rencanamu apa? " tanyaku lagi.
" Tidak ada. Kalau kau? "
Aku tersenyum lebar dan menunduk ke arahnya. " Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Sudah lama sekali bukan? "
Dia mengangguk senang. " Ayo! Aku akan bersiap-siap. Kau tunggu di depan ya! "
Aku mengangguk dan turun dari tempat tidur. " Aku akan menunggu di depan. "
—-
" London lihat itu! "
Aku menggenggam tangan Paris dan melihat ke arah yang ditunjuknya. Beberapa pohon gugur dengan indahnya.
" Tolong foto aku disitu! " seru Paris sambil berlari kecil ke bawah pepohonan.
Aku tertawa dan mengeluarkan ponselku. " 1.. 2.. 3! "
Aku tersenyum melihat hasil dari foto yang kuambil. Paris terlihat imut sekali. Paris berlari ke arahku dan melihat hasilnya. Dia terlihat senang sekali.
" Bagus! Sekarang ayo kita berfoto bersama! " ajaknya sambil mengambil ponselku dan mengaturnya menjadi mode selfie.
Kami tersenyum lebar dan mengambil beberapa foto, sebagai kenang-kenangan. Setelah selesai berfoto, Paris mengambil salah satu daun yang gugur dan menunjukkannya kepadaku.
" London, kalau yang ini warna apa? " tanya Paris penasaran.
" Ini cokelat, Paris. " kataku sambil tersenyum. Dia terkagum dan berusaha mengingat warna yang aku beritahu.
" Apakah warna daun ini sama dengan warna langit? Karena di mataku terlihat sama. " tanyanya bingung.
Aku menggeleng. " Berbeda, Paris. Warna langit itu seperti confetti yang tadi pagi aku berikan kepadamu. Langit itu berwarna biru. "
Dia mengangguk mengerti, tetapi wajahnya menjadi sedih.
" Kenapa? " tanyaku.
" Apakah aku tidak akan bisa melihat warna sampai akhir hidupku? " katanya sedih.
Aku tersenyum dan berjongkok di depannya. Menggenggam kedua tangannya, dan berbicara. " Paris. Kau sudah spesial apa adanya. Kau tidak perlu dapat melihat warna untuk menjadi bahagia, kok. "
" Bagaimana bisa seperti itu? " tanya Paris dengan berlinang air mata.
Aku mencium tangannya dan menaruh tangannya di pipiku. " Karena aku akan membuatmu melihat kebahagiaan. "
—-
Paris adalah kebahagiaanku.
Awalnya aku merasa kalau hidupku tidak memiliki makna. Aku tidak memiliki hal atau sesuatu yang membuatku merasa hidup. Aku sudah berusaha melakukan banyak hal, tapi tidak ada yang dapat memberikan kepuasan dan juga kebahagiaan untukku. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Paris.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Hujan
RomanceBuku ini berisi kisah-kisah cinta. Kisah cinta seorang gadis pada pria yang ada di mimpinya, Kisah cinta seorang yang abadi dan cintanya yang terus bereinkarnasi, Kisah cinta seseorang yang buta warna, menemukan warna dalam cinta, Kisah-kisah yang m...