Dua Belas Meteoroid

6K 435 46
                                    

"They are free

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"They are free. they glowed in all directions aimlessly. but don't forget that they always have their own light "

*
*
*

Sekolah terbaik.

Kedengarannya berlebihan, tapi keberadaanya nyata. Setiap pembukan pendaftaran siswa baru di tahun ajaran baru, para orang tua akan datang ke sekolah ini. Menerima selembar kertas lalu mengisi nama anak mereka. Yang berpotensi akan dipilih sebagai calon siswa baru, sementara yang sedikit terbelakang soal nilai, orang tua mereka akan datang ke kantor dan sedikit melakukan negosiasi. Lalu anak mereka akan terjajar namanya bersama anak-anak lain yang terpilih.

Itulah bagaimana cara uang bekerja.

Tapi siapa sangka, di sekolah terbaik ini ada satu kelas yang mestinya tidak ada di sana. Kelas yang terkenal dengan kebrandalan murid-muridnya. Kelas yang selalu disebut terakhir. Dan kelas dimana tidak ada guru yang betah mengajar karena mereka cuma akan jadi bahan olokan.

XII IPS X

"MANA LAGI TEMAN-TEMAN KALIAN?!"

Doyoung, mashiho, Jaehyuk, Asahi dan Junkyu yang berdiri tegap bermandikan matahari pagi itu menelan teriakan Guru kedisiplinan bulat-bulat.

Beliau memukulkan sebilah tongkat dari kayu rotan ke telapak tangan kirinya. Seolah teriakannya tadi hanyalah sebuah kata pengantar sebelum mukadimah panjang lebar tentang kelas dua belas paling bandel di depannya.

Mashiho —yang berdiri paling depan — tidak menjawab apapun karena dia betul-betul tidak tau kemana enam orang temannya pergi. Ralat, bukan teman. Mereka cuma berbagi kelas dan saling mengenal nama.

Mashiho sempat berbagi tatap penuh pertanyaan dengan Doyoung yang kini menggantikan posisi ketua kelas, tapi lelaki itu tidak bereaksi lebih selain mengedipkan matanya. Mashiho kembali menatap ke depan, tapi pandangannya malah jatuh pada lelaki tinggi yang berjalan santai memecah fokus barisan anak-anak perempuan paduan suara. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu, tapi sepertinya dia tidak peduli dengan dunia disekitarnya.

"YEDAM!"

lelaki itu melepas sebelah earplug di telinganya, lalu menatap guru kedisiplinan seolah tidak terjadi apa-apa.

"CEPAT MASUK BARISAN! KAMU NGGAK LIHAT UPACARA UDAH MAU DIMULAI?!"

Namun, respon Yedam cuma sebatas berkedip. Kemudian berjalan menuju barisan kelas paling belakang, mendengus berat setelah menempatkan dirinya di belakang Junkyu.

"Santai banget lo, anjir!" bisik Junkyu pada Yedam yang dibalas sebuah cemoohan. "Masalah buat lo?!" 

"Gue cuma ngomong. Santai aja kali."

"Nggak usah ngomong sama gue! Lo nggak pantes!"

Mata Junkyu memicing tajam. Kalau bukan sedang dalam suasana upacara, dia akan menghajar Yedam sekarang juga.

Lima detik berikutnya, seisi lapangan SMA TREASURE hening. Upacara Senin pagi dimulai dengan seorang  pemimpin upacara masuk ke lapang dan meneriakan sebuah perintah dengan nada lantang.

Tapi hening itu menghilang di detik berikutnya. Terganti gaduh luar biasa ketika enam orang anak laki-laki digiring paksa layaknya buronan oleh guru kedisiplinan.

***

"MANA KETUA KELASNYA?!"

Hyunsuk mengambil langkah ragu ke depan guru kedisiplinan. Berdiri diantara Junghwan dan Haruto yang sama kacau dengannya. Darah di ujung bibirnya sudah mengering tapi penampilannya betul-betul berantakan.

Lelaki itu masih ingat rasa sakit dari pukulan nyasar yang dilayangkan Haruto, juga tamparan nyasar yang dilakukan Junghwan. Dan sebenarnya semua itu salahnya.

Melerai dua orang musuh bebuyutan jelas salah, kan?

Harusnya gue biarin mereka bonyok tadi.

"Kamu tau apa tupoksi ketua kelas?"

"Tau, Pak..." jawab Hyunsuk lirih.

"TERUS KENAPA KAMU MALAH IKUT-IKUTAN ADU JOTOS? BUKANNYA MELERAI?"

Haruto dan junghwan. Dua lelaki itu menelan teriakan guru kedisiplinan buat ke sekian kali.

Begitu juga Hyunsuk yang tidak bisa membela diri atau sekedar mengatakan bahwa niatnya melerai dua musuh itu malah membuatnya terjebak dalam pertengkaran yang terjadi.

"Kalian ini udah kelas dua belas! Tahun terakhir! Mestinya buat kenangan baik buat diingat kalau kalian sudah lulus! Bukan malah bikin masalah terus!" Suara Guru kedisiplinan itu terdengar berapi-api. "Kalian nggak capek apa jadi omongan buruk sana-sini? Nama kelas kalian itu... Kalian tau... Nggak ada bagus-bagusnya! Nggak mencerminkan nilai-nilai sekolah ini, tau?!"

Mereka tau. Mereka tau. Para guru sudah mengatakannya ratusan kali.

"Sebagai hukuman, kalian semua nggak boleh masuk kelas sampai bel ganti pelajaran berbunyi! Dan kamu—"

Guru kedisiplinan itu menunjuk tepat ke wajah Hyunsuk menggunakan rotannya. "Saya mau kamu menjalankan tupoksi sebagai ketua kelas. Kalau ada salah satu dari sebelas anggota kelasmu yang keluar dari barisan ini..." Beliau terlihat mendikte wajah-wajah yang berdiri di belakang Hyunsuk lalu kembali memandangnya.

"... ketua kelas yang berurusan sama saya."

Hyunsuk terdiam waktu guru kedisiplinan itu bergerak meninggalkan mereka dalam suasana hening yang mencekam.

Panas matahari berubah jadi makin terik pada tiga menit pertama. Hyunsuk melirik bayangan teman-temannya dengan rasa bersalah. Tapi tatapan itu langsung berubah terkejut waktu salah satu bayangan milik lelaki di sebelahnya bergerak menjauh.

Dia bergerak menoleh. Haruto melangkah pergi.

"Haruto! Lo mau kita semua kena hukum lagi!?" teriak Hyunsuk, mencoba mencegahnya pergi.

Tapi lelaki itu kelihatan tidak peduli. Langkahnya makin jauh, berjalan tanpa menoleh ke arah teman-temannya. Hyunsuk berbalik menatap barisan anak-anak yang kelihatan kesal dan merunduk. Rasa bersalah itu merayapi batinnya. Lagi. Bahkan lebih besar.

Harusnya, memang, mereka tidak dihukum. Tidak harus berjemur dibawah terik matahari sampai bel ganti pelajaran berbunyi. Kalau saja dirinya bisa menjadi ketua kelas yang baik.

Yedam jadi orang kedua yang bergerak keluar barisan. 

"Ye-yedam! Lo mau kemana?"

Dan seruan-seruan itu terdengar terus-menerus. Seiring langkah-langkah yang menjauh.

"Junghwan!"
"Jeongwoo!"
"Yosh!"
"Eh... Woi!!! Jangan—"

Hyunsuk menatap kecewa pada punggung-punggung yang bergerak menuju entah-kemana. Pertama Haruto, setelah itu Yedam, diikuti Junghwan, kemudian Jeongwoo, lalu Yoshi, Asahi, Jaehyuk, Sampai akhirnya barisan itu hanya diisi oleh Mashiho, Junkyu, Doyoung dan Jihoon yang sekarang merangkulnya sambil menepuk bahu Hyunsuk prihatin.

Lelaki itu merunduk kalut. Ditatap ujung-ujung sepatu dekilnya sambil mencoba menerima kenyataan yang berdiri di hadapannya. Kenyataan bahwa sebelum dan setelah menjadi ketua kelas pun, tidak ada yang pernah mendengarkannya.[]

***
C

erita ini udah lama banget ada di draft. Rasanya bakal janggal kayaknya karena aku up cerita ot12 ketika mereka resmi jadi ot10

Tapi apapun yang terjadi, aku tetep akan anggap treasure 12.

Ah.... Kangen era jikjin:'
Mohon dukungannya buat cerita ini ya...

Konstelasi 12 Bintang | TREASURE OT12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang