"The night is still silent. our tears are still hidden"
*
*
*
Kuncinya harus percaya. Bahkan sihir aja bisa bekerja kalau kamu percaya.Mashiho mendribble bola basketnya lalu melakukan shooting buat ke sekian kali. Perkataan pak Ginan siang tadi membikin pikiran Mashiho nggak bisa diajak kompromi. Kepalanya terasa berisik, seolah banyak sekali suara yang memaksanya terus berpikir, lalu overthinking. Padahal jam baru menunjukkan pukul delapan.
Mashiho tau, di jam segini lapangan bakal sangat sepi karena letaknya agak ke belakang komplek perumahan apalagi malam ini langit juga nggak terlihat seceria malam sebelumnya. Tapi justru itulah yang Mashiho cari, Sebuah sunyi yang tenang. Hanya Mashiho dan bolanya. Berdua.
Dari dulu, Mashiho memang suka basket. Awalnya karena ayah sering mengajaknya nonton pertandingan NBA di tv, bersorak buat orang-orang jangkung yang memasukkan bola ke dalam ring tinggi di ujung lapangan.
Mereka keren, Mashiho berpikir sambil membayangkan dirinya jadi setinggi para pemain basket itu dan berada di lapangan dengan seragam putih bernomor punggung 8. Lalu sejak saat itulah Mashiho mencintai basket. Dia mulai ikutan club basket buat anak-anak waktu usianya masih SD. Mashiho jadi yang paling rajin latihan, membuat timnya mendapat juara berkali-kali waktu melawan tim lain bahkan sampai ikut lomba yang lumayan bergengsi pada masanya.
Namun, nggak seperti kemampuannya yang semakin berkembang, Tinggi badannya justru lambat bertambah.
Mashiho jadi diremehkan, Puncaknya adalah ketika seleksi tim basket buat ikutan tanding lawan club sebelah, Mashiho tereleminasi dengan cara paling nggak adil. Cuma karena dia jadi yang paling pendek diantara teman-temannya, Mashiho nggak diperbolehkan ikut. Waktu itu Mashiho bisa saja bilang kalau dia bisa main basket jauh lebih baik daripada yang lain, tapi melihat bagaimana teman-temannya bahkan nggak peduli kalau Mashiho tereliminasi membuatnya terdiam.
Mashiho marah, kesal, kecewa, tapi nggak bisa berbuat apa-apa.
Sejak hari itu, Mashiho berhenti main basket. Bahkan nyaris melupakan basket kalau saja seorang lelaki dengan pakaian serba merah nggak datang dan mengisi rumah kosong di sebelah rumahnya. Lelaki dengan behel dan pipi chubby yang banyak tanya. Lelaki yang bikin Mashiho main basket lagi.
Kuncinya percaya...
Tapi Mashiho masih nggak yakin bisa jadi seperti yang pak Ginan bilang.
"Michael Jordan!!!"
Sebuah teriakan membuat Mashiho berhenti mendribble bola basket di tangannya dan menoleh. Ada siluet seorang lelaki yang nggak kelihatan begitu jelas, tapi dari caranya berjalan Mashiho tau betul orang itu adalah Doyoung. Hanya saja sangat nggak biasa kalau tetangganya itu keluar di jam segini. Doyoung itu kutu buku yang selalu ngabisin waktu di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi 12 Bintang | TREASURE OT12
FanficXII IPS X, kelas terburuk di sekolah terbaik. Kelas yang namanya disebut paling akhir. Kelas yang kau hanya akan mendengar keburukannya dari orang lain. 12 anak laki-laki yang mengisi kelas XII IPS X itu bagaikan kutub magnet yang sama, saling tolak...