04. Gawat

46 6 0
                                    


Jisoo turun dari motor Suho ketika mereka sampai di sebuah kos an putri.

"Nah ini kos annya. Gimana?" tanya Suho meminta pendapat

"Bagus, makasih ya Ho jadi ngerepotin" ujar Jisoo tak enak membuat Suho terkekeh ringan "Iya, biasa aja kali"

"Eh ada Suho, kenapa nih tumben?" tanya seorang pria paruh baya

"Eh Om, gini , dia temen Suho namanya Jisoo. Lagi nyari kamar kosan. Boleh kan dia tinggal disini?" tanya Suho

"Ohh gitu, boleh-boleh kenapa enggak. Yang penting ikuti aturan dan inget bayar aja ya hehe."

Jisoo mengangguk mengerti. Suho juga ikut tersenyum "Kalo gitu aku tinggal dulu ya Jis"

"Makasih banyak ya Ho, hati-hati"

Jisoo tersenyum manis setelahnya, ternyata selain tampan Suho memiliki hati yang baik. Beda banget sama si Seokjin yang ngeselin banget.

***

Udah tiga hari Seokjin di kota. Tapi hari ini mulai jualan di kota. Enaknya jualan dimana ya? Masih bingung, karena Seokjin termasuk pendatang baru. Hari ini dia udah bangun pagi karna semangat banget buat jualan. "Harusnya gue udah dari kemarin-kemarin nih dapet lapak tetap buat jualan sate. Ini semua gara-gara si cewek ngeselin itu. Gue jadi gak bisa ambil lapak dihari itu" ucap Seokjin sambil mengelap gerobaknya

"Tapi itu cewek sekarang dimana ya. Dia bilang dia mau kuliah di kampus Bangsa...Eh Tapi, ngapain gue mikirin dia. Mending gue jualan sate." tambah Seokjin lagi

Baru selesai mengunci pintu rumah. Seokjin malah ditelpon oleh sang ibu. Waduh pertanda buruk.

"Halo kenapa buk? belum apa-apa udah nelpon?" Seokjin mengimbangin suaranya dengan kekehan canggung membuat sang ibu mendelik di seberang telpon

"Kok kenapa buk? Gimana kabar kalian berdua di kota?"

"B-baik" jawab Seokjin gugup

"Sooya mana? Ibuk mau ngomong"

"A-anu buk"

"Anu-anu, kenapa Sooya? Sooya mana?"

"Sooya, S-sooya masih kuliah lah buk. Nanti ya ngomongnya"

"Ohh gitu. Eh ibuk mau ngomong ama lu. Kalo ibu bakalan kesana. Mau nyusulin lu berdua ke kota"

Sontak pernyataan itu membuat Seokjin tambah panik. "N-ngapain buk? Mending jangan deh. Seokjin sama Sooya baik-baik aja kok buukk"

"Kenapa emang gak boleh. Ibuk kan kangen sama lu berdua. Ibuk khawatir sama lu berdua"

"T-tapi buk—"

Saluran telpon dimatikan. Seokjin menepuk jidat. Mampus! Ibunya akan kemari lalu bagaimana kalau ibunya tahu jika Jisoo tidak tinggal bersamanya dirumah?!

"Gue harus cari Sooya ini."

Seokjin memilih mencari Jisoo disiang hari disela-sela ia berjualan. Toh masih sepi, ia pun bertanya pada warga setempat dimana letak kampus Bangsa. Ternyata tidak jauh darisini. Langsung saja Seokjin kesana.

"Mana nih Sooya, kira-kira dia udah pulang atau belum ya" ujar Seokjin pelan

Seokjin akhirnya mengintip dari luar gerbang kampus dan melihat Jisoo diparkiran namun bersama seorang pria. "Itu dia tuh si Sooya, eh tapi dia sama siapatuh?"

Seokjin melihat pria itu menggandeng tangan Jisoo seraya tersenyum. "Wah parah, udah pergi gak ngasi nomer hp. Baru masuk kampus aja udah gandeng orang kota aja. Gayanya Kampungan" ucap Seokjin seraya menggelengkan kepala

Seokjin hendak menghampiri namun urung. "Ah ngapain gue nyamperin dia. Ntar dia besar kepala terus mikir gue suka lagi sama dia. Ihhh ogah bener"

Namun, lagi-lagi Seokjin memikirkan ibunya yang berniat kerumahnya. Mau tidak mau ia harus menghampiri Jisoo sekarang juga sebelum mereka menghilang. Dengan terpaksa dan rasa malas, Seokjin kesana berdiri dihadapan Jisoo dan juga pria asing itu yang masih menggenggam tangan Jisoo.

"Bisa lepasin dulu gak tangan lu dari tangan bini gue? Gue mau ngomong sama dia" ucap Seokjin datar

"Apa? Bini? yang mana?" tanya Suho balik tak mengerti

"Iya bini, ini yang lagi lu pegang tangannya. Gue suaminya"

Mata Jisoo mendelik kaget mendengarnya. "Hah?!Enggak, Suho kamu gak usah percaya sama dia. A-aku aja gak kenal sama dia. Siapa sih lo ngaku-ngaku"

Seokjin tersenyum simpul "Yakin gak kenal sama gue?" tanyanya mendekati wajah Jisoo yang spontan memundurkan wajah . "Gak kenal"

"Beneran gak kenal, sama gue.Coba inget-inget lagi" ucap Seokjin lagi membuat Jisoo berusaha menutupi rasa paniknya dengan gelengan ribut

"Bro-bro. Udah jangan gitu kasian dia ketakutan." bela Suho

"Bentar, Gue kasi liat" Seokjin mengeluarkan ponselnya dan memberi tahu foto jepretan pasca ia menikah dengan Jisoo dua hari lalu. Namun belum lama Suho memperhatikan foto itu, Jisoo segera menarik tangan Seokjin. "Tunggu dulu ya Ho"

"Eh lo bisa gak sih gak usah ngomong kalo lo suami gue? Ini kan dikampus lagian lo gak inget kita kan cuma pura-pura" omel Jisoo

"Iya gue tau. Tapi ada yang lebih penting dari itu. Ibuk gue mau ke rumah"

Kening Jisoo mengerut "Terus? Hubungannya sama gue apaan?"

Seokjin mendecak lelah "Lu kan mantunya. Dia nyariin elu, nanyain elu mulu. Sedangkan lu gak ada dirumah"

"Aduhh lo bego banget sih. Kan bisa bilang alesannya gue kemana kek apa kek"

"Masalahnya, ibuk gak mau denger alesan gue. Dia pengen ketemu sama lu. Cuma ada satu cara, gue minta lo tinggal serumah sama gue"

"Serumah sama lo? Idih ogah banget. Itu kan ibuk lo, Lo urus tuh ibuk lo sendiri. Gue gak ada urusannya" ucap Jisoo hendak pergi tapi Seokjin menyusulnya

"Eh-eh setau gue bapak lu juga mau kesini"

Jisoo terdiam sejenak lalu berbalik menatap Seokjin

"Yang bener lo?! Haah terus gimana dong"

"Ya makanya"

"Yaudah deh kalo gitu. Gue mau tinggal sama lo" putus Jisoo, lama-lama capek deh kayak gini

"Sekarang barang lo dimana?"

"Di kos"

Untung aja Jisoo mau menuruti kemauan Seokjin, ya meskipun sebenernya Seokjin gatau bapaknya Jisoo bakalan dateng beneran atau enggak. Bodo amat, yang penting Jisoo ada dirumah dulu biar mereka berdua aman.

 Bodo amat, yang penting Jisoo ada dirumah dulu biar mereka berdua aman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coba LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang