05. Ibu Mertua

50 5 0
                                    


Seokjin menunggu Jisoo mengambil barangnya diluar kos putri sambil jagain gerobak. Seokjin kan sayang sama gerobak, masa ditinggal kan kasian. Kalo andai gerobak ada nyawanya, Seokjin mending sama gerobak aja daripada sama si Jisoo yang ngerepotin hidup dia banget.

"Buruan dong. Masa ngambil tas lama amat" protes Seokjin menunggu lama, ini keburu ibuknya dateng.

"Bantuin bawa kek, berat ini!" teriak Jisoo kesal

"Aduh lu bawa sendiri aja deh. Gue kan bawa gerobak"

"Eeeerrrh" Jisoo menggeram sebal, iapun hendak menaruh tas pakiannya itu dibagian gerobak Seokjin namun Jisoo sengaja mengarahkannya pada kepala Seokjin. Alhasil kepala Seokjin terpentok tas Jisoo yang tebal dan berat itu

"Aduhh! Pelan-pelan dong!" Seokjin mengusap kepalanya

"Apaan?!" tanya Jisoo melotot membuat Seokjin menciut sesaat

"Nanti kalo gerobak gue rusak lo mau ganti hah?" tanya Seokjin dengan lirikan mengancam

"Enggak"

"Yaudah"

Jisoo berkacak pinggang. "Ohhh gitu ya lo, sekarang lebih penting gerobak daripada gue?"

"Yaiyalah, ini kan usaha gue" jawab Seokjin mencium gerobaknya sekilas membuat Jisoo geli

"Kalo gitu urusin tuh ibuk lo sendiri. Gue gak ikut" Jisoo melangkah pergi namun Seokjin meraih pergelangan tangannya segera

"E-ehh tunggu, tunggu. Jangan gitu dong. Iya-iya lu yang lebih penting. Sekarang mana barang lu biar gue yang ambil"

"Tuh" tunjuk Jisoo dengan dagunya membiarkan Seokjin memindahkan tasnya keatas gerobak saja namun tiba-tiba seseorang datang.

"Jisoo, mau kemana kamu? Maksud kamu apa? Pergi gini aja?" tanya Suho membuat Jisoo agak terkejut

"Suho, please kamu dengerin aku dulu. Aku bisa jelasin—"

Suho melepas genggaman tangan Jisoo. "Kamu pikir aku bodoh? Kamu cuma pengen tempat tinggal gratis kan?! Jadi gini cara kamu balesnya dengan pergi sama tukang sate kampungan ini? Bilang aja lo cuma mau modus doang"

Sontak emosi Seokjin terpancing dan meraih kerah kemeja Suho dengan tatapan nyalang. "Apa lo bilang tadi hah?!"

"Apa lo!" Suho balik menantang. Jisoo berdecak panik dan melerai mereka berdua.

"U-udah! Udah dong! Jangan berantem" ucap Jisoo dengan tegas pada mereka berdua yang menjauh.

"Aku minta maaf sama kamu Suho, buat saat ini ada urusan yang lebih penting yang beneran harus aku selesaiin. Aku bakal jelasin besok"

"Yaudah silahkan. Gak usah balik lagi sekalian"

***

Jisoo kini berjalan pulang beriringan dengan Seokjin disebelahnya seraya menorong gerobak. Kalau dipikir-pikir Seokjin anak yang mandiri. Dia punya usaha sendiri untuk membangun masa depannya. Dia tidak begitu buruk, meskipun menyebalkan sih.

"Lo masih marah sama Suho? Karna dia bilang lo—"

"Bukan" kata Seokjin memotong ucapan Jisoo

"Lah terus?"

Seokjin menoleh kearah Jisoo dimana perempuan itu malah menatapnya penasaran. Seokjin menghela nafas, dia tidak peka atau bagaimana? Jelas-jelas saja, lelaki bernama Suho itu mengatakan yang bukan-bukan pada Jisoo tapi dia justru tidak menyadarinya. Lelaki macam apa yang berkata kasar dan tak mengenakkan pada wanita.

Coba LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang