🐿️{2. kakak & desa terlarang}🐺

16 3 1
                                    

Sissy sudah siap dengan busur nya, dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sissy sudah siap dengan busur nya, dan..

Stek

Panah menancap tepat di poin paling tinggi, panahan nya tidak akan pernah meleset.

Pertandingan pun selesai, semua peserta pun bubar dari lapangan, kini saat nya untuk menentukan pemenang.

Sebuah papan skor menunjukkan bahwa Sissy lah seseorang dengan skor terbanyak, dan tentu saja Sissy yang memenangkan pertandingan tersebut.

Sissy pergi ke bangku atas untuk menonton pertandingan selanjutnya. Sedangkan raja dan ratu duduk di kursi yang sudah di sediakan.

"Hei, tak kusangka kau sangat hebat dalam memanah." Ujar Nara yang terkesan dengan aksi Sissy tadi.

"Aku belajar memanah sudah sejak aku kecil. Aku benar-benar menyukai bagaimana busur melesat dan menancap di sebuah target." Jawab Sissy sembari tersenyum kecil,

"Kakak yang pertama kali mengajariku cara memanah," lanjutnya, yang membuat Nara terkejut.

"Kau memiliki Kakak? Aku pikir kau anak tunggal."

"Kakak ku sudah meninggal di usia 14 tahun."

"Bagaimana bisa?"

"Kau tahu Para dazel bukan? Mereka lah penyebab kematian kakak ku, mereka mengubah kakak ku menjadi batu." Ucap Sissy, namun ada sedikit tetesan air mata di pipinya.

"Cerita lah, aku akan mendengarkan." Ujar nara, namun hanya di tatap oleh Sissy, seolah-olah Sissy percaya kepadanya.

Saat itu aku di ajak oleh Kakak ku, kak Rayssa, ke desa terlarang yang sudah di larang keras oleh pemerintah.

Aku menolak, namun ia berkata,
"Ayolah, tak apa, aku yakin disana sangat keren" sehingga aku merasa pasrah.

Kita sampai di desa tersebut, kami masuk ke gerbangnya, dan sangat kosong, seperti desa yang tak berpenghuni.

Aku dan kak Rayssa berjalan-jalan menikmati angin yang luar biasa sejuk nya, dan tiba-tiba angin itu semakin kencang.

Aku merasa takut, dan memilih untuk pulang, begitupun dengan kak Rayssa.

Namun saat kami ingin pulang, tiba-tiba gerbangnya terkunci dengan sangat rapat, sehingga kami menangis sembari mengguncangkan pagar tersebut.

Angin semakin kencang, terasa sangat menakutkan, sangat kosong, dan sepi.

Tak ada seorangpun yang menolong kami,

Tiba-tiba di belakang kami ada sebuah suara seperti langkah kaki yang menginjak rumput kering.

Aku menoleh kearah kakak ku perlahan, begitupun dengan kakak yang menoleh kearahku.

Kakak ku memberikan sebuah tanda untuk berbalik ke belakang bersama.

Dan kami melakukannya.

Terdapat para dazel yang sudah siap untuk menyentuh kami.

Para dazel adalah sebuah monster, dimana jika kita tersentuh oleh mereka, maka akan menjadi batu.

Aku menangis sekencang-kencangnya, berteriak meminta pertolongan, namun nihil, tidak ada yang datang.

Kakak ku melihat lihat sekitar untuk menemukan jalan kabur, dan terdapat sebuah tembok ke arah kerajaan yang terlihat lumayan tinggi namun masih bisa di panjat.

"Kesana! Ayo!" Ujar kakak ku sembari menarik tangan ku.

"Memanjat? Aku tak bisa memanjat, kak!" Bentak ku, namun tetap di paksa oleh kakak ku.

"Naiklah ke punggung ku, lalu kita pergi dari sini"

"Kau yakin? Aku tak tega!." Jawab ku.

"Cepat Sissy! Waktu kita tidak banyak!"

"A-aku tidak bisa kak.."

"Mereka hampir sampai!" Tanpa pikir panjang, aku menaiki punggung kakak perempuan ku, dan di bantu naik juga olehnya.

"Ayo naik kak!" Ucap ku sembari menyodorkan tangan untuk bantuan.

Kak Rayssa meraih tangan ku, namun tiba-tiba ia lepaskan.

"Ada apa? Mengapa kakak lepaskan?" Tanya ku, namun kak Rayssa hanya tersenyum.

"Aku sudah tersentuh.." lirih nya, membuat ku terkejut dan ingin menangis.

"Kak.. Sissy mohon jangan mati.." ucap ku sembari menahan tangis.

"Tolong jadilah putri mahkota yang baik, ganti kan lah kakak." Ucap kak Rayssa.

"Jangan bilang begitu! Kak Rayssa ga akan mati!"

Kak Rayssa hanya tersenyum, senyuman nya yang hangat membuat ku ingin menangis dengan kencang.

"Kuasai bakat memanahmu, kakak akan sangat bangga jika kau bisa memanah, jangan rindu kakak ya, karna kakak akan menjadi bintang yang ada di langit."

"Sampai jumpa, Sissy." Ucapan terakhir nya sebelum seluruh tubuhnya menjadi batu.

Aku menangis sekencang-kencangnya, lalu turun dari tembok, pergi ke kerajaan dan melaporkan semua nya kepada ratu dan raja.

"Bunda.. kakak menjadi batu, karna kami pergi ke desa terlarang dan di serang oleh dazel.."

"Apa? Bagaimana bisa? Jelas kan semuanya pada bunda, nak" ucap ibuku sembari menangis.

Aku menangis dan menceritakan semua yang terjadi, sehingga di dengar oleh ayahku.

"Kerahkan pengawal! aku ingin mengambil patung putri ku Rayssa!" Ujar ayah ku.

Patung kakak pun di bawa ke istana, aku menangis sesenggukan sembari memeluk patung tersebut.

"Maafkan aku kak, karna aku tidak cepat-cepat naik, jadi nya kakak seperti ini."

"Patung kakak pun di simpan di sebuah taman rahasia yang berada di kerajaan ini."

Nara mengusap punggung ku lembut, seperti menyalurkan sebuah kekuatan untuk sissy.

"Aku turut berduka cita atas kematian kakak mu, rela kan dia, ia sudah tenang."

Sissy mengangguk, lalu ia merasa lelah dan perpamitan kepada Nara.

"Aku akan kembali ke kamar, hari ini terasa sangat melelahkan, sampai jumpa." Ujar Sissy, dan di balas lambaian tangan oleh Nara.

🐿️🐺⚔️🐿️🐺⚔️🐿️🐺⚔️🐿️🐺⚔️🐿️🐺

To be continue..

|| The Real Queen ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang