Nara dan Sissy sedang berada di balkon kamar Sissy, mereka sedang menikmati angin malam yang menyelimuti seluruh tubuh mereka.
"Kau sudah sembuh?" Tanya Nara, dan diangguki oleh Sissy.
"Bekas luka nya sudah menghilang, aku sudah pulih sepenuhnya."
"Sebenarnya, siapa yang berniat mencelakai mu?" Sissy menggeleng, ia tidak merasa jika pernah membuat kesalahan fatal sehingga seseorang dendam kepadanya.
"Aku tidak tau" jawab Sissy singkat.
Nara mengalihkan matanya ke arah pekarangan rumah warga yang ada di sekitar kerajaan.
"Malam ini sangat dingin, mengapa kau tak memakai jaket?"
"Aku menyukai bagaimana angin malam yang menusuk tubuhku." Ujar Sissy.
"Aneh sekali." Nara melihat Sissy yang sedang memandang langit malam yang di taburi oleh bintang-bintang, dan kini Nara juga ikut menatap langit seperti Sissy.
"Kau lihat bintang yang paling terang itu?" Ucap Sissy sembari menunjuk kearah bintang tersebut.
Nara mengangguk, dan ia melihat Sissy yang menampilkan senyum nya.
"Aku yakin, itu adalah kakak." Seru Sissy, membuat Nara terheran.
"Mengapa kau sangat yakin?"
"Kakak sudah berjanji agar tetap ada di sisi ku, namun dengan wujud bintang." Jawab Sissy.
Tiba-tiba ada seorang pelayan yang mengetuk pintu kamar Sissy. Dengan sedikit kebingungan, akhirnya Sissy mengizinkannya masuk.
Pelayan itu membawa nampan berisi 1 cangkir teh, membuat Sissy bertanya,
"Aku tidak meminta untuk di bawa kan teh," ucap Sissy.
"Maaf putri Sissy, tapi saya diminta oleh Ketua pelayan untuk membawa kan putri secangkir teh." Jawab pelayan itu, namun hanya di angguki oleh Sissy.
"Baiklah, terimakasih untuk teh nya, kau boleh keluar." Ujar Sissy sembari menampilkan senyum nya yang menenangkan.
"Saya permisi."
Pelayan itu keluar, dan Sissy mengambil cangkir teh itu untuk di minum.
"Ternyata kau murah senyum juga, aku pikir kau sangat jutek." Seru Nara, membuat Sissy menatap nya sinis.
Sissy meminum teh itu, lalu menaruh nya lagi di sebuah mangkuk kecil yang ada di meja.
"Aku tidak seperti itu."
Sissy menatap sebuah bulan, yang terlihat begitu cantik. Namun ada sesuatu yang janggal, badannya terasa panas.
"Mengapa udaranya menjadi sangat panas?" Ucap Sissy, sembari menaik turunkan tangannya ke arah wajah.
"Yang benar saja, udara nya sangat dingin." Jawab Nara yang kebingungan.
Sissy terdiam, ia sedang memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| The Real Queen ||
Science Fictionkisah seorang Putri mahkota yang bertemu dengan putra mahkota dari kerajaan seberang, awalnya keduanya hanya ingin berteman, namun takdir tidak pernah ada yang tahu bukan? terdapat 2 mahkota yang akan memilih siapa raja dan ratu sesungguhnya, maka a...