Part 1

19 3 0
                                    

Mentari bersinar dengan sangat cerah di hari Senin pagi ini, Sudah banyak siswa/siswi yang mengeluh dan beberapa juga sudah terlihat seperti cacing kepanasan. Tapi di depan sana seorang pria tua belum juga ingin menyelesaikan acara pidato yang terasa sangat panjang bagi seluruh siswa disekolah ini.

Nika sudah berkali-kali mengeluarkan tisue di saku bajunya untuk mengelap keringat yang sudah membanjiri wajahnya.

"Nik, Lo masih oke kan??" Ucap seseorang di belakang Nika.

Nika hanya menganggukkan kepalanya pertanda mengiyakan pertanyaan itu.

Tapi tidak selang berapa lama, Tiba-tiba tubuh Nika terasa berat dari arah belakangnya. Bukan, bukan Nika yang pingsan melainkan sosok cewek yang tadi menanyakan keadaannya. Untungnya PMR menyadari semua itu, dan membawa cewek yang tengah pingsan itu ke UKS.

Setelah beberapa menit barulah upacara yang terasa seperti hukuman itu berakhir.

°°°°°°
Nika sudah duduk anteng di dalam kelasnya dengan buku tebal yang ada di hadapannya, sangat khusyuk bahkan nyamuk pun enggan mengganggunya.

Tiba-tiba pintu ruang kelasnya terbuka menampilkan sosok cewe manis. Nika tidak menggubris itu, dia tetap fokus dengan apa yang dia baca.

"Bener-bener Lo nik, Lo gak haus apa? Kalo Lo lupa sini gue ingetin lagi, 15 menit setelah upacara itu kita boleh ke kantin dulu. Lo manusia bukan sih?" Heran Fika yang sudah duduk di samping Nika saat ini.

Fika atau nama lengkapnya Hafika humeera, dia satu satunya sahabat Nika dari sejak dia masih kecil. Tidak pernah terpisahkan, Bahkan urusan kelas pun keduanya tidak pernah pisah.

"Bukan, saya orang." Ucap Nika judes.

" Manusia dan orang apa bedanya Maemunah, otak yang encer Lo masih berfungsi kan? "

"Ehh iya Nik, tadi gue liat Ghifari lohh sama cewe. Berduaan kayak dunia milik berdua aja." Sambung Fika.

"Terus?"

"Lo gak kepo gitu?"

Nika menyudahi acara membacanya dan melihat kearah Fika tepat di sampingnya.

"Fik, saya emang suka sama dia tapi bukan berarti saya perlu kepoin dia setiap saat. Saya butuh belajar, kamu Taukan gimana kerasnya orang tua saya kalo liat nilai saya ada yang jelek."

"Nik, sekalipun Lo gak belajar tuh otak udah encer dari sananya. Lo gak bosan apa dengan kehidupan monoton. Sekali-kali Lo perlu liat dunia luar, jangan terfokus cuman di buku aja."

"Asal Lo tau pas Lo bilang suka sama Ghifari gue senengnya minta ampun. Gue kira Lo udah mau ninggalin kehidupan monoton Lo itu." Sambung Fika.

"Saya rasa mungkin perasaan itu perlu di buang. Gak ada yang berubah kan Fik. Saya tetep gak bisa nunjukin perasaan saya ke dia. Jadi itu cuman sia-sia aja."

Memang, saat Nika mengatakan menyukai kakak kelasnya itu Fika jadi bersemangat mendekatkan dirinya dengan kakak kelasnya. Tapi, segala cara yang Fika usulkan selalu di tolak mentah mentah oleh Nika. Nika tidak berani sejauh itu, Dia merasa ragu untuk melangkah terlalu dekat dengan kakak kelasnya itu. Baginya cukup dengan mencintai dari jauh, Tapi Fika tidak mau Nika hanya seperti itu.

"Jangan gitu dong Nik, Lo harus perjuangin cinta Lo. Pokoknya harus."

"Liat nanti aja deh."

Melihat Nika yang melanjutkan kembali aktivitasnya yang terasa membosankan itu bagi Fika, jadilah Fika menelungkup kan kepalanya bosan. Jika sudah begini Fika tidak tahu harus berbuat apalagi.

°°°°°°

Saat ini jam istirahat telah berlangsung sejak tadi, Nika saat ini sedang berada di kantin bersama dengan Fika. Siapa lagi kalo bukan cewe itu, Nika tidak punya banyak teman. Dia hanya punya satu.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang