Jam terakhir ini Nika isi dengan membaca buku di perpustakaan sekolahnya, Terlalu suntuk di kelas di tambah tidak ada satupun guru hari ini masuk ke dalam kelas dan hanya memberikan tugas individu yang sudah beberapa jam lalu Nika selesaikan.
Tapi yang lebih membuat Nika tidak betah di kelasnya saat ini adalah sosok pria yang duduk di sampingnya. Rendra hanya diam dan tidur, Tapi entah mengapa Nika selalu merasa di awasi oleh cowok itu. Matanya yang sekilas terlihat hangat itu tidak sehangat akan maknanya, Nika merasa tatapannya itu penuh dengan makna yang sangat mendalam, tapi Nika tidak tau apa maksudnya.
Lama Nika membaca buku disana, Bel berbunyi nyaring pertanda bahwa hari ini sekolah sudah usai. Nika bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan itu dan menuju kelasnya.
Hanya angin sepoi-sepoi yang menemani Nika berjalan, benar-benar terlihat seperti orang yang kesepian.
"Hai" ucap seseorang dari arah belakang Nika yang membuatnya terkejut.
Nika berbalik dan melihat kearah belakangnya. Disana terdapat Ghifari yang tersenyum kearahnya, Nika terpesona melihatnya Tapi dia Dee berusaha menguasai dirinya.
Nika hanya membalas senyuman itu tanpa mengatakan apapun, dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Orang tuh kalo di sapa, di jawab."
Nika menoleh, melihat kearah Ghifari dan hanya bisa tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia tidak tau harus mengatakan apa, Di tambah beberapa menit yang lalu jantungnya mulai berdisko ria di dalam sama. Terlalu gugup untuk membalas sapaan pujaan hatinya.
"Ohh iya, Berhubung kemarin gue ada program nih, Dan kayaknya Lo orang yang tepat ngisi program ini tapi itupun kalo Lo setuju sih." Lanjut Ghifari.
"Maksudnya?"
"Gue kira Lo gak akan bicara. Yahh awalnya sih gue nyuruh Fika buat bilang ke Lo tapi dasar si kerdil gak bisa di ajak kompromi malah ninggalin gue..." Belum juga Ghifari menyelesaikan omongannya, Nika sudah memotongnya
"Please, to the point aja." Nika terlalu penasaran tentang program Ghifari jadilah dia dengan terpaksa memotong perkataan Ghifari, di tambah sejak tadi dia sudah ingin melarikan diri dari sini, takutnya Ghifari mendengar detak jantungnya yang kian menit kian menggila di dalam sana.
"Gak sabaran banget sih."
"Nah, jadi gini. Gue sama anak-anak OSIS yang lainnya kemarin sempet patroli di sekitar sini. Awalnya kita-kita cuman mau liat bangunan sekolah dari luar, takutnya ada tempat yang bisa di jadiin mereka buat bolos. Tapi alih alih patroli, kita Nemu di belakang sekolah ada gubuk kecil nah awalnya gue mau anjurin, Tapi tiba-tiba banyak anak kecil yang datang dan nahan kami..."
"Kamu tau kan arti kata to the point." Potong Nika sekali lagi. Bukan Nika tidak mengerti kata sopan santun, hanya saja penjelasan Ghifari amatlah panjang.
"Perasaan dari tadi Lo motong terus pembicaraan gue deh." Ghifari tidak menerima ucapannya selalu di potong oleh Nika.
"Saya gak ada waktu dengar penjelas panjang kali lebar kamu."
"Yahh Lo mah gak seru, padahal nih cerita bukan sembarang cerita."
"Jadi?" Nika tidak menggubris ucapan Ghifari yang sebelumnya, Baginya saat ini yg perlu di lakukan adalah hanya mempersingkat waktu saja. Mendengarkan Ghifari bercerita panjang lebar memanglah keinginannya tapi melanjutkannya bukanlah ide yang bagus melihat jantungnya yang kini terasa tidak aman.
"Nah, berhubung otak Lo di atas rata-rata. Gue mau Lo bantu anak anak di belakang sana yang gak mampu sekolah."
"Emangnya anggota OSIS gak mampu ngajarin mereka? Kan cuman anak kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
RomanceFollow dulu sebelum baca😊😊 _____ Nika tidak pernah menyangka kehidupannya yang tenang dan damai rusak begitu saja hanya dengan kehadiran sosok di masa lalunya. "Gue gak akan pernah bisa ngelupain masa lalu itu, Terlalu sakit untuk di buang begitu...