"Hari itu saya gak berniat ngelakuin itu kok." Jelas Nika pada Fika dan Kirana yang sudah menangis sejadi-jadinya.
"Iya Nik, gue tau itu karna pembatas kan? Cuman gue yang nyaksiin langsung berasa itu Lo emang niat ngelakuin itu."
"Lo gak tau aja nik, hari itu pas udah di rumah sakit, Gue berasa mau buang nih anak ke luar angkasa." Ucap Kirana yang sudah menghentikan tangisannya, Tapi suaranya masih sengau khas orang menangis.
"Tega bener Lo kak bilang gitu. Hiks hiks hiks" Fika menyahuti dengan tangisannya yang belum berhenti malah menjadi-jadi saat mendengar penuturan Kirana yang berada di sampingnya saat ini. Nika yang berada di depan keduanya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis beda usia itu.
"Lo gak tau aja Fik, mama Lo aja sampai malu liat tingkah Lo yang udah gila tingkat akurat. Udah tau kita di rumah sakit ehh Lo nya malah kayak orang gila."
"Lo emang orang jahat kak." Fika cemberut mendengar penuturan yang sangat jujur itu dari Kirana, memang benar hari itu dia seperti kehilangan kendali atas dirinya. Mengingat itu Fika hanya meringis, dia benar-benar sangat malu jika mengingat kejadian itu lagi.
(Flashback on)
Saat ini Fika,Kirana dan mama nya Fika sudah sampai di rumah sakit. Tapi saat ini Fika sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri, saat membawa Nika ke rumah sakit Fika pingsan karna melihat darah yang begitu banyak keluar dari kepala Nika.
Fika memang seperti itu saat dia melihat darah yang begitu banyak dia akan pingsan dan tidak sadarkan diri beberapa jam. Jadilah saat ini Fika di infus di salah satu ruangan yang tidak jauh dari ruangan ICU dimana Nika sedang berjuang.
Berjam-jam Fika tidak sadarkan diri, Hingga malam menjelang barulah dia sadar dari pingsannya. Mungkin Fika juga sangat terkejut melihat dengan mata kepalanya sendiri Nika terjun dengan bebas.
Fika yang sadar dari silumannya, mengedarkan pandangannya keseluruh arah. Tidak seorang pun yang ada di ruangan ini hanya ada dirinya, dia melihat baju yang di kenakannya saat ini, baju khas rumah sakit. Seingatnya tadi dia mengantarkan Nika ke sini tapi kenapa malah dia yang di rawat.
Beberapa detik barulah dia tersadar. Dia mencabut paksa infusnya dan segera berlari mencari ruang ICU, dia tidak membutuhkan infusnya, yang dia butuhkan melihat sahabatnya dan mendengar suaranya itu. Tapi yang paling penting dia ingin tahu bagaimana keadaan sahabatnya itu.
Fika berlari tanpa memakai sendalnya, Saat sudah sampai di ambang pintu dia tidak tau harus kemana, kenapa juga dia di tinggalkan sendiri disini.
Dia berlari menuju resepsionis rumah sakit ini dan bertanya keberadaan ICU. Saat sudah mendapatkan jawabannya Fika berlari menuju ruangan itu tanpa memperhatikan sekitarnya. Yang dia mau saat ini mendengar kabar sahabatnya.
Saat tiba di ruang ICU, Dia duduk dan menunggu dokter keluar membawakan berita baik dari sahabatnya. Dia harus tenang bukan, ini rumah sakit, dia tidak boleh membuat kerusuhan sedikit pun. Tapi Fika tetaplah Fika, dimana ada Fika disitulah ada kerusuhan.
Saat dokter itu keluar, Fika langsung menghampirinya tanpa pernah peduli dengan sekitarnya.
"Dok, gimana keadaan sahabat saya?" Tanya Fika dengan sedikit berteriak.
"Mohon maaf, Keluarga pasien yang mana?"
"Dok, Jawab saya gimana keadaan sahabat saya? Saya juga butuh jawaban dok." Fika sedikit membentak dokter itu dan tidak tanggung tanggung dia juga memegang kerah baju sang dokter. Fika saat ini benar-benar butuh jawaban, lagi pula tidak ada yang bakal datang dari pihak keluarga Nika, Hanya ada dia, Kirana dan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
RomanceFollow dulu sebelum baca😊😊 _____ Nika tidak pernah menyangka kehidupannya yang tenang dan damai rusak begitu saja hanya dengan kehadiran sosok di masa lalunya. "Gue gak akan pernah bisa ngelupain masa lalu itu, Terlalu sakit untuk di buang begitu...