Malam ini sedang malam bulan purnama, Sinarnya benar-benar sangat indah Dimata Nika yang sedang dia lihat di balkon kamarnya. Hanya sendiri, Benar-benar sangat kesepian, Malam ini kedua orangtuanya sedang tidak ada di rumah dan mungkin baru pulang beberapa Minggu kemudian.
"Bulan, Kamu pastinya gak merasa kesepian kan?" Nika menatap sang bulan seolah-olah saat ini bulan itu dapat mendengarnya.
"Disana banyak ribuan bintang." Lanjutnya dengan menunjuk beberapa bintang.
" Aduhh" Nika mengaduh, pasalnya kepalanya terkena lemparan batu kecil. Nika melihat kearah samping dan ternyata disana terlihat Fika yang sedang menertawainya. Kamarnya dan kamar Fika lumayan jauh, artinya Fika mengerahkan seluruh tenaganya melempar batu itu. Nika hanya memutar bola matanya malas melihat sahabatnya itu yang masih tengah tertawa.
Nika kembali melihat bulan purnama yang indah di atas sana. Sangat indah dengan bintang-bintang yang tidak cukup banyak di lihat, dia tinggal di Jakarta terlalu banyak polusi yang mengakibatkan para bintang-bintang itu terlihat sedang bersembunyi. Mungkin kapan-kapan saat liburan nanti dia berniat ke Bogor itupun kalo dia diizinkan.
Tanpa Nika sadari, saat ini Fika sudah ada di depan rumahnya dan teriak-teriak tidak jelas.
"Oyyyy, Nikaa bukain pintunya." Teriak Fika
"Tuh, anak ngelamunin apa sih." Kesal Fika.
"Gue lemparin batu aja deh. Budeg kayaknya tuh anak. Apa perlu besok gue bawa ke THT." Ucap Fika sambil memungut batu kecil di dekat kakinya.
Fika sudah memberi ancang-ancang untuk melempar batu kecil itu.
"Ehh, jangan deh. Nanti gue lempar malah kena kaca. Bisa berabe gue di gorok Mak nya Nika." Fika membuang kembali batu kecil itu ke sembarang arah.
"Nih pintu ngapa di kunci sihh. Biasanya juga kebuka lebar." Kesal Fika menendang pintu pagar rumah Nika.
Fika berbalik dan berniat kembali ke rumahnya yang ada di sebelah rumah Nika. Tapi sesaat langkahnya terhenti dan melihat ke arah pintu pagar Nika yang tertutup sangat rapat, Saat ini masih jam 7 malam. Tidak biasanya, pagar rumah Nika sudah tertutup rapat, Biasanya juga akan di tutup saat jam 9 tepat. Fika memejamkan matanya dan berusaha berfikir keras dan penuh penghayatan.
"Fika, ngapain disitu?" Tanya seseorang yang membuat Fika sedikit terkejut.
Fika membuka matanya dan melihat siapa yang berani-berani menganggu penghayatannya.
"Ehh kakak, Dari mana kak. Kok pulang nya malem bener."
"Masih jam 7 kali Fik." Ucap orang sambil melihat jam yang melingkari tangannya.
"Ohh gitu yah kak kirana, Fika kirain ini jam 9. Soalnya pager Nika dah tutup."
Kirana adalah tetangga Fika dan Nika, Dia adalah mahasiswi di universitas terkenal Jakarta. Rumahnya berada di depan rumah Nika, Rumah yang tidak besar tapi baik Fika maupun Nika setiap masuk ke rumah itu mereka merasa sangat nyaman terlebih ada taman kecil disana yang terlihat sangat indah. Meskipun rumah Nika memiliki taman di belakang rumahnya yang besar dibanding punya Kirana. Tapi taman yang di buat Kirana sangatlah memiliki warna bagi Nika.
Kirana hanya tinggal seorang diri di rumah itu, keluarganya ada di kampung halamannya di Bogor. Kirana mendapatkan beasiswa di universitas Jakarta jadilah saat ini dia berada disini dan tengah berjuang mendapatkan mimpinya.
"Mungkin Nika nya udah tidur kali Fik."
"Kak noh nikanya lagi ngelamun." Ucap Fika sambil menunjuk Nika.
Kirana melihat arah yang di tunjuk Fika, benar disana ada Nika yang tengah melamun.
"Masa iya udah di kunci sih." Kirana berjalan menuju arah pagar rumah Nika, Dan benar disana pagarnya sudah di gembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
RomanceFollow dulu sebelum baca😊😊 _____ Nika tidak pernah menyangka kehidupannya yang tenang dan damai rusak begitu saja hanya dengan kehadiran sosok di masa lalunya. "Gue gak akan pernah bisa ngelupain masa lalu itu, Terlalu sakit untuk di buang begitu...