POV Winziel Raegan
Aku sekarang sedang memasuki tempat yang Kiera suka saat kuliah, bau-bau buku langsung menyerang indra penciumanku. Bukan Kiera namanya kalau tidak penuh dengan tanda tanya, aku berjalan mengelilingi perpustakaan besar yang ada di Indonesia itu.
Sudah bertahun-tahun aku tidak ke tempat ini, sungguh tidak banyak yang berubah. Mungkin yang berbeda adalah aku yang tidak lagi bersama Kiera, yang selalu menarikku tanpa lelah menunjukan setiap buku-buku klasik yang memang hanya didapatkan di perpustakaan tua ini. Aku terkekeh pelan saat mendapati diriku mengingat sosok Kiera dan semua eksistensinya yang unik itu.
Mungkin nostalgia sudah membuatku jadi gila, aku tiba-tiba merasa kangen dengan sentuhan tangannya. Tidak, mungkin dari awal aku memang kangen dirinya. Tapi akunya saja yang tidak mau mengakuinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" seseorang memakai name tag bernama khas jawa serta memakai kaos berkerah putih menepuk bahuku saat aku sudah diujung section perpustakaan dan sepertinya mulai tersesat.
"Ah iya.. saya ingin mencari.. novel" aku berucap sedikit lebih lambat dari biasanya, karena merasa masih linglung dengan nostalgia yang tadi menghantamku keras. Entah kenapa setiap kali aku memikirkannya, otak dan hatiku tak mau berhenti. "novel genre apa ya kak?" staff itu ingin membantuku dengan cepat tapi otakku benar-benar seperti baru bangun tidur.
"Ah.. romantis? apa petualangan? saya kurang paham..judulnya laut bercerita mas" jawabku yang akhirnya di beri anggukan mengerti oleh staff tersebut. "ooh.. sebelah sini kak, kalau ini section agama. kecuali kakaknya mau beli buku toleransi, soalnya jaman sekarang kurang tuh" aku tersenyum kecil, masnya bercanda tapi tidak ringan topiknya. Mungkin pekerja di perpustakaan memang pada kritis ya? seperti buku-buku yang mereka jaga.
"Kakak suka buku berat kayak laut bercerita ya?" staff tersebut membuka pembicaraan lain saat kami berjalan menuju section novel yang ternyata tidak terlalu jauh dari rak section agama. "Bukan saya sih, temen saya yang suka buku itu" dia kembali mengangguk dan tiba-tiba menunjuk ke salah satu rak novel.
"Memang rekomendasi bukunya, temen kakak suka yang sedih-sedih berarti" staff tersebut akhirnya meninggalkanku berdiri didepan rak buku itu. Kata-kata yang staff itu katakan memang benar adanya, Kiera tak jarang merekomendasikanku buku yang sedih waktu kuliah. Semua bacaannya kontras dengan dirinya yang selalu tertawa lepas akan hal kecil, membuatku kembali bertanya-tanya apa semuanya yang dia perlihatkan kepadaku hanya topeng belaka.
Aku membuka salah satu buku Laut Bercerita yang terpajang rapih di rak, memang cuma ada 3 buku Laut Bercerita disana. Lalu aku membuka halaman yang memang sudah dipersiapkan untukku baca. Aku menghela nafas berat sebelum aku membaca kalimat yang terdapat didalamnya. Teka-teki apa lagi yang akan aku dapatkan?
“aku hanya ingin kau paham, orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu”
Begitulah isi dari pesan dari kutipan yang ingin Kiera berikan kepadaku. Tapi apa maksudnya? Sebenarnya disini siapa yang mengkhianati siapa? Kepalaku kembali panas. Aku tidak mengerti apapun maksud teka-teki ini.
Aku membawa buku itu dan mencari tempat duduk yang kosong, supaya aku bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Apa tidak ada petunjuk lain? Hanya sebuah quote yang bahkan menambah pertanyaan baru.
Apakah Kiera menganggapku pengkhianat karena pergi ke negri lain untuk meraih cita-cita yang bahkan berawal karena dirinya?
Aku menutup mataku kencang, semua ini jadi semakin membingungkan. Sebenarnya kenapa Kiera memberikanku semua ini? Kemana saja dirinya? Kenapa dia tidak ada kabar sama sekali?
Aku kembali mombolak-balikan halaman buku yang kupegang itu, berharap ada petunjuk lain yang diberikan. Setiap halaman aku buka, supaya tidak ada yang terlewat. Tanganku berhenti saat aku melihat catatan nama peminjam buku yang tertempel di belakang buku.
Mataku sedikit membulat karena merasa menemukan petunjuk lain,
Aku melihat ada tulisan tangan bertuliskan Kiera tertera disana. Aku langsung mengeluarkan kertas itu dari plastik pelindungnya.Aku membalikan kartu tersebut, benar.. ada gambar dan tulisan kecil dibawahnya.
Gambar kupu-kupu yang ada dikertas itu membuatku langsung meraih kalung yang sudah bertahun-tahun aku pakai. Kalung yang menjadi hadiah dari Kiera untukku, aku menahan nafas kaget. Apa selama ini petunjuk tentangnya selalu ada didekatku?Aku melepas kalung kupu-kupu itu dari leherku, mencermati design kalung itu sekali lagi. Apa yang harus aku buka? Apa kupu-kupu ini bisa dibuka badannya? Setelah aku putar secara pelan badan kupu kupu itu ternyata tempat menyimpan surat kecil.
Mataku membulat tidak percaya, Kiera tidak memberitahuku kalau ada surat didalam kalung ini. Bagaimana kalau aku membuang kalung ini? Atau aku melupakannya begitu saja?
Tapi dia terlalu paham diriku, kalung ini sangat berharga untukku. Karena kalung ini menjadi tanda aku memulai perjalanan mimpiku. Pelan-pelan aku membuka kertas kecil yang sudah digulung itu, tulisan kecil Kiera mulai terlihat.
Aku sedikit menghela nafas panjang, karena mengetahui ada clue baru yang harus kupecahkan lagi.
"I keep memories in photograph, if you miss me found me in those photo when we don't care about everything"
foto? Kali ini clue yang Kiera berikan sangat luas, aku sampai tidak tau harus memulai dari mana. Tapi aku sudah bisa menyimpulkan satu hal, ada satu album di laptopku yang Kiera sangat ingin aku simpan di laptopku saat kuliah.
"Jangan dihapus ya.., kamu bakalan kangen aku nanti"
kata-katanya kuingat terus, walau saat aku buka album itu dulu seingatku hanya melihat foto-foto saat kita nongkrong di tempat-tempat favorite kita. Aku memegang kepalaku yang berdenyut kesakitan, Sebenarnya kamu sekarang dimana Kiera?
Kenapa kamu mempersulit jalanku untuk menemukanmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Muse And Her Mystery - Jiminjeong/ Winrina
Подростковая литератураSebagai pelukis yang paling kutakutkan adalah kehilangan euphoria dalam menuangkan perasaanku dalam kanvas putih. Tapi disinilah aku berada, burn out dan mengalami slump terburuk sepanjang karir ku. Membuatku harus kembali ke tanah air tercinta, unt...