POV Kiera Karina
Aku berusaha untuk melakukan segalanya untuk mama. Dunia kami pernah runtuh tapi aku akan berusaha membangunnya satu-satu. Kalau dibilang rindu dengan dunia lama ku aku tidak akan mengelak. Aku amat rindu.. aku rindu teman-temanku, rindu berkeliling kota dengan motor bebekku, rindu tiduran di halaman depan rumah om Jaka, rindu bahwa aku mencintai wanita yang tak pernah bisa kumiliki dari awal.
Rasanya seperti ada yang mencekik saat tau Winziel tidak pernah tau semua hint yang aku tinggalkan. Walau separuh hatiku sangat bangga terhadap semua pencapaiannya, aku melihatnya diberita dan juga majalah art. Winziel tumbuh menjadi seseorang yang dulu dia impikan, aku paham 3 tahun ini dia tidak akan pernah pulang. Sibuk dengan dunia yang dia buat tanpa adanya diriku disampingnya..
Aku melamun di meja resepsionis, hari ini jadwalku cukup padat. Tapi otak dan hatiku seperti berada di dunia yang berbeda. "Kiera.. ada tamu VVIP tuh. Udah lama gua ga liat ada orang kaya nginep tanpa urusan bisnis" teman resepsionisku menyelutuk mencoba menghilangkan apapun lamunanku. "Orang kaya ya sesuka mereka aja" aku tak banyak berpikir saat menjawab.
"Tapi dia kayak familiar gitu.. kayak pernah liat di TV. Siapa ya? Bukan artis sinetron sih" temanku masih saja sibuk mengira ngira. Tak berapa lama kemudian telponku berdering panjang, "lu sih ngomongin dia, nih gua dapet call dari room VVIP" temanku hanya tertawa kecil dan membiarkanku mengangkat telponnya. Dengan seprofessional mungkin aku berseru
"Halo, ada yang bisa saya bantu?""...."
Hening, aku hanya mendengar nafas yang tersenggal diujung sana. Dengan tenang aku berucap lagi.
"Halo?"
"H-hi?"
Suaranya sangat kecil membuat keningku berkerut. Kenapa tamu ini malu malu sekali sih? Mungkin dia orang luar negri? Aku pun mengubah bahasaku menjadi inggris.
"Yes, is there anything i can help you with?"
"... i need help right now, can u come up here please"
Suaranya lembut, seperti suara yang aku rindukan. Tidak, konsen Kiera.. kamu lagi kerja. Gak usah jadi delusional deh..
"Oh yea sure, i can call the bell boy for you. Just wait a minute "
Aku meraih pen dan kertas untuk bersiap mencatat apa yang dibutuhkan oleh tamu VVIP ini. Tapi niatku terurung saat dia berkata..
"No! I need u to come here,
not the bell boy or anyone"Aku melihat sekitar dengan bingung.. maksudnya apa? Apa dia mau komplain tentang sesuatu? Tapi karena dia tamu VVIP aku tidak menghiraukan apapun. Lagian dari suaranya aku tau dia perempuan, jadi aku tidak terlalu paranoid. I can protect myself if weird things happen
"Just me?"
Aku bingung, temanku yang menangkap ekspresiku melihatku dengan penuh keingintahuan. "Ada apa??" Tanya teman ku berbisik, aku mengisyaratkan dirinya untuk diam dulu.
"Yes just you.. miss..?"
"Kiera my name is kiera. Okay, i will be there soon. Do you need me to bring anything for you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Muse And Her Mystery - Jiminjeong/ Winrina
Teen FictionSebagai pelukis yang paling kutakutkan adalah kehilangan euphoria dalam menuangkan perasaanku dalam kanvas putih. Tapi disinilah aku berada, burn out dan mengalami slump terburuk sepanjang karir ku. Membuatku harus kembali ke tanah air tercinta, unt...