POV Kiera Karina
"Kie"
Namaku terus disebut tapi aku hanya melihatnya dengan speechless. Aku tidak tau harus bilang apa, aku tidak expect dia akan menemukanku dalam waktu dekat. Om jaka juga tidak pernah bilang apa-apa, hatiku seperti terkena bom mendadak."Say something please" tangannya mengusap lenganku pelan, sentuhannya membangunkan kembali sesuatu dalam diriku. Sekarang kita berdua duduk berjarak 5 cm di sofa kamar hotel VVIP itu, aku sekuat tenaga menahan hasrat ingin memiliki yang kukira 3 tahun lamanya sudah terkubur dalam-dalam. "It took u so long ziel, i have been waiting for you everyday"
i watch her eyes closed tightly.
Aku tau seberapa sibuk dirinya saat di Italy, aku tidak seharusnya bilang seperti ini. Lagi-lagi aku egois tentangnya. Tapi dirinya akhirnya menatapku dalam mencoba untuk menetralkan emosi yang mungkin sudah diujung bibirnya. "Kamu.. harusnya beri tau aku sebelum aku jalan, kenapa malah dipikul sendiri sih? Sebenarnya kamu anggap aku sama gigi apa?"
Mulutku kelu tidak tau harus berucap apa, sejujurnya aku juga bingung kenapa aku menyakiti diri aku seperti ini. Mengingat kejadian yang aku tutup rapat-rapat, tak terasa mataku mulai memanas. Merasakan dadaku sesak dan tak tau harus apa "Aku.. aku minta maa-"
Kata-kataku hilang ditelan kesunyian saat bibir Ziel bertemu denganku, aku menatapnya kaget tetapi badanku langsung relax dibawah sentuhannya. Air mataku menetes perlahan, entah itu air mata sedih atau lega karena cinta pertamaku disini akhirnya.
Ciuman ziel semakin dalam, entah dari kapan tangan kanannya yang cukup dingin itu memegang leherku. Mendorong diriku untuk semakin membuka mulutku, sejak kapan manusia yang 3 tahun lalu sangat polos menjadi sangat agresif seperti ini?
Banyak pertanyaan dalam pikiranku, tapi aku menghentikannya dan membiarkan nafsu serta hasrat yang mengambil full kontrol.
Aku bahkan tak menyadari bahwa diriku mengeluarkan suara aneh, saat aku dan dirinya sibuk bercumbu di sofa. Perlahan aku merasakan Ziel mulai merabah baju kerjaku. Ciuman panas kami akhirnya terlepas, karena aku mulai kehabisan oksigen "z-ziel?" Ucapku sambil tersenggal, menatap matanya yang sekarang mulai menggelap.
Sepertinya aku membangunkan sesuatu dalam dirinya, apa aku menyesalinya? Tentunya tidak. Karena sekarang Ziel dengan rambut yang sedikit berantakan, karena diriku menjambaknya tadi di sesi panas kita. Melihatku seperti diriku adalah makanan 4 star michelin yang harus disantap sekarang juga.
"Can i?" Dia melihatku dari dada ke bawah rokku, aku merinding dibuatnya. Baru kali ini aku melihat Ziel lost control, rambut panjangku aku kibas ke belakang. Memperlihatkan leher jenjangku, Ziel seperti tau maksudku "it's yours Ziel"
Mendengar ucapakanju Ziel segera menciumku kembali dan membuka kemeja yang membalut badanku. Setelah semua kancing terlepas dari tempatnya, badanku akhirnya terekspos didepan Ziel yang tersenyum seperti baru saja memenangkan lottery.
Aku tau tidak pantas berbuat seperti ini ditempat kerja, but I don't care. The only thing i care is the woman in front of me. Seseorang yang aku tunggu kehadirannya..
****
The way she hold me, the way our body dance in this sensual manner. Forgive me Lord for my sins but i feel like i just tasted heaven on earth.
She is my heaven on earth.
Aku mengelus wajah lelahnya, tubuh kami sekarang berbalut di selimut putih kamar ini. Padahal diluar udara lumayan dingin karena seharian hujan, tapi didalam kamar ini tubuhku terasa hangat. Mata kami beradu lirik, seakan kalau kami memalingkan mata kearah lain atau berkedip momen ini akan hilang selamanya. Aku sedikit berbisik "Aku lupa aku harus kerja-" namun mata Ziel mengisyaratkan ku untuk tinggal. Aku mengucapkan kata-kata itu Seakan 1 jam lalu kita tidak saling menyatakan cinta lewat sex.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Muse And Her Mystery - Jiminjeong/ Winrina
JugendliteraturSebagai pelukis yang paling kutakutkan adalah kehilangan euphoria dalam menuangkan perasaanku dalam kanvas putih. Tapi disinilah aku berada, burn out dan mengalami slump terburuk sepanjang karir ku. Membuatku harus kembali ke tanah air tercinta, unt...