Bagian 4

562 116 11
                                    

Ketiga anak manusia yang sebenarnya beda dunia itu kini tengah berada di ruang tamu.

"Yosh! Mari kita jelaskan apa tugasmu dan dimana kau akan tidur," ucap Ran yang duduk di sebelah saudaranya. Rambut laki-laki itu masih sedikit berantakan berkat jambakan dari sang adik tercinta, namun tetap saja hal itu tidak mengurangi sedikitpun ketampanan Haitani yang lebih tua. "Meski aku menghormatimu sebagai 'utusan Dewa', Rindou tidak ingin kau tinggal disini secara gratis. Jadi mari kita membuat beberapa kesepakatan. Kau boleh tinggal disini dengan syarat kau harus mengurus kami dan juga rumah ini. Tugasmu adalah memasak, mencuci, serta melakukan pekerjaan rumah lainnya. Dan karena kami hanya memiliki dua kamar, jadi kau bisa tidur di kamar Rindou."

Mendengar kalimat terakhir Ran, sang pemilik kamar langsung menoleh pada sang kakak saat itu juga. "Hah?! Kenapa di kamarku?!" tanya Rindou kesal. Tangannya mungkin sudah siap untuk kembali menjambak rambut gondrong Kakaknya.

"Errr, tidak apa-apa, Ran. Aku bisa tidur di sofa." [Name] berkata dengan canggung. Sebesar apapun keinginannya untuk menyetujui ide Ran, ia merasa tidak enak pada Rindou. Apalagi bocah berambut bak ice cream paddle pop itu tengah memelototi dirinya sekarang.

"Baguslah kau sadar diri." Rindou mencibir.

"Tidak, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis tidur di sofa." Ran menggeleng tidak setuju.

"Kalau begitu dia tidur di kamarmu saja."

Seringai muncul di wajah Ran begitu mendengar kalimat saudaranya. "Boleh juga." Laki-laki yang kini berusia 20 tahun itu menoleh pada [Name] dan berkata. "Maukah kau tidur bersamaku, [Name]?"

Plak

Rindou refleks memukul belakang kepala kakaknya. "Maksudku dia tidur di kamarmu dan kau tidur di sofa, bodoh."

Haitani yang lebih tua memiliki kedutan di wajahnya ketika ia menoleh pada sang adik. "Apakah kau baru saja memukul dan memanggilku bodoh?" desisnya kesal.

Baik [Name] maupun Rindou menelan ludah gugup saat merasa aura gelap mulai muncul di belakang tubuh Ran.

Oh, tidak. Apakah Ran juga memiliki dark impulsive seperti Mikey?!

Tolong jangan, plis. Satu bocah impuls saja bikin repot apalagi dua?!

"Baiklah. [Name] bisa tidur di kamarku, dan aku akan tidur di kamar Rindou," putus Ran pada akhirnya.

Rindou hendak protes saat Ran kembali berkata dengan tegas. "Kau tidur denganku, Rin. Tidak ada penolakan dan pembicaraan selesai."

Dan begitulah ceritanya [Name] berakhir di kamar seorang Haitani Ran.

Demi dewa, tidak sedikitpun [Name] pernah membayangkan ia akan merasakan bagaimana rasanya tidur di kasur yang sama yang ditiduri oleh salah satu husbunya.

"Rejeki emang gak kemana." [Name] terkikik seraya menenggelamkan wajahnya di bantal Ran. Gadis itu mendesah puas ketika menghirup aroma Ran yang masih tertinggal di benda empuk itu. "Bau Ran adalah bau surgaaaa," jeritnya tertahan.

Yah, meski [Name] tidak tahu bau surga itu seperti apa, namun ia tetap akan menganggap bau Ran adalah bau surga.

'Wangi banget anjir' batinnya bersalto ria.

[Name] tampaknya terlalu terlena dengan apa yang kini dialaminya, hingga ia tidak terlalu memikirkan bagaimana kelangsungan hidup gadis itu di dunia asalnya.

Apakah ia dinyatakan hilang? Atau mungkin dianggap sudah mati?

Apapun itu, kurasa [Name] tidak terlalu peduli.

Baiklah, mari kita tinggalkan makhluk satu ini dan ayo kita beralih pada ruangan yang lain.

Di kamar Rindou, terlihat dua tubuh yang kini saling berdesak-desakan di atas kasur single milik Haitani yang lebih muda.

"Serius, Ran. Kenapa kau tidak tidur di sofa saja?!" Rindou menggeliat saat Ran mengeratkan pelukan di tubuhnya.

Iya, Haitani yang lebih tua itu tidur seraya memeluk adik kesayangannya. Katanya sih Ran tidak bisa tidur tanpa meluk guling, dan karena guling Rindou dipakai untuk alas kepalanya, jadilah tubuh sang adik yang ia peluk sebagai gantinya.

"Punggungku akan sakit jika tidur di sofa, Rin." Ran menguap di tengah gumamannya.

"Aku tidak peduli."

"Yah, aku juga tidak peduli dengan keluhanmu. Sekarang ayo kita tidur saja, adik kecil. Aku ngantuk."

"Jangan panggil aku adik kecil, bodoh."

"Ya ya ya, terserah apa katamu," jawab Ran sebelum keheningan panjang menggantikan perdebatan mereka.

"Ran?" panggil Rindou tiba-tiba.

Hening.

Tidak ada jawaban.

Ketika Rindou mendongak, ia melihat Ran sudah jatuh tertidur.

Haitani yang lebih muda itu hanya bisa menghela napas sebelum mengikuti jejak kakaknya untuk berselancar di alam mimpi.

.
.
.

Words : 665Jum'at 24 Juni 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Words : 665
Jum'at 24 Juni 2022

Another World || Haitani Brothers [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang