Tidak ingin menerka-nerka seperti adiknya, Ran lebih memilih untuk menanyakan langsung apa yang ingin dia tahu daripada mati karena penasaran.
Maka dari itu, begitu mereka pulang ke rumah, Ran segera melakukan interogasi pada [Name] mengenai apa yang Rindou dengar dari [Name] ketika gadis itu tertidur.
[Name] jelas terkejut karena ternyata ia berbicara seperti itu di dalam tidurnya. Pantas saja saat sarapan tadi pagi Rindou menjadi sangat pendiam, padahal biasanya laki-laki itu selalu memarahi atau mengeluarkan komentar sinis jika ia berkata atau melakukan sesuatu. Ternyata ini alasannya. Lagipula kenapa [Name] tidak tahu bahwa Rindou masuk ke kamarnya? Oke, maksudnya adalah kamar Ran yang semalam dijarah olehnya.
Jadi ketika ia melihat siluet Rindou, itu bukan mimpi? Dan ketika ia memeluk laki-laki itu juga bukan mimpi?
Gadis berhelai [hair color] itu mencoba menutupi kegugupannya dengan menceritakan pada kedua bersaudara itu mengenai 'penglihatan' yang ia dapat tentang mereka di masa depan.
"Jadi maksudmu kemungkinan salah satu dari kami -atau mungkin kami berdua- akan mati di pertarungan kali ini?"
Pertanyaan Ran mendapat anggukan dari [Name]. Laki-laki itu terlihat berpikir sejenak sebelum kembali membuka suara.
"Aku bukannya tidak percaya padamu. Kau adalah 'utusan Dewa', jadi tentu saja apa yang kau katakan pasti benar adanya. Tapi kami tidak bisa untuk tidak hadir dalam pertarungan Kantou Manji melawan Toman generasi ke 2 tanggal 9 September nanti, karena aku adalah kapten pasukan serangan khusus dan Rindou adalah wakilnya."
Tentu saja [Name] tahu itu. Ran dan Rindou memiliki tanggung jawab di Kantou Manji karena mereka adalah salah satu petinggi disana.
Tidak adakah cara lain agar [Name] bisa mencegah kemungkinan buruk itu terjadi? Sungguh, ia tidak mau jika mereka benar-benar mati di arc final kali ini.
'Ini semua salah Mikey.'
'Ah tidak, ini semua salah pembuat manganya.'
"Bisakah kalian membawaku ke tempat pertarungan itu nanti?"
Permintaan [Name] langsung mendapat penolakan dari kedua Haitani itu.
"Aku tidak akan mengganggu. Aku hanya akan menonton dari jauh saja. Kumohon, aku hanya ingin memastikan bahwa kalian akan baik-baik saja disana."
Ran dan Rindou saling bertukar pandang. Mereka seolah kembali berbicara melalui pikiran masing-masing.
"Baiklah. Tapi kau harus berada sejauh mungkin dari area pertarungan nanti."
Mendengar persetujuan dari Ran, [Name] refleks memeluk pria jangkung itu karena terlalu senang. Sekalian modus juga sih, sebenarnya.
Hey, kapan lagi bisa memeluk Ran Haitani? Hal itu mungkin hanya bisa terjadi di dalam mimpi.
"Kenapa kau begitu mengkhawatirkan keselamatan kami?" tanya Rindou.
Ran terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Sebenarnya ia juga penasaran, kenapa [Name] begitu takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya dan Rindou?
[Name] hanya menjawab karena ia menyukai mereka sebab kedua Haitani itu sudah bersikap baik padanya. Yah, sedikit minus untuk Rindou karena kadang kala laki-laki itu bersikap menyebalkan.
Ran terkekeh mendengar penjelasan itu, sementara Rindou tentu saja mencibir dan mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
.
.
.Hari demi hari pun berlalu hingga tak terasa pertarungan yang dinantikan itu kini berada di depan mata.
Berdiri di atas gerbong kereta barang yang tidak terpakai, [Name] bisa melihat dengan jelas orang-orang yang terdiri dari dua geng yang berbeda sekarang tengah saling berhadapan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World || Haitani Brothers [✓]
FanfictionBagaimana perasaanmu jika mengetahui orang yang kau cintai ditakdirkan untuk mati? Rasanya pasti anjim banget, kan?! Itulah yang dirasakan oleh [Full Name] ; seorang gadis mageran yang bercita-cita menjadi anime. "Haitani hilang satu, gue rumbling...