05

2.3K 71 11
                                    

Malam pun tiba, saat itu Varo dan ketujuh temannya sedang asyik bermain PS di kamar Bela, sambil menemaninya agar tidak merasa kesepian. Namun, entah kenapa, Angga yang biasanya sangat suka bermain PlayStation tiba-tiba lebih asik bermain handphone, sementara Bela terlihat asyik menonton drama Korea (Drakor) di layar TV.

"Angga, tumben lo gak ikut main PS?" tanya Rizky yang sedang menunggu giliran bermain.

"Ga dulu deh, lagi males," jawab Angga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

"Bella, lo lagi nonton apa?" tanya Angga, mencoba mengalihkan perhatian dari handphonenya.

"Keliatan nggak sih, nonton apa? Diam deh, jangan ganggu, lagi asik nih," jawab Bela tanpa menoleh, masih fokus pada drama yang sedang ia tonton.

"Aelah, galak amat, santai aja kali," ucap Angga dengan nada sedikit bercanda.

"Hemm," jawab Bela singkat, tampak tak peduli dengan Angga.

"Mau ikut nonton dong, gabut gue," ucap Angga sambil melirik Bela yang sedang menonton.

"Lah, tumben, biasanya lo ikut main PS sama Bang Varo," ucap Bela, sedikit heran dengan perubahan sikap Angga.

"Lagi males," jawab Angga, tetap tidak bergeming dari posisinya.

"Yaudah, sini kalo mau ikut nonton," jawab Bela, masih dengan ekspresi yang serius.

"Ekhmm, cie cie, ada yang lagi pendekatan nih," sindir Aldi dari kursi sebelah.

"Ehh, apaan sih? Gils lo semua," jawab Angga kesal.

"Aelah, gak usah malu-malu kali," ucap Gilang sambil tersenyum nakal.

"Yang lagi pendekatan, bawaan nya pengen nempel mulu ya, hahahaha," tambah Alvin, semakin menggoda.

"Lo kalo mau deketin Bela, lo harus janji lo gak bakal sakitin Bela. Kalo gue liat Bela nangis gara-gara lo, lo langsung hadapin gue!" ucap Varo, tampak serius namun masih dalam suasana bercanda.

"Betul, kita gak bakal biarin Bela disakitin oleh siapapun, termasuk lo," tambah Gilang dan teman-temannya yang lain.

"Bagaimanapun juga, sekarang Bela adalah ratu dari geng Alaster," kata Alvin, semakin menegaskan.

"Aelah, ngomong apaan sih? Jadian aja belum, santai kali," ucap Angga, sedikit jengkel karena merasa terus dibicarakan.

"Ishhh, jangan berisik. Bela ngantuk, mau istirahat," ucap Bela, akhirnya ikut berkomentar, tanda ia sudah mulai merasa terganggu.

"Yaudah, kamu istirahat sana. Abang sama teman-teman di ruang tamu, kalau ada apa-apa panggil aja," kata Varo, mengerti kalau Bela butuh ketenangan untuk tidur.

Akhirnya, mereka pun pergi ke ruang tamu, memberi ruang bagi Bela untuk beristirahat. Mereka tidak mau mengganggu istirahatnya.

Namun, beberapa menit kemudian, Angga merasa ada yang kurang. Ia baru sadar bahwa handphonenya tertinggal di kamar Bela.

"Ehh, bentar-bentar, hp gue kayaknya ketinggalan di kamar deh," ucap Angga sambil berdiri dan menuju pintu.

"Ahh, bilang aja mau modus lo," canda Gibran, yang melihat Angga beranjak.

"Apaan sih, gak ya. Bentar, gue ambil hp gue dulu," jawab Angga, sedikit kesal karena dia merasa teman-temannya sedang mengerjainya.

"Yaudah, cepet, jangan lama-lama," ucap Rizky, sambil melanjutkan permainan PS.

Angga pun berjalan menuju kamar Bela untuk mengambil handphone-nya yang tertinggal. Begitu memasuki kamar, ia melihat Bela yang sedang tertidur pulas. Angga tertegun sejenak, memandangi wajah Bela yang tampak damai saat tidur.

"Bella cantik juga ya kalo lagi tidur," ucap Angga dalam hati, sedikit kagum. "Ehh, apaan sih? Kok pikiran gue malah dipenuhi sama si Bela. Lagian, dia bukan tipe gue. Gue juga ogah pacaran sama cewek jutek kayak dia," pikir Angga, berusaha menepis rasa penasaran yang tiba-tiba muncul.

Namun, sebelum Angga sempat berpikir lebih jauh, ia cepat-cepat mengambil handphonenya dan keluar dari kamar Bela. Ia kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan permainan PlayStation bersama teman-temannya, berusaha menenangkan diri dari perasaan aneh yang sempat muncul.

Beberapa jam berlalu, dan Bela terbangun dari tidurnya. Ia merasa haus, perutnya sedikit kering setelah tertidur cukup lama.

"Ehh, Bela, kok bangun? Mau kemana?" tanya Varo, yang melihat Bela sedang beranjak dari tempat tidurnya.

"Bela gak bisa tidur, Bang. Bela haus, pengen minum, ada susu Milo gak?" tanya Bela dengan suara pelan, mencoba tidak mengganggu suasana.

"Ya ada, tunggu sebentar, nanti Abang bawain Milo-nya," jawab Varo, tersenyum dan langsung berdiri untuk mengambilkan minuman untuk Bela.

Tak lama kemudian, Varo kembali ke kamar dan menyerahkan susu Milo kepada Angga.

"Angga, tolong bawain ini ke kamar Bela, dong. Dia katanya haus," pinta Varo.

"Yaudah, mana? Sini," jawab Angga dengan sedikit enggan.

Angga pun memasuki kamar Bela kembali, kali ini dengan membawa segelas susu Milo. Begitu masuk, Bela langsung menatapnya dengan tatapan yang tidak terlalu ramah.

"Loh, kok lo sih yang nganter? Bukan Varo?" tanya Bela dengan heran, merasa agak aneh melihat Angga masuk tanpa pemberitahuan.

"Mana gue tau, orang gue disuruh Varo," jawab Angga dengan nada datar, mencoba tidak terlihat canggung.

"Dih, bilang aja mau modus kan lo?" tanya Bela dengan nada menggoda.

"Dih, gue? Modus sama cewek rese kayak lo? Gak dulu deh," jawab Angga, berusaha menunjukkan bahwa dia tidak tertarik dengan sindiran Bela.

"Dih, yaudah sana keluar. Jangan ganggu gue," ucap Bela, merasa sedikit kesal karena Angga mengganggunya di tengah-tengah waktu istirahat.

Angga pun keluar dari kamar Bela dengan kesal, sambil bergumam dalam hati.

"Udah dibawain, bukan makasih, malah kena omelan. Dasar cewek aneh," ucapnya, merasa sedikit kecewa dengan perlakuan Bela.

Meskipun begitu, ia tetap kembali bergabung dengan teman-temannya di ruang tamu, mencoba melupakan kejadian barusan. Namun, di dalam hatinya, perasaan yang tak terduga terus berputar, membuatnya bertanya-tanya, apakah semua ini hanyalah kesan pertama, atau ada hal lain yang lebih dalam di balik sikap Bela yang terkesan keras dan sedikit tertutup?

Lentera di tengah perbedaan || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang