Beberapa saat kemudian, Varo memasuki kamar Bella dengan wajah cemas. "Duhh, Bella demam lagi. Mana bunda masih di kantor," kata Varo, khawatir melihat kondisi adiknya.
Varo segera keluar dari kamar dan menemui teman-temannya yang masih berada di ruang tamu. "Gib, lo tau obat demam kan?" tanya Varo.
"Ya, tau lah," jawab Gibran dengan santai, meski terlihat sedikit bingung.
"Toh, beliin ke apotik dong. Bella demam banget, sekalian beli bubur ayam juga," pinta Varo.
"Yaudah, gue beli dulu," jawab Gibran, lalu segera keluar untuk menuju apotek terdekat.
Varo kemudian memberikan tugas kepada teman-temannya yang lain. "Lo semua, tolong beresin ruangan bekas tadi kita main PS. Soalnya itu berantakan, gue takut bunda marah," kata Varo.
"Siap, bro," jawab mereka kompak.
Varo yang masih cemas tentang kondisi Bella pun pergi ke dapur untuk membuatkan minuman jahe hangat. Ia berharap minuman itu bisa sedikit membantu menurunkan suhu tubuh Bella yang sedang demam.
Tak lama kemudian, Gibran kembali dengan membawa obat demam dan bubur ayam. Varo yang sedang sibuk menyiapkan minuman jahe langsung menuju kamar Bella.
"Bell, makan dulu ya. Terus minum obatnya," kata Varo sambil membawa bubur ayam dan obat.
"Iya, bang," jawab Bella lemas, meski masih merasa tidak enak badan.
Saat Bella sedang minum obat, pintu depan tiba-tiba terbuka. Ternyata bunda Lia dan papa Firman baru saja pulang.
"Loh, Bella kok minum obat? Emang Bella kenapa?" tanya papa Firman, terkejut melihat Bella yang tampak kurang sehat.
"Badan Bella panas banget, Pa," jawab Varo, mencoba menjelaskan.
"Bunda, kamu kenapa? Kok badan kamu panas?" tanya bunda Lia, khawatir.
Varo yang melihat orangtuanya terlihat cemas segera menjelaskan, "Tadi Bella main di taman, terus tiba-tiba hujan deras dan ada petir. Untungnya ada Angga, dia langsung bawa Bella pulang meskipun kehujanan."
"Ah, nak, lain kali kalau mau main ke luar jangan sendiri ya. Sekarang musim hujan, bunda takut kamu kenapa-kenapa," ucap bunda Lia dengan nada lembut tapi khawatir.
"Iya, Bund," jawab Bella, merasa menyesal.
"Yaudah, istirahat dulu ya. Bunda mau bicara sama Varo dan teman-temannya," kata bunda Lia.
Varo dan teman-temannya kemudian mengikuti bunda Lia keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang tamu, di mana bunda Lia mulai berbicara serius.
"Bunda perintahin kalian semua untuk jaga Bella selama dia di sini. Kalian harus hati-hati, jangan sampai dia kenapa-kenapa," kata bunda Lia tegas.
"Baik, Bund," jawab Varo dan teman-temannya kompak.
"Bunda nggak mau kejadian ini terulang lagi. Bella hanya di sini selama tiga minggu, setelah itu dia harus kembali ke Bandung. Jadi kalian harus perlakukan dia dengan baik," lanjut bunda Lia dengan penuh perhatian.
"Tiga minggu, Bun? Cepet banget," kata Angga dengan terkejut.
"Iya, makanya kalian harus perlakukan dia dengan baik. Bunda sangat sayang sama Bella, dan bunda percaya kalian bisa menjaga Bella dengan baik," ucap bunda Lia.
"Baik, Bun. Kalau gitu, kami pulang dulu," kata Indra dan teman-temannya.
Setelah teman-teman Varo pergi, Varo kembali ke kamar Bella. Ia mengganti kompresan di dahi Bella, lalu duduk di sampingnya. Tak lama kemudian, Varo pun tertidur di pinggir kasur Bella. Sementara Bella tertidur pulas, tubuhnya sedikit lebih baik meskipun masih merasakan lemas.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Bunda Lia memanggil Varo dari luar kamar.
"Varo, ayo makan dulu!" teriak bunda Lia.
"Iya, Bund," jawab Varo yang terbangun dari tiduran singkatnya.
"Gimana keadaan Bella? Masih demam?" tanya papa Firman, khawatir.
"Udah mendingan kok, Yah. Sekarang dia lagi tidur," jawab Varo, memberi kabar baik.
"Yaudah, cepet makan dulu, terus nanti anterin minuman jahe ini ke Bella. Biar tubuhnya lebih baik," kata bunda Lia.
Beberapa menit kemudian, setelah Varo selesai makan, ia kembali ke kamar Bella dengan membawa minuman jahe hangat.
"Bell, bangun dulu, kata bunda minum dulu jahe ini biar agak mendingan," ucap Varo pelan, khawatir Bella tidak terbangun.
"Emmm, iya bang," jawab Bella lemas, mencoba bangun meski tubuhnya terasa berat.
Bella pun meminum jahe hangat itu, berharap tubuhnya segera pulih.
"Gimana Bell, udah enakan?" tanya Varo, memandangi adiknya dengan penuh perhatian.
"Udah mendingan, Bang," jawab Bella dengan senyum lemah.
Varo merasa sedikit lega mendengar itu. Ia berharap Bella segera sembuh, agar bisa menikmati waktu yang tersisa sebelum kembali ke Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera di tengah perbedaan || END
Teen Fictionhai aku abella putri azahra aku tinggal di Bandung bersama orang tua ku aku sekolah di SMA Mandala aku mempunyai seorang kaka sepupu nama nya Alvaro Bayu Firmansyah yang berada di Jakarta dia adalah ketua geng motor yg bernama alaster setiap liburan...