Chapter 01 - Investigasi Masa Lalu

844 64 15
                                    

Chapter 1 - Investigasi Masa Lalu

BERITA SATU : Seorang mahasiswi berinisial R tewas. Diduga mahasiswi ini melompat dari atas gedung Hotel Palapa. Mahasiswi itu tercatat sebagai salah seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura 
 

***

"Berengsek! Berhenti, Lo!" 

Seorang pemuda membawa pemukul baseball itu meraung saat ia hampir saja menangkap pelaku kejahatan. Diduga pria yang sedang dalam pengejaran itu adalah orang yang sering mengganggu ketentraman dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya para mahasiswi Universitas Pattimura. Pria yang diketahui bernama Rahman itu, menurut keterangan warga dan mahasiswa kerab berdiri dan menunjukkan alat vitalnya pada mahasiswi yang melewati trotoar tepat di belakang Universitas Pattimura. 

"Ah! Sial! Gue ke kiri, lo lurus aja kejar dia. Gue potong jalan!" ucap Skala pada rekan kerjanya, Satya. 

Ia memilih jalan ke kiri dan berlari kencang melewati jalan kecil di perkampungan padat penduduk itu. Napas Skala mulai terengah-engah, tetapi ia tidak menyerah. Skala berlari, memotong jalan guna menghadang Rahman. 

Skala tersenyum miring saat melihat Rahman berlari kencang menghampirinya. Tak perlu pikir panjang, Skala segera mengayunkan pemukul baseballnya tepat mengenai kepala Rahman dan membuat Rahman limbung seketika, sekaligus tidak sadarkan diri. 

***

Plak! 

Tamparan keras mendarat di pipi Skala. Ketika ia memberikan laporan mengenai penangkapan orang yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan mahasiswi yang tewas bunuh diri semalam. 

"Kenapa selalu membuat kekacauan? Tugas seorang detektif itu menyelidiki dan menangkap pelaku kejahatan, bukan main kasar seperti preman!" ucap Taufik, atasan sekaligus pimpinan divisi tindak pidana umum.

Pandangan tajam Taufik segera beralih pada Satya. 

"Bagaimana hasil introgasinya?" tanyanya tegas. 
 

Satya mendongak menatap atasannya itu, lalu menatap Skala sejenak. 
 

"Izin, Komandan, tersangka belum mengaku. Tersangka memiliki alibi jika saat malam kejadian mahasiswi bunuh diri itu, dia sedang tidak ada di tempat kejadian. Dia sedang berada di dekat minimarket Omega yang letaknya lima ratus meter dari Universitas Pattimura." 
 

Taufik mengernyit. Ia memicingkan matanya. "Sudah kau selidiki cctv di lokasi minimarket itu?" 
 

"Siap, Izin, sudah, Komandan. Dan alibi Rahman benar." 
 

Jawaban Satya kembali membuat Taufik mengeratkan rahangnya dan menatap tajam ke arah Skala. 

"Sejak awal, kasus ini adalah kasus bunuh diri. Dokter forensik saja memberikan laporan jika tidak ada tanda-tanda kekerasan baik fisik maupun seksual dari tubuh korban, kenapa bersikeras berpikiran ini adalah pembunuhan, hah?" tanya Taufik mulai kesal. 

Skala mengembuskan napas panjang. 
 

"Saya memiliki alasan untuk menganggapnya sebagai pembunuhan, Komandan," ucap Skala tegas. 
 

"Dalam sebuah kasus pidana, yang paling penting adalah bukti, Skala bukan spekulasi!" 
 

Tiba-tiba pintu ruang kerja Taufik diketuk. Ia menahan amarahnya sejenak dan mengembuskan napas panjang sebelum mempersilakan orang diluar itu masuk. 
 

Dua orang gadis berpakaian kasual masuk dan memberikan hormat pada Taufik. 
 

"Izin, Komandan, kami siap menerima perintah!" ucap salah satu di antaranya tegas. 
 

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang