Chapter 02 - Serbuk Konte

317 42 7
                                    

Skala memarkirkan mobilnya sedikit lebih jauh dari lokasi kejadian. Mayat korban masih berada di tempatnya, hanya ditutupi dengan kertas koran dan terpal, lalu ditutup dengan garis polisi agar tidak ada masyarakat yang dapat menerobos masuk.

Skala menatap sekelilingnya, tatapannya terhenti pada balkon lantai lima belas yang tampak terlihat gorden yang diterpa angin.

"Bang, ini tas milik korban. Isinya uang, atm, dan kartu tanda pengenal. Semuanya lengkap. Sepertinya tidak ada yang hilang, " ucap Satya seraya memberikan tas kecil pada Skala.

Skala mengernyit seraya membaca kartu identitas dan kartu mahasiswa korban.

"Dia mahasiswa Universitas Pattimura?"

Satya mengangguk. "Sesuai dengan kartu mahasiswanya. Dia anak Teknik Industri," ucap Satya tegas.

Skala mengembuskan napas kasar. Ia menatap ke arah kerumunan masyarakat yang kian lama kian ramai orang. Banyak dari mereka mengabadikan kejadian tersebut. Merasa tidak ada yang mencurigakan, Skala kembali menatap Satya.

"Minta izin pada managemen apartemen, kita minta salininan cctv dan pemilik kamar terutama di lantai lima belas kamar itu," ucap Skala seraya menunjuk ke atas.

Satya berujar siap. Skala berjalan cepat menuju ke lantai lima belas dengan menggunakan lift. Sesampainya di lantai itu, Skala mengedarkan pandangan ke segala arah termasuk pintu darurat lantai lima belas. Skala membuka pintu darurat itu dan mulai memeriksa sekitarnya. Tidak ada hal yang membuat Skala tertarik. Ia segera berjalan ke kamar nomor 1557, kamar yang diduga tempat mahasiswa tadi melompat.

Skala masuk dan menatap kamar tersebut dengan saksama. Ia memperhatikan setiap detail yang ada si kamar tersebut. Dari posisi barang-barang, posisi ponsel milik korban, dan sebuah wasiat yang ditulis tangan.

"Sepertinya tidak ada yang mencurigakan disini. Dia benar-benar bunuh diri," ucap Galaxya saat mendekati Skala di sisi balkon.

Skala mengeryit. Tatapannya masih terus menajam seolah sedang mencari sesuatu yang lain.

"Apa ini kamar apartemen milik korban?" tanya Skala pada salah seorang petugas apartemen yang dimintai keterangannya.

"Siap. Menurut catatan, Nona Fauzia menyewa kamar apartemen di awal bulan ini," ucap orang yang bernama Deden itu.

Skala mengangguk. Ia kembali melihat sekelilingnya, ada satu yang mencuri perhatian Skala di lantai apartemen. Ia berjongkok dan dengan tangan sudah tertutup handsgloves Skala menyentuh sesuatu yang mencurigakan itu.

"Apa ini?"

Galaxya mendekat dan menghampiri Skala.

"Ini serbuk konte," jawabnya.

Skala mengernyit. "Konte?"

"Iya. Biasanya orang yang gemar melukis sering menggunakan serbuk konte sebagai ganti pensil. Sering disebut serbuk konte karena memang merk dari alat tersebut Conté, " jawab Galaxya memberikan penjelasan.

Skala mengangguk paham. Ia segera meminta pihak forensik untuk membawa serbuk tersebut. Skala kemudian beralih pada barang pribadi milik korban.

"Tidak ada serbuk konte yang kamu maksud disini," ucap Skala saat menggekedah almari milik korban.

Galaxya mengernyit. "Tidak ada alat menggambar lain di sini. Sepertinya dia tidak hobi menggambar. Apa mungkin ada orang lain yang datang?" ucap Galaxya.

Skala diam sejenak. Ia segera mengambil ponsel pintarnya dan mulai menghubungi Satya yang berada di lantai bawah.

"Minta pihak apartemen memberikan salinan rekaman cctv sejak awal bulan. Sepertinya ada orang lain yang berkunjung di kamar apartemen korban. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk di autopsi. Gue dan Galaxya akan coba cari informasi tentang korban di kampusnya," ucap Skala tegas.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang