Chapter 8 - Reuni Dadakan

202 31 29
                                    

"Jadi, buat apa lo berdua nemuin gue?" tanya Lyra angkuh seraya menghidupkan rokok di sela-sela bibirnya saat melihat Galaxya dan Skala menemuinya pagi itu di kantin kampus. Semalam, setelah Skala menemui Galaxya di rumahnya, gadis itu segera menghubungi Lyra dan memaksa untuk bertemu, meskipun Galaxya mendapatkan penolakan, tetapi gadis itu tetap nekat menemui Lyra. 

"Yang sopan! Dia atasan gue!" ucap Galaxya kesal.

Lyra menatap Skala, lalu tersenyum miring.

"Jadi lo mau apa bawa atasan lo ini nemuin gue?"

Galaxya membuang napas kasar. Ia mengambil ponsel dan membuka aplikasi DarkBlood. Ia menunjukkan akun milik TheDarkLover pada Lyra.

"Ada nama lo di cerita ini. Dan setelah gue baca, ada kemungkinan kreator ini adalah pelaku pembunuhan dari tiga teman lo!" ucap Galaxya tegas.

Lyra menatap layar ponsel itu. Matanya tampak berkedip beberapa kali. Ekspresj minor dari Lyra pun berubah dan hal itu dapat di tangkap dengan baik oleh Galaxya.

"Lo tahu soal ini?" Tanya Galaxya tegas.

Lyra menggedikkan bahu seraya mengembuskan asap rokoknya ke udara.

"Sebenernya kalau lo mati juga itu bukan urusan gue, tetapi masalahnya, atasan gue ini maksa buat ketemu sama lo dan kalau bisa memastikan lo aman. Atau kita bisa pakai lo jadi pancingan buat pelaku supaya segera keluar dari sarangnya," ucap Galaxya seraya tersenyum miring.

Mendengar hal tersebut, Skala segera menginjak kaki Galaxya yang berakhir mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu. 

"Itu kebetulan.Polisi kayaknya sedikit kurang kerjaan kalau menuntaskan sebuah investigasi dengan mempercayai isi cerita webtoon," ucap Lyra sedikit meremehkan.

Galaxya sudah merubah ekspresinya. Rahangnya mengeras, seiring dengan napas yang menderu. Belum lagi kedua tangannya sudah mengepal begitu kuat. Emosinya berkecamuk. Beruntung Skala sigap menarik pergelangan tangan gadis itu, sehingga Galaxya tidak termakan emosinya menghajar Lyra di tempat.  Skala akhirnya menarik gadis itu ke belakang. Kini posisi Skala berada tepat di hadapan Lyra. Berdiri menjulang tinggi.

"Jadi, bisa kita bicara sekarang?" tanya Skala tegas. 

Lyra mengembuskan asap rokok tepat di wajah Skala dan mengangguk acuh.

Skala menarik kursi yang ada di sampingnya dan memposisikan kursi itu terbalik, sebelum ia duduk dan menatap Lyra dengan kedua tangan berada pada sandaran kursi. 

"Ada beberapa hal yang harus saya tanyakan pada kamu berkaitan dengan SMA 57 dan teman-teman angkatanmu. Seperti yang sudah kamu ketahui, ada beberapa rekan kalian yang meninggal dunia. Ranita, Fauzia, dan terakhir Rico. Semula kami mengira kedua korban terdahulu, Ranita dan Fauzia meninggal karena bunuh diri, tetapi setelah adanya korban ketiga, kami menginginkan investigasi ulang secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab kematian Fauzia dan Ranita yang sebenarnya.

"Beberapa waktu lalu, saya pernah berkunjung ke SMA 57 dan bertemu dengan kepala sekolah di sana. Beliau menceritakan sebuah kecelakaan yang menimpa salah seorang teman angkatan kamu, Berli. Sekolah bersikeras menyatakan jika kematian Berli adalah akibat kecelakaan, tergelincir dari tepian jurang. Sementara, fakta berbeda saya dapatkan dari Ibu Berli. Beliau mengatakan jika putrinya adalah korban bullying dari dua orang korban meninggal, Ranita dan Fauzia. Apa semua itu benar?" tanya Skala tegas. 

Lyra mendengus, lalu tertawa menatap Skala. Ia mematikan rokoknya ke dalam asbak sebelum beralih menatap Skala kembali.

"Dan mana yang lebih Anda percaya? Perkataan kepala sekolah atau perkataan Ibu Berli?"

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang