Dekat?

11.2K 1.4K 64
                                    

Saat sampai di kelas Raja memberikan baju salinannya, berniat untuk meminjamkannya kepada Agam.

"Gak, gausah," Tolak Agam yang masih kesal.

"Ganti baju lo"

"Gak mau!"

"Nanti lo sakit," Ucapnya khawatir.

"Peduli banget lo sama gue"

"Trus kalo gue peduli emangnya kenapa?! udah buru cepet ganti baju lo, mau gue bantuin sekalian?"

"Gak usah, udah sana!" Usirnya.

Untung kelasnya sepi karena sudah bel istirahat, dan tempat duduk Agam berada di dekat didinding.

Raja yang mulai ikut kesal pun mendorongnya kedinding, membuka paksa satu persatu kancing kemejanya.

"Iih!! apaan sih!! sana!!" Agam berusaha menyingkirkan tangan Raja, tapi percuma saja, ia tak sekuat Raja.

Saat semua kancing kemejanya terbuka, Raja terdiam melihatnya.

"Apaan sih lo! minggir! dasar cabul!!" Agam mendorongnya, lalu menutupi kembali badannya yang sudah terekspos.

"Buru ganti, gue jagain dari luar," Raja memberikan bajunya lalu pergi keluar dan menutup pintunya.

***

Agam kali ini tidak menunggu jemputan, karena papanya sibuk kerja, jadi ia terpaksa jalan kaki.

Ia berjalan pelan pelan, menikmati angin sore sambil mendengarkan musik menggunakan headset miliknya.

Sungguh tenang, tak ada yang mengganggunya, tadinya sekarang suara motor yang begitu berisik mengusik ketenangannya itu, saat ia melihat ke belakang.

"BISA DIEM GAK SIH MOTOR LO!! BERISIK!!"

"HAH? APA GAK DENGER?"

"MOTOR LO BERISIK!!"

"HAH?" Agam makin kesal ia sekarang sangat sangat kesal, Agam langsung menghampirinya lalu mencabut kunci motornya.

"MOTOR LO BERISIK!!" Teriaknya ditelinga Raja.

"Lo kalo ngomong jangan di dikuping gue juga anj," Marahnya sambil menutupi telinganya yang pengang.

Agam tak peduli, ia kembali berjalan.

"Heh!! Kunci gue balikin!!" Agam langsung berlari kencang meninggalkan Raja.

Raja pun turun dari motornya menyusul Agam, tanpa melepaskan helmnya dan membiarkan motornya disana.

"WOY BALIKIN KUNCI MOTOR GUE!!" Teriaknya sambil terus berlari.

Sampai akhirnya Raja menangkapnya, Agam sudah tidak kuat berlari sambil tertawa.

"Mana kunci gue," Agam terus tertawa, Raja meraba rabanya mencari kunci motornya.

"Eh! Mana kunci gue?!"

"Lepasin dulu"

"Gak lo ntar lari"

"Iya lepasin dulu! nanti gue kasih!"

"Udah eh becandanya, motor gue nanti ilang."

"Biarin ilang aja, gue ikhlas," Ucapnya yang masih tertawa.

Raja sedang tidak ingin diajak bercanda, masalahnya motornya sudah ketinggalan jauh dibelakang sana.

"Gam! Balikin serius ini gue."

"Gak usah serius serius"

"Gam!!" Agam sudah tak tega dengan wajah memelas Raja.

"Yaudah iya, nih," Agam memberikannya.

"Udah lepasin, cepet sono nanti motor lo ilang," Raja melepaskan tangannya dari pinggang Agam.

"Awas lu yah!!" Ucapnya lalu berlari kembali ketempat motornya berada.

"Lagian! siapa suruh ganggu ketenangan orang!! huuu!"

***

"Duh duh duh, untung lo gak ilang lik," Ucapnya senang sambil memeluk motor kesayangannya yang ia beri nama 'pelik' itu.

"Awas aja lo!! bocah ngeselin!" Ucapnya yang masih kesal sama Agam.

***

"Eh eh, anak ibu udah pulang, kamu kenapa senyum senyum gituh, tumben banget abis kesambet apa?" Tanya ibunya heran.

"Gak bu, Agam gak kesambet apa apa, papa blom pulang?"

"Blom, sana kamu mandi dulu, abis itu makan, makannya udah ibu siapin di meja."

"Okeh bu!"

"Eh, bentar, kok ada yang beda, itu baju kamu? kemana seragam mu?"

"Ooh, ini tadi seragam sekolah nya basah, ketumpahan air pas Agam lagi minum," Ucapnya bohong.

"Yaudah sana mandi, eh iya gam, sabun mandinya habis sana pergi beli dulu."

"Mana uangnya," Agam menaruh tasnya lalu pergi membeli sabun ke warung yang kemarin lagi.

***

Agam melihat dari kejauhan, sebuah motor sport berwarna hijau milik Raja terparkir di depan warung.

"Eh lo, kok lo bisa ada disini? rumah lo deket sini?"

"Bu beli sabun," Agam pura pura tidak mengenalnya.

"Heh," Panggilnya lagi kepada Agam.

"Apa sih"

"Eh, kalian saling kenal?"

"Gak bu, Agam gak kenal," Ucapnya cuek and tetap stay cool.

"Apaan lo, sekelas bu," Ucapnya kepada ibu yang jaga warung itu.

"Ooh satu sekolah toh, ini sabunnya."

"Nih uangnya bu, makasih," Agam terus menghindarinya.

Raja mengikutinya dari belakang.

"Jangan ikutin gue," Larangnya tapi Raja tak mendengarkannya.

"Gue bilang jangan ikutin gue!! jauh jauh sana!!" Ucapnya kesal.

Raja terdiam, ia mulai merasa familiar dengan kata kata yang diucapkan oleh Agam, tapi ia masih tak mengingatnya.

Agam cepat-cepat pergi ke belokan gang.

"Si anjir ketinggalan, dahlah ngapain jugak gue tau rumah dia dimana."

***

"Pengumuman untuk yang berminat bergabung menjadi anggota osis, tolong tulis nama kalian di kertas ini," Senior itu memberikan kertas selembar dari pojok kanan lalu kertas itu dioper sampai ke belakang.

"Sudah? oke, kira kira dari kalian adakah yang berminat jadi ketua dan wakil osis?" Raja dan Agam langsung mengangkat tangannya.

"Wah, bagus bagus, persiapkan diri kalian untuk berpidato nanti, pas pemilihan wakil dan ketua."

"Iya kak," Ucapnya mereka berbarengan, lalu saling menatap sinis satu sama lain.

'Gue harus jadi ketua! awas aja lo' -Agam

'Gue yakin dia gak bakal bisa nyaingin gue, jelas jelas gue lebih populer dari dia' -Raja





Tbc

Seperti biasa jangan lupa vote and komen!
Sorry malem banget up nya😀
Semoga terhibur

Lebih Unggul [bxb] TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang