4

71 11 2
                                    

Kedua netra Yuta tidak lepas dari sosok Laya, wanita asing yang tiba-tiba datang di menit-menit terakhir sebelum peti mati Taeyong ditutup, menangis histeris di sana dan mengaku bahwa dia adalah istri Taeyong.


Istri ???


Sejak kapan sahabatnya yang hanya menyukai dua hal dalam hidupnya- games komputer serta Emma-memutuskan untuk menikahi seorang wanita namun menyembunyikan keberadaannya dari orang-orang terdekatnya. Yuta yakin, dia masuk dalam hitungan orang-orang terdekat mendiang Taeyong.


Mereka semua-Johnny,Joshua,Jeonghan, Emma dan tentu saja Yuta-masih tidak percaya dengan cerita wanita itu. Tapi karena banyak orang yang memperhatikan dengan antusias kedatangan Laya yang dramatis tadi siang, mereka memutuskan untuk membiarkan Laya untuk ikut sampai Taeyong selesai dimakamkan.


Sambil memainkan ikat rambut warna hitam di jari-jari tangannya, Yuta memperhatikan setiap gerak-gerik Laya. Mulai sejak peti mati Taeyong akhirnya ditutup sampai proses pemakaman selesai dilaksanakan dan mereka kembali ke rumah Taeyong. Wanita itu tampak sangat terpukul. Dia menangis dengan histeris lagi saat peti mati Taeyong dimasukkan ke dalam tanah. Johnny yang mengajukan diri untuk menenangkan Laya. Sekarang juga Johnny sedang bicara dengan Laya di ruang tengah yang sudah dibenahi oleh pelayan di rumah Taeyong dan Emma.


Kalau Yuta sih tidak akan mau melakukan hal itu.


Ingat, dia masih menaruh curiga pada Laya.


"Nggak bisa gini.... Aku nggak tahan lagi...." ucap Yuta sambil menepuk kedua pahanya. Joshua dan Jeonghan yang duduk bersama dengan Yuta di teras belakang mendongakkan kepala mereka saat mereka melihat Yuta berdiri dari kursinya.


"Kau mau kemana ?" tanya Joshua.


"Aku mau ke kamar Emma."


"Ngapain ? Jangan aneh-aneh Yut !!! Entar Emma sesak lagi..." cegah Jeonghan. Tangannya terulur mencekal pergelangan tangan Yuta yang melewatinya.


Tadi, saat Laya memperkenalkan dirinya sebagai istri Taeyong, Emma jatuh tersungkur di lantai sambil memegangi dadanya. Untung Joshua membawa inhealer milik Emma di saku jasnya. Jadi mereka bisa memberikan pertolongan pertama pada Emma sebelum melanjutkan upacara pemakaman.


"Tenang aja. Aku nggak bakal ngapa-ngapain. Cuma mau lihat Emma aja..."Yuta menyentak cekalan Jeonghan di pergelangan tangannya lalu berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua.


"Biarin aja Han. Selama ini kan Emma itu memang paling dekat dengan Yuta. Siapa tahu Yuta bisa mengorek keterangan dari Emma soal kehidupan Taeyong yang nggak pernah dia ceritain ke kita." Joshua menengahi. Jeonghan tidak jadi menyusul Yuta. Dia menoleh ke arah Joshua yang menyesap isi cangkirnya dengan tenang.


"Kamu percaya kalo si Laya itu istrinya Taeyong ?"


Joshua meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja lalu balik menoleh ke arah Jeonghan.


"Tadi, waktu kamu nangis di depan peti Taeyong, kamu bilang Taeyong mau ngajak kamu ketemu buat bicarain sesuatu kan ?"


Jeonghan mengangguk.


"Bisa jadi, hal yang mau dia bicarakan denganmu itu soal pernikahannya dengan Laya." Joshua berasumsi.


Jeonghan menarik napas panjang. "Menurutmu begitu ?"


Joshua mengedikkan kedua bahunya. "Entahlah.... Biar itu jadi urusan Johnny saja. Kan dia yang paling mengerti soal hukum. Kalau soal jual beli saham, baru itu jadi urusanku."


THE SECRETS (95L SVT x NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang