7

64 8 1
                                    

Seperti yang diucapkan oleh Johnny sebelum mereka memulai sarapan pagi mereka, setelah pelayan membersihkan semua makanan serta peralatan makan yang digunakan oleh mereka berlima, Johnny mengajak mereka untuk bicara di teras belakang. Saat Emma duduk, Joshua membuka jaket yang dia kenakan dan memakaikannya ke tubuh Emma.


"Makasih Kak...." ucap Emma.


Joshua tidak menjawab. Dia hanya tersenyum, mengusap puncak kepala Emma lalu duduk di samping kanannya. Yuta duduk di samping kiri Emma sedangkan Johnny dan Jeonghan duduk di sisi yang lain.


"Mau bicara soal apa John ? Udah dapat cerita apa kamu dari Laya ?" cecar Yuta. Tidak bisa ditutupi, dia memang yang paling penasaran soal si Laya- Laya ini.


Johnny mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Atensi yang lain langsung mengarah pada benda yang kemudian diletakkan oleh Johnny di atas meja yang ada di depan mereka semua.


"Kamu kenal benda ini Em ?" tanya Johnny sembari menggeser kalung dan cincin yang diberikan oleh Laya kemarin lebih dekat ke arah Emma.


Emma mengulurkan tangannya dan meraih kedua benda yang disodorkan oleh Johnny. Tentu saja dia mengenali kedua benda ini.


"Kak Johnny dapat dari mana kalung dan cincin ini ?"selidik Emma sambil mengangkat kedua benda yang kini sudah berpindah di tangannya.


"Dari Laya. Dia bilang, Taeyong yang kasih kalung dan cincin itu waktu mereka berdua memutuskan untuk menikah."


"Kalung dan cincin ini peninggalan almarhum Mama. Kak Taeyong pernah bilang kalau dia akan kasih kalung dan cincin ini ke calon istrinya." jelas Emma sementara kedua matanya masih terpaku ke arah cincin dan kalung yang sedang dia pegang.


"Kamu yakin ini kalung dan cincin yang sama ? Siapa tahu itu hanya tiruannya aja ?" selidik Joshua.


Emma menggelengkan kepalanya. " Kak Taeyong bilang, semua perhiasan peninggalan Mama itu dibuat khusus oleh pengrajin perhiasan di kota kelahiran Mama. Kakak-kakak tahu kan kalau mendiang Mamaku itu bukan orang asli kota ini. Mama baru tinggal di sini setelah menikah dengan Papa. Jadi, sepertinya tidak mungkin kalau Kak Laya memalsukan perhiasan-perhiasan ini....." jelas Emma.


Johnny, Joshua, Jeonghan mengangguk bersamaan. Sementara Yuta masih terlihat tidak yakin.


"Tapi, itu tidak menutup kemungkinan kalau dia membuat tiruan dari perhiasan ini supaya kamu percaya ceritanya, Emma." sela Yuta.


"Maksudku, ini soal menikah. Masak Taeyong berniat menikah tanpa memberitahu kita ? Atau bahkan Emma ?" sambung Yuta.


"Laya bilang, mereka baru menikah secara agama. Belum dicatatkan di kantor catatan sipil. Harusnya mereka melakukannya akhir minggu ini. Tapi karena Taeyong tidak juga memberikan dia kabar, Laya nekad datang ke kota ini. Dan ternyata, kabar yang dia terima adalah kabar tentang meninggalnya Taeyong." cerita Johnny.


"Kamu nggak percaya begitu saja kan, John ?" tanya Joshua hati-hati.


"Tentu saja tidak. Aku ini seorang pengacara. Aku sudah mengontak kenalanku di kota tempat Laya tinggal untuk mencari tahu berita tentang pernikahan Laya dan Taeyong."


Johnny menyandarkan punggungnya di sandaran kursi lalu menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.


"Tapi, sebelum menemukan buktinya, sepertinya tidak manusiawi kalau kita biarkan dia tinggal sendirian di penginapan di pusat kota. Semalam saat aku mengantar Laya pulang ke sana, aku mendengar beberapa penduduk mulai menggunjingkan soal pernikahan diam-diam Taeyong. Kalian juga tahu, saat Laya datang ke rumah ini kemarin, ada banyak orang yang menyaksikannya."


THE SECRETS (95L SVT x NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang