1

343 32 12
                                    

Taeyong meninggal bunuh diri



Satu baris kalimat yang masuk di aplikasi percakapan yang terpasang di ponsel Johnny membuat dia kalang kabut sendiri. Dengan cepat dia membereskan tumpukan berkas-berkas perjanjian yang seharusnya selesai dia review malam itu, meraih jas yang disampirkan di bagian belakang kursi kerjanya kemudian mengenakan dengan cepat. Satu tangannya terulur membuka laci paling atas. Mengambil kunci mobil yang selalu dia simpan di sana.


Sambil berjalan menyusuri koridor kantornya yang sepi-jam kantor sudah lama berlalu-Johnny menghubungi kembali si pengirim pesan. Pada percobaan pertama, Johnny malah mendapatkan nada sela.


"Sialan...." umpat Johnny pelan. Dia kembali mencoba menghubungi nomor itu yang untungnya langsung diangkat oleh pemiliknya.


"Sorry John.... Barusan aku hubungi Yuta juga." ucap suara dari seberang.


"Ini seriusan Josh ?"


"Masak aku bohong sih ? April Mop udah lewat Bro... Kalo niat mau bercanda, aku kira-kira juga kali... Adikku yang barusan ngabarin. Sekarang sih jenazah Taeyong masih ada di rumah sakit."


Johnny tiba di depan lift yang ada di lantainya. Dengan tidak sabaran, dia menekan tombol untuk turun.


"Selain aku sama Yuta, Jeonghan sudah tahu ?" tanya Johnny. Dia mengetuk-ngetukkan kaki kanannya ke lantai.


"Udah. Dia naik pesawat terakhir malam ini. Yuta baru bisa besok sore. Dia masih ada di rig. Untung aja sinyalnya ada jadi bisa komunikasi sama dia"


Pintu lift terbuka, Johnny segera masuk ke dalam, memutar tubuhnya kemudian menekan tombol 'B'. Sejenak pembicaraannya dengan Joshua terputus karena posisi Johnny yang berada di dalam lift.


"Sorry Josh.... Tadi aku di dalam lift. Kamu ngomong apa tadi ?" tanya Johnny. Dia berjalan menyusuri basement dan berbelok di lot parkir tempat mobilnya berada.


"Emma syok berat. Cuma kamu yang paling dekat sekarang. Aku baru bisa datang besok. Kamu bisa langsung ke sana malam ini kan ?" ulang Joshua.


Suara alarm mobil terdengar. Johnny membuka pintu belakang, membuka jas yang dia kenakan dan melemparkannya begitu saja ke jok penumpang. Setelah menutup pintu, dia beralih untuk membuka pintu depan dan duduk di belakang kemudi.


"Kasihan Emma, John. Masak kamu tega membiarkan dia mengurusi pemakaman kakaknya sendirian ?" tambah Joshua.


Johnny menghela napas panjang. Dia juga tidak setega itu pada Emma. Johnny menyayangi Emma dan menganggap Emma sebagai adiknya sendiri. Dan dia lebih dari tahu, bahwa selain Taeyong, Emma tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa dia andalkan.


Johnny menimbang dalam diam. Jarak menuju kota kelahiran mereka memakan waktu kurang lebih lima jam berkendara. Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sekarang sudah jam delapan malam. Dia masih harus pulang ke apartementnya untuk mengemasi pakaian dan barang-barang yang sekiranya dia perlukan.


"John.... Are you still there ?"


"Heummm.... I'm listening...."


"Jadi gimana ? Bisakan kamu langsung ke sana ?"


Johnny menekan ignition button sampai mesin mobilnya menyala. Dia memindahkan persneling, menonaktifkan hand rem kemudian menekan pelan pedal gas. Satu tangannya masih memegangi ponsel sehingga Johnny hanya menyetir dengan satu tangan.


THE SECRETS (95L SVT x NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang