Chapter 3

590 47 0
                                    

Sehun menghentikan mobil di depan rumahnya dan menangis di dalamnya. Sorot lampu mobil dari depan tak membuatnya berhenti menangis. Tuan Oh turun dari mobilnya dan mendekati mobil Sehun.

"Sehun-ah, kenapa kau menngis? Keluarlah Sehun." Tuan Oh mengetuk jendela mobil Sehun sampai akhirnya Sehun keluar.

Wajahnya tampak merah. Airmata mengalir di pipinya.

"Appa..." Suara Sehun bergetar karena tangisannya. "Kenapa kau biarkan eomma bahagia dengan laki-laki lain?"

"Kau bicara apa Sehun-ah?"

"Appa WAEEE? Kenapa kau membiarkan eomma pergi? Kenapa?" Sehun berteriak pada appanya ditengah tangisannya. Sehun kemudian pergi meninggalkan appanya yang menunduk menahan tangis.

==

Sehun merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Hatinya masih terasa perih saat mengingat bahwa eommanya sendiri tidak mengenalinya. Bahwa eommanya bahagia dengan laki-laki lain. Bahagia dengan keluarga barunya. Apa eommanya tidak pernah menganggap kehadirannya.

Sehun kembali meneteskan air mata.

Eomma, jika kau tidak dapat mengenalku saat ini aku akan membuatmu mengenalku dan mengingatku. Aku janji!

Sehun melihat jam pada ponselnya yang sudah menunjukkan waktu tengah malam. Sehun mencoba memejamkan matanya. Semua ini membuatnya lelah.

==

Tuan Oh menyiapkan makan di meja kemudian duduk menunggu Sehun turun. Sehun turun dari kamarnya. Seragam sekolah yang ia kenakan tampak rapi. Tas sekolahnya juga menggantung manis di punggungnya.

Sehun duduk di dekat appanya. Tuan Oh sedikit terkejut karena tidak biasanya Sehun duduk di dekatnya. Biasanya Sehun lebih memilih untuk duduk di kursi yang paling jauh dari appanya.

"Appa..." Sehun membuka percakapan mereka pagi ini.

Lagi-lagi tuan Oh terkejut dengan sikap Sehun. Tidak biasanya dia memulai pembicaraan dengan ayahnya. Dia bahkan sering tidak menanggapi pembicaraan dengan ayahnya.

"Wae Sehun-ah?"

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan lagi membuat keributan di sekolah."

"Benarkah? Appa sangat senang mendengarnya. Terima kasih Sehun-ah. Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak ingin meninggalkan sekolah?"

"Isseo, aku tidak ingin ke luar negeri. Aku ingin tetap di korea dan mencari tau kenapa Eomma meninggalkan aku."

Tuan Oh sangat terkejut dengan pernyataan Sehun. Tuan Oh sangat terkejut mendengar Sehun membicarakan wanita yang telah lama meninggalkan mereka.

"Apa? Sehun-ah, hajima. Jebal. Aku mohon padamu jangan lakukan itu."

"Kenapa? Appa tidak mau memberitau aku, aku akan mencari tau sendiri. Aku sudah menemukan tempat dimana aku bisa dengan mudah bertemu Eomma."

"Sehun-ah... appa mohon jangan lakukan itu."

Sehun bangkit dari kursinya. Belum sempat ia menyentuh makanan yang ada di depannya. Nafsu makannya sudah pergi karena berdebat dengan ayahnya.

==

Sulli melihat Sehun yang sudah duduk di bangkunya. Matanya tampak memilih kue yang menumpuk di atas mejanya. Tangannya meraih sebuah kue coklat yang tampak lezat. Tidak biasanya Sehun datang sepagi ini dan tidak biasanya dia memakan makanan yang dikirim para penggemarnya.

"Apa kau sudah berubah pikiran tentang menjadi gajah?"

"Apa maksudmu?"

Sulli kembali mengarahkan pandangannya pada meja Sehun. Beberapa kotak kue kosong tampak berserakan.

"Aniyaaaa... aku tidak ingin menjadi gajah. Aku hanya lapar dan kebetulan aku tidak makan di rumah hari ini."

Sulli kemudian duduk dan membuka bekal miliknya. Pagi ini dia juga tidak sempat makan di rumah.

"apa yang kau bawa hari ini?"

"Kimbap." Sulli memasukkan sepotong kimbap ke dalam mulutnya.

"Aissshhh, apa kau tidak bosan dengan makanan itu?"

"Tidak. Apa kau bosan? Kalau begitu aku tidak perlu menawarimu."

Sehun melihat kimbap yang dibawa Sulli. Selalu tampak lezat.

Sehun menarik Sulli dari kursinya dan mendudukkan Sulli di bangkunya. Sehun menghadap sekotak kimbap di atas meja Sulli.

"Hyaaa Oh Sehun, itu makananku. Kembalikan!" Sulli mencoba mengambil bekalnya tapi Sehun lebih cepat, Sehun melindungi kimbap itu dari jangkauan Sulli.

"Hya, apa kau mau aku berhenti jadi tutormu?"

"Oh Sehun... Aku belum makan apapun pagi ini..." Sulli tampak memelas.

"Makanlah kue di mejaku."

"Shireo, aku tidak mau menjadi gendut."

"Baiklah, aku akan berbagi denganmu kalau kau memaksa."

"Hya, kau berbicara seolah-olah itu bukan bekalku."

Sehun tertawa kemudian mengambil dua potong kimbap dengan dua tangannya dan memasukkan satu ke dalam mulut Sulli dan satu lagi ke dalam mulutnya sendiri.

"Sull, kau mau jadi istriku? Masakanmu enak sekali." Sehun menggoda Sulli.

"I can't hear you!"

Sehun tertawa dan melanjutkan sarapan paginya.

What is Love, Hun?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang