04 : runtuh

646 103 10
                                    


"bukan cerita baru, cuma tentang kisah kita." — abonevo0

flashback di saat Hyungseok dan Yoojin masih bersama di panti asuhan

Panti asuhan. Biasanya, panti asuhan digunakan untuk menampung anak-anak yang tak mempunyai orang tua. Begitulah panti asuhan pada umumnya. Namun, itu tak berlaku bagi Hyungseok dan Yoojin.

Kelinci percobaan 007 bernama lengkap Yoojin, dan kelinci percobaan 009 bernama lengkap Park Hyungseok.

Keadaan kedua bocah itu sangat mengesankan, dengan kedua jarum suntik di tangan kanan mereka. Tubuh yang kurus, serta bibir pucat bagaikan tak di beri makan sama sekali.

Bayangkan saja, betapa menyedihkannya bocah berusia sekitar tiga tahun yang harus mendapati perlakuan tidak senonoh itu.

"Yoojin ... kita harus anteng, supaya jarumnya ngga lepas."

"Iya. Kamu jangan khawatir sama aku, khawatir kan aja diri kamu sendiri." Yoojin menghela nafas, netranya bergulir melirik kearah lengan Hyungseok. "Kamu lebih kuat daripada aku."

Dengan kedua tangan yang diikat, serta jarum suntik yang tertancap di lengan. Apakah itu bisa di sebut perbuatan manusia?

Tidak, itu adalah perbuatan psikopat.

Yoojin dan Hyungseok ingin sekali kabur dari sini, namun, sesosok itu terus-terusan mengancam mereka berdua. Nyaris saja, Yoojin dan Hyungseok terbunuh oleh nya.

Yoojin menoleh kearah Hyungseok yang berada di sampingnya, netra hitam itu berkaca-kaca. "Seok, aku mau ngomong sama kamu. Aku mungkin nggak bisa tahan lagi dengan ini. Kamu harus pergi dari sini, dan satu lagi, aku nggak bisa nepatin janji kita buat jadi pilot sama-sama. Mungkin ... Kamu aja yang jadi pilot—"

Omongan Yoojin terpotong saat itu juga, matanya menyipit tersenyum manis sembari meneteskan air mata.

Perlahan-lahan bocah berusia sekitar tiga tahun itu ambruk ke samping, Hyungseok yang melihatnya langsung terkejut

"Yoojin...?" Ucap Seok, mulutnya bergetar. Dia menatap Yoojin kemudian bocah itu hendak melepaskan ikatan pada kedua tangannya.

Namun, tiba-tiba saja sesosok pria bertubuh gempal itu mendatangi mereka berdua dengan mengumpat sembari mengabsen seluruh kebun binatang.

"Heh bangsat banget, bisa-bisanya tuh pak tua naro tas di rumah gue," Saat sesosok itu melirik kearahnya, Hyungseok sudah tak ada di situ ia sudah kabur dari panti asuhan yang berkedok percobaan pembunuhan ini.

Keningnya berkerut, menampakkan ekspresi marah. "BRENGSEK CEPETAN CARI BOCAH-BOCAH ITU!!"

••🎗️••

Saat berhasil kabur, Dia menggendong Yoojin, lalu Hyungseok berlari sekencang mungkin menuju ke rumah sakit terdekat.

Dengan nafas terengah-engah Seok berhasil membawa Yoojin kerumah sakit terdekat. Yoojin langsung dibawa perawat menuju ke UGD, sementara Bocah bersurai hitam itu memegangi boneka beruang kecil berwarna coklat favorit Yoojin. Dia duduk di ruang tunggu bersama salah seorang pria.

Mendengar Hyungseok menangis, pria itu bertanya. "Kenapa kamu nangis?"

Bukannya menjawab pertanyaan Seok justru memeluk boneka beruang kecil berwarna coklat itu erat-erat. Air matanya mengalir membasahi kedua pipinya, matanya sedikit memerah akibat menangis.

Hyungseok berucap dengan nada lirih namun pria itu masih bisa mendengarnya. "Yoojin ... hiks"

"Nak, ada apa denganmu?" Tanya pria itu, Seok menoleh kearah nya lalu menyeka air mata dengan kedua tangan. Tapi, pandangannya teralihkan, Hyungseok langsung berlari menuju dokter dan perawat yang tadi membawa Yoojin.

Seok yang mungil, tingginya hanya sampai di kaki sang dokter. "Om dokter, Yoojin ngga papa kan?"

Sang dokter melihat ke bawahnya. Dia merasa kasihan pada bocah kecil itu. Dia berjongkok menyamakan antara tinggi nya dan bocah itu. Lalu berucap lalu mengusap surai Seok dengan halus, "maafin om dokter ya," hanya itu kata-kata yang bisa di sampaikan oleh sang dokter.

"Maaf? Om, Yoojin ngga papa kan?"

Setelah menanyakan hal itu, Hyungseok tak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya. Yoojin sang sahabatnya yang sudah berada di kasur rumah sakit kini di pindahkan ke ruangan mayat.

"Yoojin?" Tanya Hyungseok, secara spontan boneka beruang kecil berwarna coklat yang tadinya berada di pelukannya itu terjatuh.

Dia hendak menuju kesana, namun tangannya di cekal oleh sang dokter. "Hei, dengerin om dokter, kondisi kamu saat ini masih kurang baik. Kalo kamu kesana, yang ada malah jadi masalah. Sekarang tenangin dirimu dulu," katanya.

••🎗️••

Pak dokter yang bernama Lee Jinyoung itu masih memperhatikan bocah yang sekarang merenung di depan dirinya. Dia mengambil permen dari sakunya, rasa strawberry, coklat dan vanilla untuk bocah itu.

"Nih makan. Om dokter ngga suka kalo kamu nangis," ucap Jinyoung, mengelus-elus surai Hyungseok yang ada di depannya itu.

Hyungseok mengangguk paham. Lalu tiba-tiba saja muncul seseorang—umurnya sama dengan dirinya. Dia langsung menghampiri sang om dokter, Lee Jinyoung lalu memeluknya dari belakang.

"PAPAH!!" Seru bocah itu, lalu ia berucap lagi. "Pah, kata om gambyong papah bakalan lembur?" Tanya bocah itu, Jinyoung membalikkan badannya secara otomatis pelukannya pun terlepas.

"Hey, jagoan papah tau dari mana kalo papahnya ini lembur??" Tanya Jinyoung mencubit pipi kanan anak nya.

Sang anak terkekeh kecil. Lalu menjawab, "tau donggg kan anak papah pinter!!"

"Oh gitu ya? Jihoon udah gede yah??"

The Sun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang