Hening yang mencekam menyelimuti aula istana kerajaan Declan'os di sore hari yang memang terasa suram. Tak ada seorangpun yang menduduki kursi-kursi khusus keluarga Declan ataupun kursi para petinggi kerajaan.
Di ruangan megah nan mewah itu, hanya ada satu orang yang berdiri tegap dihadapan kursi kebesaran raja.
Manik matanya menatap lurus pada kursi berlapiskan kain beludru emas dan hiasan permata biru berkilauan itu. Tatapannya terlihat dingin namun juga penuh kekosongan.
"Raja Valerian, pelayan pribadi ratu Sophie, pengawal Arthur dan Kevin, lalu-- Lady Jaena" gumamnya pelan, memecah keheningan.
Kepalanya tertunduk, kedua tangan nya ia ulurkan ke depan tubuh, dan netranya menatap telapak tangannya sendiri dengan sorot mata sulit untuk diartikan.
"Mereka semua sudah pergi. Hahaha, siapa lagi yang akan menyusul orang orang itu?" gumamnya lagi, diakhiri kekehan dalam.
Setelah berucap, tatapan matanya berubah tajam. Tak lupa bibir tipis yang mengulas seringai yang jelas tampak amat menyeramkan.
"Yang Mulia Grand Prince David" panggil seseorang dari ambang pintu aula istana.
Pangeran David, orang yang sejak tadi berdiri diam disana sontak menoleh. Ekspresi wajahnya kembali datar dan sorot matanya berubah jauh lebih tenang.
"Ada apa, Jad?"
Pengawal Jaden tersenyum samar, "Acara pemakaman Yang Mulia Lady Jaena akan segera dimulai. Anda harus segera pergi kesana, pangeran mahkota David"
Pangeran David mengangguk kecil. Bibirnya mengulas senyum tipis pada sang pengawal pribadi.
"Hm"
Sang pangeran mahkota melirik kursi kebesaran raja Declan'os lagi sebelum tungkainya bergerak mendekati sang pengawal setia.
"Ayo kita pergi" ucapnya setelah tiba di samping Jaden.
Pangeran David kembali melangkah keluar aula diikuti Jaden di belakang nya.
Kedua pemuda seumuran dengan gelar berbeda itu melangkah tenang namun cepat menuju area selatan istana yang digunakan sebagai tempat memberi penghormatan terakhir bagi sang permaisuri kedua mendiang raja Valerian.
Begitu sampai, pangeran David tak hanya bisa melihat ratu Sophie dan pangeran Samuel dengan pakaian serba putihnya. Namun ia juga bisa melihat para raja, ratu, putri, para pangeran kerajaan lain serta para bangsawan yang turut menghadiri acara pemakaman ibu dari pangeran Jun itu.
Sementara sang pangeran sulung justru tak menampakkan dirinya barang sebentar. Sejak insiden tak mengenakkan di istana beberapa hari yang lalu, pangeran Jun tidak pernah terlihat di istana Declan'os.
Semua orang tak tau kemana pergi nya sang pangeran. Tentu saja banyak dari mereka berfikir buruk karna pangeran Jun bahkan tak ada saat sang ibu meregang nyawa. Namun mereka semua hanya bisa diam.
"Saya turut berduka atas kepergian Yang Mulia Lady Jaena, Yang Mulia pangeran mahkota David" ujar salah satu bangsawan setelah peti mati Lady Jaena terkubur di tanah.
Pangeran David menyunggingkan senyum tipisnya hanya untuk menghormati lawan bicaranya.
"Terimakasih karna anda berkenan datang, Lord Samon"
Lord Samon mengangguk segan. Pria bangsawan dari kerajaan seberang itu menatap tak enak pada pangeran David sebelum melirik ke kiri kanan.
"Mohon maafkan saya jika saya telah lancang, Yang Mulia. Hanya saja saya begitu penasaran mengenai pangeran Jun. Sejak saya sampai di Declan'os, saya tidak bisa menemuinya untuk menyampaikan belasungkawa"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH | Hwankyu
FanfictionSemua orang yang ada di aula besar itu terbelalak dengan sekujur tubuh yang merinding hebat saat kepala sang raja Declan'os menggelinding tepat dibawah kaki sang Kaisar Besar Balthazar yang tertawa puas dengan suara berat dan dalam miliknya. Mereka...