Kereta kuda mewah berlambangkan bendera kerajaan Declan'os itu bergerak dengan kecepatan sedang menuju ke istana kekaisaran Balthazar.
Keempat pangeran Declan yang ada di dalam kereta masih sama-sama belum membuka suara sedikitpun sejak lima belas menit duduk di dalam kereta yang sama.
"Ekhem!". David sengaja berdehem keras agar semua orang memberikan atensi padanya.
Pemuda itu hanya ingin memecahkan suasana canggung diantara mereka karna demi apapun ia kurang suka dengan suasana senyap sunyi saat ada orang lain di sekitarnya.
"Anda ingin minum, Yang Mulia?" tanya Jed membuat David menoleh cepat kearahnya.
Begitu juga dengan pangeran Jun dan Samuel yang ikut memperhatikan Jed karna mereka berdua sama-sama terkejut saat anak itu mengeluarkan suara di depan mereka untuk yang pertama kalinya.
"Yang Mulia?"
"Tidak-tidak. Aku belum ingin minum Jed. Tenggorokanku tadi hanya agak tak nyaman. Tenang saja, sekarang sudah terasa biasa" jelas David agar Jed berhenti menatapnya intens seperti sekarang.
Pemuda itu lalu menyadari jika Jun dan Samuel sama-sama menatap Jed dengan ekspresi tak biasa.
"Em, Sam? Pangeran Jun? Kenapa kalian berdua menatap Jed seperti itu?"
Samuel mengalihkan pandangannya pada sang kakak, "T-ti-dak papa kak. A-aku hanya a-gak terkejut ju-juga takjub karna J-Jed bicara didepanku"
David menganga, diliriknya Jun yang juga sudah melepas pandangannya dari Jed.
"Pangeran Jun, apa- anda juga merasa terkejut karna mendengar suara Jed?"
Anggukan pelan Jun meski pemuda itu memilih menatap keluar jendela kontan membuat David mendesah pasrah.
"Astaga Jed, apa kau tidak pernah mengeluarkan suaramu sedikitpun pada keluarga Declan yang lain?" tanyanya pada Jed yang dibalas anggukan oleh si empunya.
David tak bisa berkata-kata. Ia jadi bingung harus bagaimana.
"Huh. Jadi begini, aku sudah pernah mengatakan jika Jed bukannya tak bisa bicara namun dia memiliki satu ketakutan tersendiri untuk bicara dengan orang lain kan?"
Samuel mengangguk membenarkan.
"Mungkin itu penyebab dia belum berani bicara pada kalian berdua juga. Jed sudah bicara padaku sejak sebulan yang lalu, dan hari ini dia sudah berani membuka suara di depan kalian. Itu bagus kan?"
Jun berdecak kecil, "Ya. Sangat bagus. Bisakah kau lebih banyak bicara, pangeran kecil Declan? Kau tau kan seorang anggota keluarga kerajaan dituntut untuk berani menghadapi dunia luar"
"Kau tidak bisa bersembunyi dibalik bayang-bayang ketakutanmu terus. Kau tidak boleh hanya bicara dengan dan jika ada pangeran mahkota David saja. Kau harus mau dan bisa bicara dengan orang lain, terutama Yang Mulia Raja, Ratu, dan Lady Jeana"
"Saat kau mulai mengikuti kunjungan ke rakyat Declan'os, kau juga harus bisa bersuara di hadapan rakyat, Jed. Semua orang akan menganggapmu aneh dan bukan seorang bangsawan yang pantas jika kau tidak berani hanya untuk sekedar bicara" tambah nya.
David yang mendengarnya tak bisa mengkondisikan ekspresinya sendiri. Pangeran mahkota itu membuka mulutnya dengan netra membola.
"Kak--"
David menahan nafas saat pangeran Jun meliriknya tajam begitu ia tanpa sadar memanggil pemuda itu dengan sebutan kak, bukannya pangeran.
"Maksudku, pangeran. Aku tak pernah menyangka kau akan memberi nasehat pada Jed seperti itu. Kau sangat bermurah hati, pangeran Jun"
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH | Hwankyu
أدب الهواةSemua orang yang ada di aula besar itu terbelalak dengan sekujur tubuh yang merinding hebat saat kepala sang raja Declan'os menggelinding tepat dibawah kaki sang Kaisar Besar Balthazar yang tertawa puas dengan suara berat dan dalam miliknya. Mereka...