David memperhatikan gerbang tinggi didepannya dengan intens. Ia juga memperkirakan seberapa kokohnya gerbang kayu itu, dan agaknya merasa sedikit heran kenapa akademi kesatria harus ditutupi gerbang semacam ini.
"The High Palace of Holy Altar's Blue Phoenix bukan tempat pelatihan kesatria sembarangan Yang Mulia. Akademi ini merupakan tempat yang selalu berhasil menghasilkan ksatria hebat yang tak ada tandingannya, bahkan kekaisaran sekalipun tak bisa menandingi kehebatan akademi ini dalam melatih pada muridnya" jelas Jaden tanpa diminta.
"Jika begitu bukankah masuk kesini harus memiliki kemampuan dasar yang hebat? Pasti ada semacam tes agar diterima menjadi murid disini kan?"
Jaden mengangguk membenarkan. Pemuda itu tersenyum simpul,
"Anda benar Yang Mulia Pangeran. Tidak semua pemuda bisa lolos seleksi masuk ke akademi ini. Hanya yang memiliki skill dasar dalam dirinya, pemilik tekad kuat atau pemilik salah satu karunia Dewa lah yang bisa diterima"
David mengangguk-angguk lalu ia berdecak kagum.
"Pasti mereka semua yang ada disini sangat hebat--
Pemuda itu menoleh pada Jaden yang masih duduk di atas kudanya, -- apa kau juga berlatih disini sebelum jadi pengawal pribadiku, Jad?"
"Saya sendiri tidak bisa dikatakan sebagai murid akademi Phoenix secara penuh. Saya hanya seorang putra dari jenderal kerajaan dimasa lalu, dan sempat mengikuti pelatihan khusus di akademi ini selama sebulan"
David menyernyit, "Ternyata kau ini anaknya jenderal ya? Keren sekali. Tapi kenapa kau harus berlatih juga? Ayahmu kan pasti melatihmu sampai bisa jadi kesatria hebat"
Jaden tersenyum dikulum. Jujur saja ia lebih nyaman dengan David yang sekarang. Lebih banyak bertanya dan tak selalu memasang wajah acuh.
"Saya memang perlu dilatih lagi agar bisa memenuhi kualifikasi sebagai pengawal pribadi anda, pangeran"
"Jadi begitu--- kau ini memang hebat sekali!!" ujar David senang sembari mengacungkan dua jempolnya pada Jaden.
Saat ia melakukan itulah ia kembali menyadari jika mereka tak hanya berdua. Melainkan ada seorang anak yang tadinya masih duduk di atas kuda Jaden, sekarang sudah berdiri menatap mereka dalam diam. David bahkan tidak tau kapan anak itu turun tanpa menghasilkan suara yang berarti.
"Astaga aku melupakan anak ini!!! Hey kau masih baik-baik saja kan? Aku ingat kau melindungiku dari pisau dengan telapak tanganmu--"
Pangeran mahkota Declan'os itu turun dari kudanya, ia menghampiri si anak kecil dan menarik tangannya dengan tiba-tiba.
"Ini cukup parah. Kau ini masih kecil tapi sudah sangat hebat ya? Apa kau tidak merasa kesakitan?"
David terperangah saat si anak justru menggeleng, menegaskan jika ia tak merasakan sakit meski telapak tangan yang masih digenggamnya itu tergores dalam.
"Wow impresif" celetuknya spontan.
Tentu Jaden dan anak tadi tak paham dengan bahasa yang diucapkan David tapi keduanya sama-sama tidak ingin bertanya.
"Jaden, lebih baik kita masuk sekarang. Dia harus segera mendapat pengobatan atau tangannya bisa saja infeksi"
Jaden mengangguk. Pengawal muda itu mengetuk pintu sampai ada celah seukuran tangan yang dibuka dari dalam guna menunjukkan pin khusus akademi atau pin spesial kerajaan agar mereka diizinkan masuk.
"Saya Jaden, pengawal pribadi Yang Mulia Grand Prince mengantarkan Pangeran David kemari, Beliau ingin mencari kesatria terbaik untuk diangkat sebagai pengawal. Jadi saya mohon anda berkenan membukakan pintu ini. Ah iya, saya juga bersama dengan salah satu anggota akademi anda yang sedang terluka" jelasnya saat orang dibalik pintu bertanya apa maksud dan tujuannya kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH | Hwankyu
FanficSemua orang yang ada di aula besar itu terbelalak dengan sekujur tubuh yang merinding hebat saat kepala sang raja Declan'os menggelinding tepat dibawah kaki sang Kaisar Besar Balthazar yang tertawa puas dengan suara berat dan dalam miliknya. Mereka...