Chapter O4

10 0 0
                                    

✦ 𝐓𝐖𝐎 𝐁𝐈𝐑𝐃𝐒 ✦

"YUHUUUUUUUUU" teriak seorang gadis yang tengah mengayuh sepeda nya.

Tampak dari raut wajahnya gadis itu tampak bahagia sekali hari ini, mungkin hari ini semesta sedang berpihak pada mereka.

Ditemani oleh sang sahabat kemana pun ia pergi, mau itu susah senang ia akan tetap bersama nya.

Seje terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang terlihat sangat bahagia, rasanya seperti mengawal anak kecil bermain.

"Hey, Meun. Awas, nanti kau bisa menabrak batu jika tidak melihat jalan"

Sarayu menerpa wajah nan anindya milik kedua gadis itu, sungguh cantik. Hembusan angin semakin membuat suasananya menenangkan, tak jarang mereka berdua menaiki sepeda untuk mengelilingi desa hanya sekedar untuk menenangkan diri.

Seje menatap kearah sang senja, kini Bhaskara telah terbenam dan tergantikan oleh sang Chandra.

Tak peduli mau berapa lama mereka mengelilingi desa itu, tak peduli mau nantinya mereka akan terkena amukan para orang tua, yang mereka utamakan adalah ketenangan diri.

Hidup takkan bahagia apabila jiwa tak tenang. Tak ada gunanya memilik hidup yang sempurna jika jiwa nya sama sekali tak merasa tenang.

Dunia itu mengerikan, lebih mengerikan daripada ditelan hidup-hidup oleh bumi.

Setelah lama nya mereka mengelilingi desa itu, mereka beristirahat dibawah sinar sang rembulan.

"Andaikan hidup kita bisa seperti ini selamanya, tanpa merasakan apa itu mengerikan nya dunia." gumam Clessomeun.

Seje tersenyum "Iya ya."

Cukup lama mereka menatapi keindahan sang langit, rasanya seperti ilusi namun itulah kenyataannya.

"Andai saja hidup ini hanya mimpi, ya"

"Kalau kita hidup di dalam mimpi, artinya kita tertidur selamanya dong?" tanya Seje yang menoleh kearah Clessomeun.

"Iya, lalu saat kita terbangun, kehidupan kita lebih indah daripada mimpi ini semua" Clessomeun menoleh kearah Seje dan tersenyum.

Seje tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang diucapkan sahabatnya, dia ini anak kecil yang berumur 5 tahun atau seorang remaja?

"KENAPA KAU TERTAWA? APA YANG LUCU?" ujar Clessomeun dengan wajah yang memerah seperti sebuah tomat.

Seje berhenti tertawa dan memalingkan wajah nya "Tidak ada yang lucu, aku hanya tertawa mendengar ucapan mu"

"Kau seperti orang gila saja." ucap Clessomeun yang seraya sebuah roti kering.

Seje sama sekali tak kesal mendengar ucapan sahabat nya barusan, malahan dia menyeringai "Kan memang, kau juga"

Clessomeun mendecih kesal. Melihat reaksi sahabatnya itu membuat Seje kembali tertawa, sahabatnya ini seperti seorang anak kecil saja.

Wajar saja kalau begitu, Clessomeun itu lebih muda satu tahun dibandingkan Seje.

Meskipun begitu mereka sama-sama merasakan kejamnya dunia, jadi tak masalah selagi mereka bersama.

"Seje, apakah kita bisa tertawa lepas seperti saat ini lagi nanti?" tanya Clessomeun.

Seje diam sesaat tanpa menjawab apapun. "Aku tak tahu, itu semua ad ditangan sang semesta." balas Seje.

Angin malam membuat kulit Clessomeun menggigil kedinginan, sontak ia beranjak dari duduk nya saat merasakan dingin menyentuh kulit nya

"Ah! Dingin!" seru nya.

Seje mengernyit heran melihat Clessomeun tiba-tiba melompat dan berteriak "Ada apa dengan mu?"

Clessomeun menoleh "Sebaiknya kita pulang sekarang, angin malam tak sehat untuk tubuh kita"

"Ya sebaiknha begitu. Ayo"

"Uhm" Clessomeun mengangguk

𝓣wo 𝓑irds ✧ end. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang