1 bulan berlalu.
Ini adalah bulan di mana aku sedang kuliah ku. Aku jadi sedikit sibuk karena harus mengikuti kursus di beberapa tempat. Jam pulang pun jadi sedikit telat. Karena banyak sekali kegiatan di kampusku. Dengan alasan sibuk, aku senang karena bisa menolak permintaan Taehyung yang menyuruhku untuk menemuinya. Efeknya adalah, selama satu bulan hanya beberapa kali bertemu. Jadi hanya beberapa kali juga kami bertengkar.
Selama satu bulan ini, aku sedikit terhibur dengan kehadiran seseorang yang sekarang sudah akrab denganku. Minghao. Dia adalah putra pemilik yayasan, yang dulu pernah menabrakku di depan perpustakaan kampus, dia mengajar kelas tambahan karena menggantikan dosen pembimbing. Itu sebabnya kami sering bertemu, sering mengobrol dan sekarang sangat akrab.
Dia adalah pria yang baik, manis, romantis, dan sangat perhatian. Setidaknya padaku. Berbeda dengan pria yang hidupnya ber-merk Kim Taehyung itu. Tapi jujur saja, sejak aku jarang bertemu dengannya, aku merindukannya. Hanya saja, rasa malas selalu menghampiriku saat aku mengingat pertemuan kami pasti akan berakhir dengan beradu mulut. Itu sebabnya, aku memilih untuk lebih menikmati persahabatanku dengan Hao Saem daripada memikirkan Taehyung.
Beruntung, karena Minghao ada di lingkungan kampus, jadi Jimin tidak akan bisa memata-mataiku. Pria itu tak akan pernah tahu akan kedekatanku dengan Hao Saem, apalagi Presdir Hybe. Jimin bisa saja memata-mataiku di manapun, kecuali satu tempat. Jimin tidak bisa mencampuri segala urusanku saat di dalam universitas.
Hari ini tidak ada kelas sebenarnya, tapi aku melihat Minghao ... pria itu sedang berjalan kearahku. Dia sudah tersenyum manis walaupun jarak kami masih cukup jauh. Aku tidak membalas senyumannya karena aku hanya ingin menikmati pemandangan itu.
"Hey … kenapa melamun sendirian?" sapanya saat duduk di sampingku.
"Tidak, aku hanya sedang berpikir."
"Ada masalah?"
"Hm—Bab tentang bakteri."
"Ke laboratorium saja, biar aku bantu." Aku menatap Minghao, polos. "Aku, 'kan dosen pembimbing biologi." Dia menarik tanganku.
.
.
Di laboratorium, Minghao mengeluarkan beberapa peralatan dari lemari kaca. Beberapa di antaranya sudah berbau menyengat. Minghao memakai lab-jas. Dia menarikku untuk duduk di sampingnya.
"Ini ada beberapa contoh bakteri. Coba lihat baik-baik." Kata Minghao tanpa melihatku.
"Kenapa ada yang berbau busuk?"
"Justru kalau tidak busuk, bakterinya tidak keluar."
Hampir satu jam aku dan Minghao membahas tentang bakteri ini dan itu. cukup membantu memang. Tidak terasa, percakapan kami sudah keluar dari 'kotak pelajaran'. Minghao sedang bercerita tentang bagaimana dia pernah mencintai seseorang wanita saat dia masih kuliah. Dia menggambarkan wanita itu sangat cantik, dia bilang hampir mirip sepertiku. Itu sebabnya, pertama kali Minghao melihatku, dia langsung menyukaiku.
Aku tidak sadar saat Minghao semakin mendekatkan tubuhnya padaku, dia memandangku dalam. Jujur saja, aku sedikit terhipnotis dengan tatapannya—tulus dan lembut. Minghao menyibak poniku dan semakin mendekatkan wajahnya padaku. Seperti perkiraanku, dia mulai memiringkan wajahnya. Dia membidik bibirku. Aku sedikit gemetar. Kalau dia benar-benar menempelkan daging lembut berwana merah miliknya itu dibibirku, berarti inilah ciuman pertamaku.
Ciuman pertama? Pertama?
Saat itu juga wajah tampan nan dingin Taehyung terlintas di benakku, untung saja kesadaranku datang saat jarak antara wajahku dan Minghao masih berjarak 2 cm. Aku menahan dadanya—menghentikan gerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me ✅
FanfictionDua orang yang saling mencintai tapi merasa tak pantas untuk saling berdampingan. Kurangnya komunikasi dan banyak kesalahpahaman yang membuat hubungan mereka merenggang. Tapi yang pasti mereka tak bisa menjauh terlalu lama. Hubungan yang sangat suli...