Bab 19

522 78 23
                                    

"Tae!" Jihyo memanggil dengan suara lirih, tapi ia memastikan Taehyung mendengarnya.

"..." Taehyung tetap diam. Tak merespon.

Jihyo sudah tidak tahan. Persetan dangan harga diri. Ia berlari mendekap Taehyung dari belakang, namun Taehyung masih tidak bergerak, tubuhnya kaku menerima pelukan Jihyo. Gadis itu bernapas di punggung Taehyung, meminta kembali kebahagiaan yang dulu diberikan Taehyung.

Jihyo menggeser tubuhnya dan melangkah ke depan. Melihat Taehyung.

Demi Tuhan, Jihyo seperti tenggelam di lautan. Jihyo tidak pernah merasakan ini. Tidak pernah melihat ini. Pertama kali melihat. Taehyung dengan wajah basah air mata. Benar–benar basah. Bahkan hidungnya berair. Wajahnya merah. Matanya merah. Tidak ada suara. Dia kesakitan Jihyo.

"Aku yang membunuhnya, ya?" Lirih Taehyung parau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku yang membunuhnya, ya?" Lirih Taehyung parau.

Jihyo tersenyum sendu dan segera menggeleng keras. "Tidak. Itu semua salahku. Bukan salahmu." Jihyo memeluk Taehyung lagi. Kali ini Taehyung menyambutnya dan mereka menangis bersama. "Aku yang membunuhnya, Tae. Aku. Aku yang ceroboh. Aku yang tidak becus menjaganya. Maafkan aku." Jihyo terisak dalam tangisnya. Dalam pelukan Taehyung.

Taehyung menggigit bibirnya dan segera menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya dan detik berikutnya isakan rendah terdengar rendam dalam ceruk leher Jihyo. Oh, Taehyung menangis parau. Hal yang sangat mengejutkan, namun tak cukup membuat Jihyo terkejut karena saat ini mereka merasakan sakit yang sama. Sakit atas kelalaian mereka menjaga janin 4 minggu mereka.

Malam tanpa bintang dan bulan menjadi saksi bisunya. Ravn yang berdiri di belakang mereka. Pun Jimin yang mengintip dari jendela kamar Jihyo. Menjadi Saksi betapa pahitnya perjalanan rumah tangga orang yang mereka kasihi.

Taehyung memeluk Jihyo sampai tangis mereka mereda. Menikmati hangat tubuh masing-masing, kehangatan mereka telah kembali pada tempatnya.

Taehyung merenggangkan pelukan mereka tanpa melepaskan pelukan posesifnya dari pinggang istri belianya. Lalu ia menatap tubuh Jihyo dengan seringaian tipis di ujung bibirnya. "Aku mencari kemeja ini di seluruh penjuru rumah. Aku bahkan memaki Jimin."

Jihyo mengerjapkan matanya. "Aku membawanya." Jihyo melepaskan diri dari Taehyung. Menunduk malu dan merona setelah sekian lama.

Taehyung tersenyum tipis dan menyentil dahi lebar kesayangannya itu. "Ayo pulang."

.

.

Ini sudah tengah malam. Sesampainya di rumah besar, Taehyung dan Jihyo langsung ke kamar mereka. Berguling di atas ranjang. Saling berpelukan. Melepas kerinduan. Taehyung memeluk Jihyo posesif. Mereka hanya saling berdiam sejak berada di kamar ini. Terlalu bahagia.

"Aku ingin memasukimu." Bisik Taehyung di telinga Jihyo. Akhirnya. Gadisnya menegang.

"Kalau begitu masuklah." Jihyo balas membisik. Wajahnya? Tentu saja semerah buah kesukaan Taehyung.

Please, Look At Me ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang