Bab 5

569 82 30
                                    

Pagi telah menjelang, Jihyo mengerjapkan kedua matanya karena silau cahaya matahari telah menghampiri matanya. "Mhhh …" Jihyo menggeliatkan tubuhnya pelan. Hanya butuh beberapa detik untuk Jihyo menyadari kalau Taehyung sudah tidak ada di sampingnya.

"Ahh ... kemana si iblis itu?" ujar Jihyo pelan pada dirinya sendiri seraya mengucek kedua matanya.

"Hm." Ujar Taehyung datar. Ternyata Taehyung ada di samping tempat tidur dan mendengar umpatan Jihyo.

Jihyo sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Pria itu sudah rapi dengan kemeja kerjanya, wajahnya segar dan rambutnya masih agak basah karena habis mandi. Dia terlihat sangat memesona—Jihyo tahu itu sejak dulu. Hanya saja dia selalu memujinya dalam hati, tapi entah mengapa setelah kejadian semalam Jihyo bersumpah Taehyung adalah pria tertampan yang pernah ada.

TERTAMPAN.

"Hmm—!" Di sela keterkejutannya, Jihyo langsung merapatkan selimut yang dia pakai untuk menutupi tubuhnya yang polos. Jihyo menundukan kepalanya sehingga sebagian poninya jatuh dan menutup setengah wajahnya.

"Kenapa?" tanya Taehyung datar seraya beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Jihyo.

"..." Gadis itu hanya diam seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Taehyung menatap lekat tubuh gadis itu, masih sangat jelas memar dan luka akibat 'siksaannya' semalam yang tercetak di bahunya yang masih lolos dari selimut. Taehyung terdiam sejenak—rasa sesal itu semakin menumpuk di rongga dadanya.

Namun beberapa saat kemudian Taehyung terkekeh samar saat melihat Jihyo diam-diam mengintip dari sela-sela rambutnya. Gadis ini ingin menatapnya, tapi apa dia—malu? Apa Jihyo masih malu karena kejadian semalam? Taehyung merasa gemas sekali dengan gadis-Nya pagi ini.

Gadis? Aa—tidak. Bahkan Jihyo sudah tidak gadis lagi sejak Taehyung merenggut kegadisannya semalam, tapi biarlah, umur Jihyo masih pantas menyandang kata 'gadis'.

"Kau tak perlu merasa malu." Ujar Taehyung tak acuh, berbanding balik dengan hatinya yang tengah terkekeh gemas.

"Kau ini bicara apa?" Gerutu Jihyo semakin menyembunyikan wajahnya, kembali membuat Taehyung tidak bisa melihat wajah merah Jihyo—yang sebenarnya sangat pucat seandainya Taehyung tidak membuatnya malu dan merona.

"Aku mau pulang. Minta temanmu untuk menjemputku." Ujar Jihyo lirih.

"Kuliah?" Taehyung menaikkan sebelah alisnya. "Aku tidak yakin." Lanjut Taehyung tak acuh.

"Aku ada kuis." Jawab Jihyo datar.

"..." Taehyung diam seraya menatap gerak-gerik istri belianya itu datar.

Jihyo beranjak dari tempat tidur Taehyung dengan tetap tergulung di dalam selimut yang tebal. Dia melangkah ke kamar mandi dengan langkah sedikit tertatih. Sampai di kamar mandi, Jihyo melempar selimut yang tadi dipakainya keluar.

"Sajangnim … tolong rapikan ini!" kata Jihyo seraya meninggalkan selimut di depan pintu. Jihyo terkekeh di balik pintu kamar mandi ketika menyadari Taehyung tengah mendengus di luar sana.

"Tch!" Taehyung berdecih datar. Baru dia tiduri sekali saja, sekarang gadis bodohnya itu sudah berani memerintahnya.

.

.

Jihyo melihat bayangan dirinya di cermin. Sungguh mengenaskan. Seperti korban pemerkosaan. Wajahnya dipenuhi dengan luka memar. Warna merah, biru, keunguan dan bekas cakaran menghiasi wajah cantik itu. Bahkan bibirnya masih menyisakan darah yang mengering. Setelah menghembuskan napasnya, dia berjalan pelan menuju toilet. Pelan—sangat pelan karena tubuhnya terasa sangat ngilu saat digerakkan.

Please, Look At Me ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang