Dengan mengenakan seragam security warna putih, Heru diajak Pak Selamet menuju satu ruangan yang diisi oleh satu orang dengan meja kerja lebar. Ruang Kepala Sekolah.
Tok! Tok! Tok!
Pak Selamet mengetuk daun pintu yang terbuka.
"Maaf ganggu, Pak Rahman. Saya mau mengenalkan satpam baru, Pak,"ucap Pak Selamet sopan.
"Masuk, masuk," Pak Kepala Sekolah menyuruh mereka mendekat. "Jadi ini satpam baru untuk menggantikan Pak Luthfi?"
"Betul, Pak!"
"Oke, namanya siapa, Mas?" Tanya beliau kepada Heru.
"Saya Heru Pratama, Pak."
"Heru ya," kepala Pak Rahman manggut-manggut. "Sebelumnya pernah jadi satpam dimana, Heru? Soalnya badanmu bagus ya, rajin olahraga kayaknya, sehat," puji Pak Kepala Sekolah.
"Kerja di mall, Pak."
"Oh di mall. Oke, oke. Ya sudah, selamat bergabung ya di SMA ini, Heru. Nanti pengarahan lengkapnya dari Pak Selamet saja ya"
"Baik, Pak."
"Kalau begitu kami pamit, Pak," Pak Selamet ijin undur diri dari ruangan.
Heru Pratama ini pemuda berumur 27 tahun. Belum menikah. Dia berasal dari luar kabupaten.
Perjalanan dia bisa ada di kabupaten ini sudah seperti jodoh saja, ketika Heru kontraknya tidak diperpanjang di sebuah perusahaan outsourching, Uwa-nya mengabari kalau sedang ada lowongan kerja jadi satpam, tapi di sebuah sekolah. Uwa-nya itu kebetulan tinggal di desa sebelah, beda desa dengan SMA ini terletak.
Heru yang memang sedang butuh kerja langsung menerima tawaran itu. Dia pun berangkat ke sini dan untuk sementara waktu akan tinggal di rumah Uwa-nya.
Selesai dari ruangan Pak Rahman, Heru diajak keliling untuk dikenalkan kepada guru-guru dan staf sekolah yang ternyata lumayan melelahkan. Dia harus menjawab beberapa pertanyaan dari banyak orang dan bibirnya harus mengulas senyum sebagai kesan ramah untuk pertama kali ini. Sesudah itu, Heru diajak ke ruangan Pak Selamet untuk diberikan pengarahan tentang tugas menjadi satpam di sekolah. Terakhir, dia dikenalkan kepada Pak Guntur selaku satpam senior yang sudah cukup lama mengabdi di sini.
"Nah, Heru, untuk seminggu ini kita akan jaga barengan dulu karena kamu baru masuk. Biar kamu paham tugas-tugas apa saja yang dikerjakan satpam di sini. Selanjutnya nanti baru pakai jadwal ya," terang Pak Guntur saat mereka sudah kembali ke pos satpam di depan gerbang besar.
"Baik, Pak, saya ikut arahan Bapak saja," jawab Heru.
"Bagus," Pak Guntur bangga serasa punya anak buah. "Nah ini kan sudah jam sembilan, sejam lagi bel istirahat akan berbunyi. Saya tunjukkan arah-arahnya pas jadwal keliling ya."
"Boleh, Pak."
"Mari-mari!"
Pak Guntur dan Heru berjalan beriringan. Mereka memulai dari parkiran motor, dilanjutkan ke selasar kelas, lalu berbelok ke arah laboratorium yang ada di paling belakang sekolah, melipir juga ke kantin-kantin untuk memastikan tidak ada siswa yang sedang bolos apalagi sampai merokok sembunyi-sembunyi, mengcek sisi musolah yang pagarnya suka dipanjat untuk bolos keluar, dan diakhiri dengan melintasi perpustakaan.
"Kalau ada siswa yang berkeliaran, kamu tegur saja dan suruh masuk kelas. Kalau membandel, ancam dengan melaporkan kepada guru BK. Kebanyakan di sini pada takut dengan guru BK, soalnya dikenal galak."
"Iya, Pak."
"Kalau ada yang ketahuan merokok, kamu langsung tangkap saja, bawa ke ruang guru. Biar bagian kesiswaan yang menghadapi, sebab merokok di lingkungan sekolah sudah termasuk pelanggaran berat."
KAMU SEDANG MEMBACA
SATPAM SMA
Romance[ Peringatan: cerita ini bertema gay dan vulgar. Yang tidak suka tolong jangan dilanjutkan. ] Bukan mencari tapi datang sendiri. Sebagai lelaki dewasa yang butuh pelampiasan, lalu datang seseorang yang menyerahkan, mana mungkin dia ditolak. Ini ada...