Jaga12: Curhat

18.5K 326 25
                                    

Heru melepas pergi Fadil setelah ia mendapatkan servis sepongan lima menitan darinya. Tetapi efeknya lumayan membekas. Nafsunya mulai terpancing sejak tadi tapi ia ingat ada Yayan yang menunggu di ruang tunggu sekolah.

Heru bergegas menuju ruang tunggu. Setiba di sana ia melihat Yayan sedang berbaring di kursi panjang sambil memelototi ponselnya. Cahaya dari layar menimpa wajahnya dan memperlihatkan muka seriusnya.

"Serius amat liat hapenya. Yakin nggak mau ini...."

Heru duduk di kursi kecil dengan posisi kaki yang ia kangkangkan lebar. Kontolnya yang sudah tegang menjulang muncul dari lubang resleting.

Yayan melirik ke arah yang disebutkan Pak Heru tadi. Seketika ia mematikan layar ponsel dan diletakkan di meja. Ia bangkit dan berjongkok di lantai. Perlahan ia menuju kaki Pak Heru dan memosisikan diri merunduk di depan selangkangan Pak Heru.

Yayan menelan ludah saat kepalanya hanya lima centimeter berdekatan dengan daging hidup yang menjulang di depannya. Bisa dilihat betapa perkasanya perkakas Pak Heru ini, dengan urat yang menonjol. Kepala kontolnya mengkilap ditimpa sinar neon di langit-langit, juga efek ujung kontolnya yang sudah mengeluarkan precum.

Lidah Yayan terjulur menjilat habis air kental tersebut.

Slrup!

"Empp, nyammm..."

"Enak, Yan?"

Yayan mengangguk. Matanya sayu dibakar birahi. Yayan sudah tak sabar ingin menjajah tubuh Pak Heru.

"Jilat sampah basah ya!"

Yayan menurut. Ia menjulurkan lidah dan mulai bermain-main dengan kontol Pak Heru. Dimulai dari menjilati kepalanya sampai basah mengkilap, tak lupa ia celup ujung lidahnya di belahan lubang kencing, ia putar-putar.

"Ouhhhhssss...," desis Heru. Kepalanya mendongak ke atas, matanya terpejam, ia memercayakan kontolnya digarap Yayan, terserah sesukanya.

Yayan makin kalap. Ia mulai menjilati batangnya bolak-balik. Dari lidahnya bisa ia rasakan tonjolnya urat kontol Pak Heru yang makin membuatnya bergairah. Membayangkan kontol itu memasukinya membuat anusnya sontak berkedut-kedut. Yayan menaik-turunkan lidahnya menjilati dari ujung kontol ke pangkal dengan ritme dari pelan ke kencang.

"Empyhhhh, ahhhhh, empyyyyhhh...."

"Uhhhhhh, beneran juara lidah kamu Yanhhhh, ahhhhh...."

Puas menjilat, Yayan segera melahap kontol Pak Heru sampai habis terbenam.

"Ouhhhhhhh, anjinghhhhh, angetttthhhh, ahhhhhh," lenguh panjang Heru.

Yayan dengan binalnya mulai menggerakan kepala. Ia memusatkan tatapan matanya melirik ke wajah Pak Heru yang masih mendongak ke atas, mencoba memperhatikan ekspresinya. Setiap lenguhan yang didengarnya otomatis menaikkan semangatnya untuk terus mengulum.

"Emphhhh, emphhhh," suara desahannya yang tersumpal kontol sengaja dikencangkan agar tercipta suara sahut-sahutan yang makin memupuk aura pergumulan.

Merasakan betapa cepatnya mulut Yayan mengulum, Heru mulai memperhatikan bagaimana aksi murid satu ini beraksi. Pemandangan yang sungguh di luar bayangan, seorang remaja menunduk di depan selangkangannya dengan mulut yang mengulum kontolnya. Sebuah pemandangan kebinalan yang rasa-rasanya susah ditemukan di sekolah lain.

Heru memegangi belakang kepala Yayan dan ia pandu menggerakan kepalanya agar melahap habis kontolnya lalu ia tarik kembali membiarkan Yayan mengambil nafas. Ia lakukan berulang-ulang.

"Ahhhhh, sampai mentok, Yan, ahhhhh, ya begitu, ahhhhhh, diam dulu kamunya, ahhhhhhhhhh."

Wajah Heru menunjukkan ekspresi keenakan saat kontolnya menyentuh pangkal tenggorokkan. Ia tahan kepala Yayan beberapa saat menikmati sensasi hangat di dalam sana, juga kelembutan dinding tenggorokan yang basah.

SATPAM SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang