Heru mulai menyukai pekerjaannya sebagai satpam di sekolah. Selain bangga mengenakan seragam yang membuat tubuhnya terlihat gagah, Heru juga menyukai lingkungannya. Apalagi kalau kebagian shift pagi, ia akan berdiri mengawasi jalannya razia di depan gerbang bersama anggota OSIS dan pembinanya. Setiap murid yang datang, tak ada yang luput dari perhatian Heru. Dan ini bagian serunya, Heru suka membayangkan dan menebak apa yang ada di pikiran murid-murid yang melintas di depannya.
"Selamat pagi, Pak Satpam Ganteng!"
"Pagi, Pak."
"Pak, sudah sarapan belum?"
Ragam sapaan mengalir dari murid-murid. Heru menjawab dan menimpali sekadarnya agar kelihatan berwibawa. Wajah mereka berbeda-beda ekspresi, ada yang datang dengan ceria, tak sedikit juga yang datang dengan wajah ditekuk.
Tugas hariannya setelah mengunci gerbang adalah berkeliling rutin mengecek sudut-sudut sekolah. Dan saat memeriksa perpustakaan, ia mendapati murid perempuan sedang duduk di meja baca di pojokan. Wajahnya ditutupi kedua telapak tangan yang bertumpu di atas meja.
Heru tidak serta merta menegur, ia mendekati Bu Neti, sebagai pustakawan, di mejanya yang sedang men-scan barkode buku ke komputer.
Tit! Tit! Tit!
"Bu, murid itu siapa?" tanyanya berbisik.
"Namanya Lina, anak kelas 12 IPA 2," jawab Bu Neti tanpa mengalihkan matanya dari layar komputer. Suaranya sama lirihnya.
"Sedang apa di jam pelajaran begini tapi ada di perpustakaan? Ada tugas?"
"Kayaknya sedang ada masalah pribadi. Dia tiba-tiba masuk dengan mata berkaca-kaca dan bilangnya mau menenangkan diri."
"Kenapa tidak diarahkan ke ruang BK saja, Bu?" Tanya Heru. Permasalahan murid selalu ditekankan agar diawasi oleh guru BK. Pengawasannya bisa melalui obrolan dari hati ke hati. Guru BK tentu saja akan menyimpan rahasia dengan baik.
Bu Neti menatap Heru penuh perhatian. Usianya yang sudah hampir mencapai angka lima membuatnya kelihatan bijaksana.
"Dengar, tidak semua orang yang punya masalah ingin bercerita ke orang lain apalagi ditanya-tanya. Kadang beberapa orang hanya ingin sendirian dan menangis. Enggak ingin diganggu oleh siapa pun. Termasuk Lina."
Heru manggut-manggut memahami. Benar juga ucapan Bu Neti tadi. "Ya sudah kalau begitu minta diawasi ya, Bu. Kalau bisa jangan lama-lama di sini, dia juga harus ikut belajar."
"Iya, nanti saya ingatkan dia."
Heru membiarkan murid tadi tetap di tempatnya karena sudah ada yang bertanggung jawab mengawasi. Heru segera menyelesaikan berkelilinga dan ia pun beranjak kembali ke pos satpam menulis laporan sambil menunggu jam istirahat.
***
Bel istirahat selesai sudah berbunyi beberapa menit lalu. Sebagian banyak murid-murid sudah kembali ke kelas. Heru yang berdiri mengawasi lingkungan sekolah dari pos satpam mendadak mengernyitkan dahi melihat beberapa murid berlari ke luar kelas menuju pojok sekolah sambil berteriak-teriak. Dengan sigap, Heru melesat mendeakti sumber kegaduhan. Di tengah jalan ia hampir bertabrakan dengan Anton, salah satu anggota OSIS, yang berlari ke arahnya.
"Pak, tolong, ada yang berantem! Parah!" ucapnya dengan wajah tegang dan pias.
Parah?
Jantung Heru berpacu kencang. Ia bisa merasakan ada yang tidak beres. "Kamu ke ruang guru sekarang! Panggil Pak Selamet. Cepat!"
Heru melesat lebih cepat. Kelas 11 IPS 2 sudah dikerubungi oleh murid-murid. Ada yang menutupi pintu masuk, ada yang mengintip lewat jendela. Wajah yang menonton seragam, tegang. Heru menerabas kerumunan. "Minggir! Minggir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SATPAM SMA
Romance[ Peringatan: cerita ini bertema gay dan vulgar. Yang tidak suka tolong jangan dilanjutkan. ] Bukan mencari tapi datang sendiri. Sebagai lelaki dewasa yang butuh pelampiasan, lalu datang seseorang yang menyerahkan, mana mungkin dia ditolak. Ini ada...