Jaga8: Gelap-Gelapan

24.2K 334 16
                                    

"Bang, kita mau kemana?" Tanya Fadil menyadari motor berbelok ke jalanan gelap yang dikenali arahnya ke ladang warga.

"Abang mau coba sesuatu yang baru?" Jawabnya antusias.

"Outdoor, Bang?" Ini yang ada di pikiran Fadil.

"Yup! Hehe."

Jalanan bebatuan yang kasar membuat motor bergunjang-gunjang melewatinya. Suara jangkrik terdengar bersahutan dari segala penjuru. Suasana malam begitu mencekam. Berkat lampu motor depan LED yang terang sedikit mengurangi keseramannya, mengingat pada pukul segitu tidak akan ada satu orang pun lewat.

Motor berhenti di tepi jalan yang rata. Di sisi mereka ada kebun jati yang bisa dilihat batang pohonnya menjulang berjejer. Heru sengaja tidak mematikan mesin motor agar lampunya tetap menyala.

Fadil turun dari motor dan memandangi sekeliling. Sejauh mata memandang hanya kegelapan saja yang terlihat.

"Sini!" Heru menarik tangan Fadil agar lebih mendekat ke depannya.

Haru yang masih duduk di motor menyamai tinggi Fadil yang berdiri, dan itu membuat Heru gampang menyosorkan bibirnya.

Baru saja mereka berciuman, keduanya langsung menjauhkan bibir masing-masing.

Sejenak mereka bicara lewat mata, sama-sama kaku, sama-sama tahu apa yang salah.

"Bau nasi goreng."

"Iya, Bang."

Keduanya langsung tertawa bersamaan. Merasa lucu sendiri. Ciuman romantisnya gagal.

Saat tawa mulai reda, tangan Fadil sudah dalam kondisi mengelus tonjolan selangkangan Bang Heru. Ia lalu meloloskan kontol Bang Heru dengan menurunkan karet celananya.

Heru memperhatikan semua yang dilakukan Fadil. Setelah kontolnya keluar, Fadil mencaploknya tanpa sungkan.

"Aahhhh...,"desah Heru merasakan hangat dan basah pada kontolnya.

Kepala Fadil bergerak-gerak menyepong. Heru bisa merasakan permainan jilatan lidahnya pada kontolnya yang terbenam di mulutnya. Fadil tambah mahir mengeksplor bagaimana memberi enak kepada pasangan.

"Arhhh, arhhh, arhhh..." Heru menekan kepala Fadil yang maju-mundur di selangkangan.

"Oekkk!" Fadil tersedak saat Heru mendorong kepalanya sampai kontolnya mentok di tenggorokan. "Terlalu dalam, Bang," ujarnya.

"Hehehe, maaf, Dil. Keenakan soalnya," ucap Heru menenangkan.

Setelah terlebih dahulu menghirup udara, Fadil kembali menyepong. Heru bersikap pasif membiarkan kontolnya dikerjai. Buat Heru yang penting enak, dia rela kalau pun harus semalaman.

Setelah merasa cukup dimanjakan di mulut, Heru tentu saja mau yang lebih. Ia menarik kepala Fadil agar berhenti menyepong. Lalu dia bangkit dan kali ini ia menyorongkan badan Fadil agar berdiri dekat motor.

"Buka celananya, Dil, Abang mau masukin dari belakang," suruh Heru yang dituruti Fadil.

Heru mendorong punggung Fadil lebih condong ke depan motor dan memosisikan pantatnya agar leluasa berada di depan kontolnya yang sudah ngaceng berat.

Plak!

"Pantat kamu tuh gemesin banget, Dil." Heru mengunyel-ngunyel buah pantat Fadil yang kelihatan menantang. Ia buka belahan pantat Fadil dan terlihat lubang anus sempitnya dalam keremangan.

"Lubang kamu tuh nagih banget, Dil. Cuih! Cuih!"

Heru meludahi beberapa kali anus Fadil, lalu diratakan dengan jari. Sambil memoles, jari telunjuk Heru mencoba menusuk kerutan lubang yang terasa beberapa kali berkedut mengempot.

SATPAM SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang