Entah ini sudah jam berapa. Matanya tidak bisa melihat apa-apa karena gelap. Heru baru saja terbangun gara-gara kontolnya terasa basah dan hangat. Dia masih ingat samar-samar kalau tadi dia mimpi sedang disepong pacarnya. Enak banget dan kali ini sepongan pacarnya sangat mantap. Begitu pandangannya mulai agak jelas, Heru mengintip ke balik sarung yang lilitannya sudah lepas, dilihatnya kepala Fadil yang sedang melahap kontolnya.
Tubuh Heru melonjak kaget sampai ia bangun setengah duduk. Jantungnya berdebar kencang. Rasa kantuknya langsung hilang.
"Fadil! Kamu ngapain?" Bentak Heru dengan suara pelan tapi tegas. Dia tidak ingin suaranya sampai terdengar ke luar.
Fadil mematung. Wajahnya tertunduk menyerah karena tepergok. Kedua tangannya saling menangkup gemetar.
"Hei, jawab!" Desak Heru.
"Ma-maaf, Bang. Fa-fadil-Fadil minta maaf, Fadil khilaf. Fadil ta-tadi cuma penasaran, Bang," gagapnya penuh penyesalan.
Heru menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan dengan kencang. Ia mengusap wajahnya penuh kekesalan.
"Dengerin, Abang! Abang nggak marah soal tadi. Cuma Abang kecewa kenapa kamu harus diam-diam. Kamu kan bisa ngomong, bisa minta, Dil. Abang pasti kasih kok. Kita bisa melakukannya sama-sama, biar sama-sama enak. Paham!?" Terang Heru panjang lebar penuh penekanan.
Fadil mengangkat wajahnya mencoba menatap Bang Heru. "I-iya, Bang. Fadil minta maaf."
Heru mengatur nafas menahan kesal. Setelah emosinya mereda, Heru mendekati Fadil yang sejak tadi tak berkutik. Ada sedikit penyesalan karena tadi membentaknya. Tapi, Fadil memang harus dikasih tahu.
"Kita tidur lagi saja, Dil. Sini! Biar Abang peluk kamu!" Heru menarik tubuh Fadil dan merebahkannya di kasur. Mereka berbaring bersisian. Lalu Fadil bergeser tidur miring memunggungi Heru.
Heru tahu Fadil pasti malu. Dia akhirnya ikut tidur miring memeluk tubuh Fadil dari belakang.
Ketika mencoba untuk tidur lagi, rasa kantuknya sudah hilang. Memejamkan mata pun tidak ada gunanya. Fadil juga tampaknya tidak bisa tidur lagi, sebab tubuhnya masih bergerak-gerak.
"Abang jadi nggak bisa tidur lagi, Dil," ucapnya.
"Iya, Bang, Fadil juga."
Hening.
Kontol Heru mengeras ketika pantat Fadil menggeseknya saat ia bergerak. Darahnya berdesir, detak jantungnya terpacu. Heru menekan selangkangannya ke pantat Fadil. Dan tidak terduga Fadil membalasnya.
Awalnya hanya gesekan biasa saja, tapi lama-lama Heru menghentak pinggulnya seperti sedang menggenjot. Nafsunya kepalang mendidih.
"Mau Abang ewe nggak?" Tanya Heru berbisik di belakang.
"...."
"Mau nggak, Dil?"
"Ta-tapi pelan-pelan aja, Bang. Fadil belum pernah."
"Iya, Abang bakal pelan-pelan masukinnya."
Heru menarik kolor Fadil sampai sepaha. Dia juga menurunkan boxer-nya sampai kontolnya keluar. Heru membaluri kontolnya dengan ludah sampai licin. Lubang anus Fadil pun ia lumasi sampai becek.
"Kamu tahan ya kalo sakit. Nanti juga pasti enak," ucap Heru sewaktu ia bersiap mendorong kontolnya yang sudah diarahkan di pintu masuk anus Fadil.
"Sshhh, emmphhh," ringis Fadil menahan sakit. Anusnya sedang dibobol, terasa perih menjalar dan panas yang bikin mulas. Ia cengkram lengan atas Bang Heru yang memeluk dadanya. "Pelanhh, Bang...."
"Aaaahhhh," lenguh Heru panjang saat kontolnya pelan-pelan bisa menerobos. Anus Fadil terasa sangat menjepit. Semakin masuk ke dalam, kontolnya bisa merasakan campuran hangat, lembut, basah, dan remasan otot anus bagian dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATPAM SMA
Romance[ Peringatan: cerita ini bertema gay dan vulgar. Yang tidak suka tolong jangan dilanjutkan. ] Bukan mencari tapi datang sendiri. Sebagai lelaki dewasa yang butuh pelampiasan, lalu datang seseorang yang menyerahkan, mana mungkin dia ditolak. Ini ada...