Jaga13: Tambah Jatah

14.4K 215 8
                                    

Pukul sepuluh malam, dua motor keluar dari gerbang sekolah. Tak lain dan tak bukan, motor tersebut dikendarai oleh Yayan dan Heru. Mereka melaju berbuntutan ke arah kontrakan yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah.

"Kita mandi bareng yuk!" Ajak Heru setelah ia memasukan dua motor ke ruang depan.

"Mandi bareng?" Yayan tertegun.

"Iya. Biar segeran, pasti lengket kan tadi habis keringatan bareng, hehe. Jangan bilang kalau kamu malu?" Tebak Heru melihat ekspresi wajah Yayan.

"Bukan. Tap-"

"Udah, ayooo."

Belum selesai kalimatnya, Heru sudah menarik tangan Yayan masuk ke kamar mandi. Yayan tidak kuasa menolak dan menurut saja. Setelah melepaskan pegangannya, Heru menyalakan keran. Suara gemericik air terdengar memenuhi kamar mandi.

Heru kemudian menanggalkan semua bajunya sampai ia telanjang.

"Buka bajunya dong, Yan!" Pinta Heru saat melihat Yayan yang malah bengong saja.

Yayan mematung karena tak menyangka akan mengalami momen mandi bareng dengan Pak Heru. Mendengar ucapan Pak Heru membuat kesadarannya kembali. Tapi Yayan mendadak bingung mau melakukan apa.

Karena Yayan tidak bereaksi apa-apa, Heru berjalan menghampirinya. Ia membantu melepaskan semua pakaian yang dipakai Yayan sampai sama-sama telanjang. Mata Heru memindai tubuh polos dan mulus yang ada di depannya. Darahnya berdesir.

Yayan malu dipandangi begitu. Aneh memang, padahal mereka baru saja bercinta hebat di sekolah. Tubuhnya sudah dijamah sedemikian rupa tapi Yayan kali ini merasa sangat malu karena bentuk perhatian lembut Pak Heru padanya seperti bukan menganggapnya sebatas pemuas nafsu, melainkan seperti perhatian kepada pasangan. Ia masih mematung dengan kedua telapak tangan menutupi selangkangannya.

"Kenapa menunduk terus?" Tanya Heru lembut. Suara beratnya begitu enak didengar karena terdengar jernih.

"Enggak apa-apa, Pak." Yayan menggelengkan kepala.

"Masih malu?"

Yayan mengangkat kepalanya sampai mata mereka bertatapan. Yayan memasang senyum kaku.

Heru merengkuh tubuh Yayan ke dalam pelukannya. Ia dekap dengan erat. Lalu ia berbisik di telinga, "Jangan malu, Yan. Kita sudah berbuat kejauhan. Saya ingin kamu tetap jadi Yayan yang saya kenal di awal. Mengerti?"

"M-memang Yayan yang bagaimana, Pak?" Bulu kuduk Yayan meremang.

Tangan kanan Heru bergerak membelai dari leher belakang, turun ke punggung, lanjut ke pinggang, dan berhenti di pantat Yayan. Ia meremas-remas pelan.

"Yayan yang binal dan panas," jawabnya lirih.

Heru melepaskan pelukannya. Ia dekatkan kepalanya menyasar bibir Yayan yang kenyal dan kelihatan merah segar. Jarak yang memendek membuat Yayan bisa merasakan hembusan nafas hangat Pak Heru.

Yayan memejamkan mata. Ia tahu arah permainan ini akan kemana.

Cup!

Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir Yayan. Tapi kemudian disusul lumatan penuh gairah. Heru melancarkan pagutan liar dengan memegangi kepala Yayan.

Yayan membalas serangan bibir Pak Heru. Ia membuka mulut saat lidah Pak Heru menyusup ke celah bibir. Dan dengan lincah lidah itu mengeja rongga mulutnya sampai ludah mereka bercampur.

Cup! Cup! Cup!

"Emphhh, shhhh, emphhh," lenguh Yayan tertahan.

Heru mendesak tubuh Yayan ke dinding. Ia mencium Yayan rakus. Puas berpagutan, Heru mulai mengecup leher Yayan sampai merah bergantian kanan dan kiri.

SATPAM SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang