Jaga2: Fadil

32.4K 470 25
                                    

Setiap pagi Heru akan memulai hari dengan menjalani ibadah subuh. Kemudian dilanjutkan dengan olahraga. Heru punya program workout yang sudah dijalani rutin untuk menjaga badannya tetap atletis dan bugar. Pagi ini dia melakukan push up sebanyak 5 set dengan 15 repitisi. Dilanjutkan dengan crunch 5 set, 15 repitisi. Lalu di akhiri dengan plank 5 set selama 3 menit.

Selama Heru olahraga di teras depan, dia sadar ada mata yang mengintipnya dari jendela kamar. Tentu saja itu Fadil. Demi membuat si pengintip kepanasan, Haru sesekali berpose ala binaragawan menunjukkan ototnya yang gede, dadanya yang bidang, putingnya cokelat yang mencuat, dan tentu saja visual badan yang mengkilap berkeringat. Heru selalu puas melakukannya dan dia lucu sendiri membayangkan bagaimana ekspresi Fadil melihat aksinya itu.

Selain itu, Heru juga curiga Fadil sengaja menunggunya masuk kamar setelah ia mandi. Heru mandi setelah Fadil selesai, dan harusnya ketika ia masuk kamar, Fadil mestinya sudah siap berseragam. Tetapi sudah dua pagi didapatinya Fadil masih belum pakai kemeja seragamnya. Heru mau tak mau berpakaian ketika ada Fadil walau dia tak yakin Fadil memalingkan matanya.

Tetapi pagi ini Heru berniat ingin menguji Fadil. Saat ia masuk kamar, Fadil sedang memakai celana seragam dengan posisi menghadap ranjang. Terlihat olehnya bongkahan pantat Fadil yang sudah dibungkus boxer hitam.

Bruk!

"Aduh!" Heru sengaja menabrak tubuh Fadil dari belakang hingga mereka jatuh ke ranjang.

Heru menindih Fadil yang telungkup. Handuk yang dipakainya sengaja dilepas sebelum tabrakan tadi dan kini kontolnya mendarat di belahan pantat Fadil.

"Maaf, Dil, tadi kepeleset, lantainya licin," ujar Heru saat ia sudah bangkit.

Fadil bangkit dengan dibantu Haru dan duduk di tepi ranjang. Saat ia berbalik badan, seketika wajahnya tegang karena melihat tubuh depan Heru. Matanya yang sempat memindai tubuh Heru dari bawah ke atas langsung beralih ke lain tempat.

"Kamu ada yang sakit nggak?" Ucap Heru panik sambil meraba bahu dan dada Fadil. "Sebelah sini? Atau sebelah sini?"

"Mm, eng-enggak apa-apa, Bang." Fadil gugup setengah mati menghalau tangan Bang Heru di tubuhnya.

"Kamu yakin enggak ada yang sakit?" Heru berulah dengan berdiri hingga selangkangannya berada tepat di depan wajah Fadil.

"I-iya, Ba-" Kalimat Fadil terputus sebab saat ia mengangkat wajahnya, matanya menangkap keberadaan kontol Bang Heru yang panjang menjuntai sejengkalan tangan dari hidungnya.

'Glek!'

Haru menatap langsung ke mata Fadil saat anak itu melirik ke atas. Ada jeda di antara mereka. Dan entah keberanian dari mana, Fadil mengulurkan tangan dan menggenggam kontol Heru.

'Sudah kuduga!'

"Kamu suka kontol ya?"

"...."

"Begini saja, kalo kamu sepong kontol saya, berarti iya. Tapi kalau kamu lepasin kontol saya, berarti jawabannya enggak. Saya minta kamu jujur, Dil."

"...."

Beberapa saat keduanya hanya saling tatap. Heru berdiri telanjang dengan kontolnya yang digenggam remaja berseragam SMA. Dia penasaran dengan jawaban Fadil, apakah dia akan mengaku atau mengingkari dugaanya.

Sepong.

Jangan.

Sepong.

Jangan.

Sepong.

Ja-

Suara di otak Heru terhenti saat dia melihat langsung, bagai adegan film yang dibuat slow motion, Fadil mengangkat sedikit kontolnya dan berakhir masuk ke mulutnya.

SATPAM SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang