Salah Target [1]

197 28 9
                                    

Aku menyukai keindahan. Segala sesuatu yang membuat mataku segar adalah kesukaanku.

Bunga-bunga penuh warna.
Pecahan kaca yang berkilau.
Perhiasan.
Orang-orang menawan.
Semuanya aku suka.

Termasuk dia. Ananda Damar.

Anggota pramuka SMA Gemilang 2. Pradana lebih tepatnya. Seorang aktivis lingkungan yang begitu tampan. Dalam standarku tentunya. Karena kebanyakan orang di sekitarku tidak terlalu menaruh minat padanya.

Mereka bilang wajahnya standar. Apalagi dia juga suka sekali main panas-panasam sehingga kulitnya berubah menjadi hitam secara alami. Satu-satunya hal baik dari Damar adalah tinggi badan dan punggung lebarnya. Selain itu dia nol besar mereka bilang.

Kurang ajar sekali!

Damar itu sangat menawan. Sungguh!

Bagiku fisik Damar itu sudah sangat sempurna. Melampaui luar biasa bahkan. Apalagi attitude-nya. Sungguh sangat tak tercela.

Selain baik dan rajin menabung, Damar juga sholeh. Aku sering mendapatinya sholat dhuha dan tadarus di jam-jam sepi. Seakan ingin menyembunyikan amal baik yang ia kerjakan.

Hahhh ... benar-benar calon imam impian.

"Aku mau nembak Damar."

"Hah? Ngomong apa kamu barusan Ly?"

"Aku mau nembak Damar." ucapku sekali lagi. Kali ini kuperlihatkan tekad kuatku pada Rosa. Teman sebangkuku semenjak kelas 1 sampai saat ini kami berada di kelas 2.

"Mabok cakwe apa gimana sih kamu, Ly?"

"Kenapa Ros? Aku suka dia. Dia-"

"Dia suka kamu emangnya?"

Haduh. Pertanyaan sulit ini.

Bagaimana aku harus menjawabnya jika diriku sendiri juga tak tahu bagaimana perasaan Damar padaku.

Selama menjadi teman satu kelas dengan Damar, aku tahu jika pemuda idamanku itu memang selalu baik kepada siapa saja. Namun aku masih belum paham, apakah kebaikannya kepadaku bisa dikatakan sesuatu yang istimewa.

"Woy! Lyra! Malah bengong."

"Rosa."

"Apaan? Dia suka nggak sama-"

"Aku mau nembak Damar. Sekarang."

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎□▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Puas mendapatkan ceramah dari Yang Mulia Ratu Rosa, aku, yang memiliki kepala batu ini pada akhrinya tetap berpangku pada rencana awal.

Menyatakan cinta.

Meskipun Rosa mengatakan dia tak setuju dengan tingkah beraniku, tapi tetap saja ia membantu dengan membawakan Damar ke tempat pertemuan yang sudah kusiapkan.

Hatiku berdegup sangat kencang menanti kedatangannya. Badanku panas dingin. Bahkan keringat deras juga mengucur dari kepala hingga punggung.

Ting.

Bunyi notifikasi ponsel milikku. Pesan dari Rosa.

Rosa:
Damar otw. Gk usah liat dia. Malu katanya

Aku:
Lah? Nembaknya balik badan gitu?

Rosa:
Ho'o. Kalau mau noleh boljug. Tp konsekuensi tanggung sendiri.

Kisah Para AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang